MIRIFICA.NET, BALI – “Kita menyadari saat ini kita hidup dalam situasi modern dan globalisasi. Kemajuan teknologi komunikasi dan informasi sangat mempengaruhi kehidupan manusia. Secara positif perkembangan teknologi komunikaasi memberikan banyak kemudahan seperti mudahnya akses informasi dan sebagainya. Dampak negatifnya juga sangat dahsyat. Banyak orang sangat bergantung pada sarana komunikasi dan ini menimpa siapa saja dalam segala jenjang usia termasuk anak-anak kita, sehingga banyak yang berkarakter dan mental instan. HP (handphone) membuat anak-anak malas belajar, malas berdoa, malas bermain dengan teman-teman, egois dan cenderung tak peduli terhadap orang lain.”
Kalimat reflektif di atas diungkapkan Uskup Denpasar Mgr. DR. Silvester San, dalam agenda ‘Wawan Hati dengan Bapa Uskup’, pada pembukaan Pernas Karya Kepausan Indonesia (KKI) ke-IX di Bali, Kamis malam (4/8/2022).
Acara wawan hati dengan Bapa Uskup itu dipandu Direktur Nasional (Dirnas) KKI RD. Markus Nur Widipranoto.
Mgr. San, demikian Uskup Denpasar akrab disapa, dalam wawan hati ini menyampaikan refleksi kritis akan situasi dunia modern saat ini dengan berbagai dampaknya, sekaligus melontarkan beberapa gagasan atau masukan untuk KKI.
Uskup Silvester San, lebih jauh menegaskan gempuran modernisasi sungguh banyak memberikan dampak negatif bagi anak-anak. Selain dampak negatif yang telah disebutkan tadi, menurut Uskup San, HP juga bisa menyebabkan anak-anak berprilaku menyimpang.
Ironisnya, orang tua juga turut berandil dengan membiarkannya hanya untuk menenangkan anak-anak, sehingga anak-anak menghabiskan banyak waktu bermain di medsos.
“Tetapi kalau anak-anak memanfaatkan teknologi komunikasi itu untuk mencari ilmu pengetahuan tentu sangat positif dalam memperkaya pengetahuan mereka. Maka seharusnya ada pengawasan sekaligus keteledanan orang tua agar bijaksana dalam menggunakan media sosial,” imbuhnya.
Berhadapan dengan hal tersebut, Uskup San menekankan bahwa Gereja terpanggil untuk menyelamatkan anak-anak dari gempuran negatif perkembangan modern. Maka, karya pastoral anak sangat penting antara lain melalui pembinaan dalam Sekami (Serikat Kepausan Anak Misioner).
“Melalui wadah Sekami, kita berharap mampu membentengi anak-anak kita dengan dibekali iman yang baik. Melalui Sekami juga kita harapkan lahirnya panggilan khusus menjadi imam, biarawan-biarawati, serta pentingnya regenerasi pendamping anak-anak Sekami,” harap Mgr. San.
Terkait regenarasi para pendamping Sekami ini, Uskup San mengingatkan supaya anak-anak Sekami yang memasuki usia remaja sudah dapat direkrut sebagai calon pendamping dengan mengikuti SOMA (School Of Missionary Animators) sebagai kekhasan KKI dalam membekali para calon pendamping Sekami.
Dikatakan, pembinaan anak-anak melalui Sekami ini begitu penting, sebab selain mereka dibekali iman yang baik, juga diajarkan berbagai kreasi yang merangsang kreativitas mereka. Melalui Sekami juga anak-anak belajar bermisi sejak dini yang digerakkan melalui semboyan ‘2D-2K’ (Doa, Derma, Kurban dan Kesaksian) serta moto Sekami ‘Children Helping Children’(anak membantu anak).
“Mereka adalah misionaris cilik ini yang membawa harapan bagi masa depan gereja yang cerah,” ungkap Mgr. San.
Lebih lanjut, Uskup San meminta supaya semboyan dan moto Sekami perlu terus digemakan dan dihayati.
“Anak-anak adalah tiang Gereja. Kita perlu menjaga anak-anak, terus mendampingi mereka agar imannya terus bertumbuh dan berkembang dengan baik. Kita jangan pernah lelah melayani dan mendampingi anak-anak,” pinta Mgr San.
Kepada para Dirdios yang menjadi peserta Pernas maupun seluruh pendamping Sekami di seluruh pelosok tanah air, Uskup San berpesan untuk merebut hati anak-anak dari cengkraman globalisasi dan modernisasi.
“Kita harus merebut hati anak-anak dari cengkraman globalisasi dan moedernisasi,” harap Mgr. San.
Dalam kesempatan ini Uskup San juga memberikan beberapa usulan yang sekiranya dapat dibicarakan dalam Pernas KKI –IX ini.
Masukan atau usulan yang di sampaikan Uskup San antara lain perlunya motede dan materi pembinaan perlu dievaluasi agar lebih aktual sesuai perkembangan atau konteks zaman ini.
Uskup San, juga mengusulkan supaya KKI perlu bekerjasama dengan Komisi Keluarga dalam pembinaan anak-anak. Mengingat bahwa keluarga merupakan tempat utama dan pertama dalam pendidikan iman anak-anak.
Selain dengan Komisi Keluarga, Uskup San juga berharap untuk bekerja sama dengan Komisi Komsos untuk mendampingi anak-anak dalam menggunakan medsos secara biakasana.
Mantan Rektor Seminari Tinggi St. Petrus Ritapiret Maumere, ini juga mengingatkan KKI untuk memperhatikan juga secara serius Serikat Kepausan yang lain selain Sekami.
Usulan Mgr. San itu mendapat tanggapan positif dari beberapa Dirdios. Rm. Pius, Dirdios Amboina, menyambut dengan baik usulan Mgr. San untuk bekerja sama dengan Komisi Komsos dalam pendampingan anak-anak agar mereka bijaksana menggunakan medsos.
“Menarik yang disampaikan Bapak Uskup mengenai hal positif dan bahaya negatif dari perkembangan teknolgi komunikasi di era modernisasi ini. Bagi saya ajakan Bapak Uskup untuk bekerja sama dengan Komisis Komsos sangat baik terutama dalam mendampingi anak-anak agar bijak dalam menggunakan HP,” ungkap Romo Pius.
Sambutan positif senada diungkapkan Sr. Dominika Dirdiso Keuskupan Sibolga. Menurut Sr. Dominika, perkembangan media sosial memang banyak dampak negatifnya, seperti kasus anak-anak SMP dan SMA yang menikah dengan suami orang yang mereka kenal melalui facebook. Maka, kerjasama dengan Komisi Keluarga dan Komsos penting dalam membina karakter anak-anak agar tidak menyimpang.
Terkait metode dan materi pembinaan anak-anak Sekami, Dirdios Keuskupan Bandung, Rm. Mamanm Dirdios Keuskupan Bandung mengungkapkan bahwa zaman modern ini memang sangat menantang dalam pembinaan anak-anak. Romo Maman mengusulkan Katekese Gembala Baik kiranya bisa diadaptasikan untuk bekal pembinaan bagi anak-anak.
Pernas KKI ke-IX di Bali hari ini memasuki hari kedua. Beberapa agenda hari ini antara lain penyegaran kembali tentang Karya Kepausan Indonesia yang dipaparkan oleh Dirnas KKI Rm. Markus Nur Widipranoto.
Lalu, dilanjutkan dengan pemaparan hasil penelitian “Kajian dan Tinjauan Kritis Penelitian tentang KKI” yang dipresentasekan oleh Dr. G. Respati Wulandari dan dimoderartori Rm. Y. Sigit Winarno, SCJ.
Beberapa best praktis juga akan dipaparkan oleh beberapa Dirdios KKI serta diskusi kelompok “Inspirasi dan Optimalisasi 4 Serikat KKI. *Hironimus Adil-Komsos Keuskupan Denpasar
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.