PEN@ Katolik — Yesus memberikan teladan indah. Dia telah mengembalikan keutuhan martabat manusia dan mengajak kita mewujudkan martabat kemanusiaan. Apapun keadaannya, setiap orang adalah sesama yang harus dihargai hak dan martabatnya, meski melalui tindakan kecil dan sederhana. “Dengan tindakan-tindakan seperti itulah, menurut Rasul Yakobus, iman menjadi semakin hidup. Sebaliknya iman tanpa perbuatan pada hakekatnya adalah mati (bdk.Yak 2:17).”
Tema APP 2015 Keuskupan Agung Semarang (KAS) adalah “Iman disertai perbuatan kasih menjadi semakin hidup.” Dalam Surat Gembala Prapaska 2015 KAS, Uskup Agung Semarang menulis bahwa tema itu tak lepas dari upaya mengembangkan formatio iman, “di mana kita diajak menghayati iman secara lebih mendalam dan mewujudkannya secara nyata dalam perbuatan kasih dengan sesama terutama yang kecil, lemah, miskin, tersingkir dan difabel.”
Dengan cara itu, Mgr Johannes Pujasumarta berharap Gereja KAS yang disebut sebagai “Gereja Papa Miskin” terus-menerus secara kreatif mencari dan menemukan tindakan nyata yang berpihak pada mereka. ”Setiap perbuatan kasih betapa pun kecilnya adalah karya damai,” demikian kata-kata Ibu Teresa dari Kalkuta seperti dikutip prelatus itu.
Tindakan nyata sebagai Gereja Papa Miskin dapat diupayakan dalam berbagai perhatian dan perwujudan konkret, kata Mgr Pujasumarta seraya menegaskan bahwa perhatian kepada yang miskin, melalui karya karitatif dan pemberdayaan umat dan masyarakat, akan menjadi prioritas pelayanan di KAS.
Sebagai bagian masyarakat, lanjut uskup, Gereja terus mendorong dan terlibat dalam upaya Pemerintah untuk menyejahterakan warga. “Program-program pemerintah seperti pendidikan, pemberdayaan ekonomi masyarakat kecil serta kesehatan yang sedang dan akan dikerjakan dan mengarah pada pilihan dan keberpihakan kepada orang kecil, lemah, miskin, tersingkir, dan difabel perlu kita dukung.”
Mgr Pujasumarta menyebut BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan. Itu “perlu kita tanggapi secara positif dan kita sikapi dengan cerdas, kritis, dan bertanggungjawab.”
Diingatkan, salah satu yang merusak kehidupan manusia adalah penyalahgunaan narkoba dan zat-zat adiktif dan Indonesia berada dalam darurat narkoba. “Saya berharap, keluarga sebagai Gereja terkecil menjadi tempat pertama dan utama untuk mencegah penyalahgunaan narkoba yang merusak kehidupan.”
Juga diharapkan agar keluarga menjadi rumah kasih, rumah penuh kedamaian, tempat setiap orang merasakan martabatnya sebagai manusia, dihargai dan dijunjung tinggi. “Kalau keluarga menjadi rumah kasih, saya yakin setiap anggota keluarga tidak akan mencari kesenangan semu seperti menggunakan narkoba dan zat-zat adiktif lainnya. Kita harus berani mengatakan Narkoba: No! Life: Yes, Yes, Yesss!!!”
Mgr Pujasumarta berterima kasih kepada ibu, bapak, anak-anak, remaja, orang muda, imam, bruder, frater dan suster yang wujudkan iman dalam perbuatan kasih. “Saya yakin, perbuatan kasih meski kecil dan sederhana bila dilandasi kasih yang tulus akan jadi berkat bagi sesama.”
Jika perbuatan yang dilandasi kasih berkembang dalam keluarga-keluarga Katolik, lanjut uskup, “ini juga berarti memberi ruang bagi tumbuhnya benih-benih panggilan hidup religius dan imamat, sebagai persembahan dalam rangka mengisi Tahun Hidup Bhakti.” (paul c pati/penakatolik.com)
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.