Pada misa perdananya di Gereja Katedral Ijen, Malang, Minggu (4/9) lalu, Mgr. Henricus Pidyarto Gunawan, O.Carm mengajak umat untuk terus mendalami Kitab Suci sebagai pedoman hidup. Disampaikan dalam bahasa sederhana, singkat dan padat, pesan Uskup baru Malang itu terasa begitu mudah dipahami.
Berikut ini kami sajikan kotbah Mgr. Henricus Pidyarto Gunawan, O. Carm:
Yang Mulia Para Uskup dan Para sama Saudara dan saudariku yang terkasih di dalam Yesus Kristus,
Pernah ada seorang bapak, orang Tionghoa mengatakan kepada saya bahwa ia tidak bisa menjadi orang Kristen karena ia membaca ayat yang bagi dia sebagai seorang Tionghoa yang sangat menghormati orang tua, menjunjung tinggi orang tua. Ayat yang tadi kita dengar:
“Jika seorang datang kepadaku dan ia tidak membenci bapanya, ibunya, isterinya, anaknya, saudaranya laki-laki atau perempuan bahkan nyawanya sendiri , ia tidak akan menjadi muridku.”
Bagaimana mungkin orang Kristen disuruh membenci orangtuanya, isterinya dan anak-anaknya, kalau perlu bunuh? Maka dia tidak pernah mau menjadi seorang Kristen. Memang ayat ini membingungkan, seperti bagian ayat lain dalam Alkitab. Saya bisa ambil contoh yang sama.
Yesus pernah berkata: “Jangan kau menyangka bahwa aku datang membawa damai, aku datang bukan untuk membawa damai melainkan pedang.” Sunggguh ayat yang membingungkan, kayaknya gila Yesus itu. Bahwa Ia datang untuk memecah belah, bahkan di antara keluarga akan terjadi perpecahan karena Yesus sendiri.
Secara sepintas, ungkapan-ungkapan Yesus ini sungguh tidak bisa kita terima. Akan tetapi, kalau anda mengalami hal seperti ini, minimal anda berpikir pakai akal sehat dulu. Tidak mungkin Yesus yang memberikan perintah supaya kita mengasihi sesama seperti diri kita sendiri bahkan mengasihi dan mendoakan musuh, Yesus yang sama juga memberikan perintah yang bertolak belakang, kan tidak mungkin. Minimal itu yang mungkin bisa meredahkan kebingungan kita.
Lebih bagus lagi, kalau kita sebagai umat Kristen berusaha untuk mempelajari apa kira-kira arti ayat ini. Itulah sebabnya, Gereja Katolik sejak Konsili Vatikan II sangat menganjurkan supaya umat membaca Kitab Suci setiap hari sebagai santapan rohani yang luar biasa. Karena di dalam Kitab Suci, Allah Bapa sebagai seorang Bapa seakan-akan menulis surat cinta kepada kita anak-anak-Nya. Atau seperti seorang sahabat ingin berbicara dengan sahabatnya.
Umat Katolik pada hari ini diajak untuk ingat akan pentingnya firman Allah. Maka perlu kita rajin membaca Kitab Suci, karena ini bentuk doa. Karena itu merupakan cara kita mengenal Tuhan dengan lebih baik. Sifat-sifat-Nya, kehendak-kehendak- Nya bagi kita yang ingin menyelamatkan kita. Maka dengan penuh iman meskipun sulit, sering tidakmengerti,. Mari membaca. Meski tidak mengerti, yakinlah itu sebagai doa. Tuhan sudah mendengarkan doa kita. Pelan-pelan, saya yakin Firman Allah akan menjadi makin mudah dipahami. Lebih hebat lagi kalau anda rajin membaca buku buku tafsir yang ada, mengikuti pendalaman Kitab Suci yang ada, tidak hanya doa rosario.Tujuannya adalah supaya kita tahu dan paham banyak hal yang mau dikatakan Bapa surgawi kepada kita anak-anaknya, termasuk ayat-ayat sulit ini. Apa artinya.
Kalau anda membaca banyak buku mungkin anda akan menemukan hal berikut ini. Dalam bahasa Ibrani, kalau orang mengatakan dia membenci seseorang tetapi mengasihi orang lain, itu maksudnya, dia kurang mencintai yang satu karena lebih sayang pada yang lain. Jadi kalau mau dikatakan membenci dalam bahasa Ibrani sering kali berarti kurang mengasihi. Kalau orang lebih mengasihi orang tua, isteri dan anak-anak daripada mengasihi Yesus, dia tidak pernah menjadi murid Yesus.
Yesus mau dinomorsatukan, Yesus mau supaya kita mencintai dia di atas segala-galanya. Itulah artinya membenci orang tua dan mengasihi Yesus. Kita tetap bisa mengasihi orang tua dan sesama, tetapi yang harus lebih dikasihi adalah Yesus. Yesus harus lebih kita cintai, karena Dia Tuhan kita, karena dia penyelamat kita.
Saudara-saudari, inilah yang namanya memberi prioritas, tahu menomorsatukan apa yang harus menjadi nomor satu. Ada urutan kepentingan, skala prioritas. Kalau anda, misalnya, harus memilih. Ada orang tua, ada pasangan hidup, ada anak, seandainya anda harus memilih mana yang harus dinomorsatukan, mungkin anda pasti bingung. Tapi bertanya apa urutanya, nomor satu siapa, nomor dua siapa, dan itulah yang menentukan perbuatan kita.
Contoh, seorang bapak mau olahraga, tapi anaknya sakit atau seorang imam waktunya mau olahraga, tapi ada orang sakit yang butuh minyak krisma, oh, ini olahraga. Nanti saja! Apa itu tidak salah melihat sebenarnya?
Inilah yang dimaksud Yesus. Menjadi murid-Nya harus bisa menomorsatukan Yesus, tetapi ada kesulitan kedua. Tidak mudah juga menentukan mana yang menjadi nomor satu, mana yang menjadi nomor dua. Lebih-lebih dalam kaitannya dengan Tuhan. Jawabannya, dikatakan dalam bacaan pertama tadi, kita membutuhkan Roh Kudus yang akan menganugerahkan kebijksanaan sehingga kita dapat mengenal kehendak-Nya, perlu rajin memohon kehadiran Roh Kudus, agar Roh Kudus senantiasa mendampingi kita, sehingga kita bisa tahu mana kehendak Tuhan. Ini hal kedua yang dikatakan dalam bacaan hari ini.
Mari kita lanjutkan ekaristi ini dengan menyambut Tubuh Kristus. Semoga Roh Kudus dicurahkan, sehingga kita makin bijaksana, tahu mana kehendak Tuhan dan kemudian lebih penting berani juga menomorsatukan kehendak Tuham di atas segala-galanya. Dengan demikian kita pantas menjadi murid Kristus. Semoga tuhan memberkati kita semua. Amin
***
Misa perdana yang dipersembahkan oleh Uskup baru Malang, Mgr. Henricus Pidyarto Gunawan dilangsungkan pada Minggu (4/9) lalu di Gereja Katedral Ijen, Malang. Meski hanya diikuti oleh beberapa uskup saja, misa perdana tetap berlangsung meriah dan kidmat.
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.