Beranda BERITA Mgr. Avien: Didoakan Menjadi Imam Sejak Kandungan

Mgr. Avien: Didoakan Menjadi Imam Sejak Kandungan

2023, Gereja Katolik Indonesia, Iman Katolik, Uskup Indonesia, KWI, Komsos KWI, Komsos Tanjungkarang, Konferensi Waligereja Indonesia, Katakese, Umat Katolik, Uskup Indonesia, Keuskupan Tanjungkarang
Doc: Komsos Tanjungkarang

MIRIFICA.NET – Monseigneur Vinsensius Setiawan Triatmojo ditunjuk menjadi Uskup Tanjungkarang pada tanggal 17 Desember 2022 dan menerima tahbisan episkopal atau tahbisan uskup pada 1 Mei 2023. Berikut beberapa fakta menarik tentang Monseigneur Vinsensius Setiawan Triatmojo.

Seorang Imam Diosesan Keuskupan Agung Palembang
Monseigneur Avien, begitu sapaan akrabnya. Dia lahir di Sindang Jati, Kecamatan Sindang Kelingi, Kabupaten Rejang Lebong, Provinsi Bengkulu, 5 April 1971. Ia anak ketiga dari sembilan bersaudara, putra dari Paulus Mikael Sukidi dan Maria Magdalena Sutarti. Ia mulai menapaki jalan panggilannya dengan memasuki Seminari Menengah St. Paulus Palembang dan melanjutkan pendidikan di Sekolah Tinggi Filsafat Teologi St. Yohanes Pematang Siantar. Ia ditahbiskan sebagai imam diosesan Keuskupan Agung Palembang oleh Mgr. Aloysius Sudarso SCJ pada 25 Januari 2000.

Sudah Didoakan Sejak Kandungan
Saat masih janin berumur tiga bulan, Mgr. Avien sudah didoakan menjadi imam. Romo Markus Fortner SCJ, saat bertemu dengan Magdalena Sutarti memberkati kandungannya. Sebanyak tiga kali, Romo Fortner mengatakan bahwa Avien kelak menjadi imam.
Sejak saat itu, kedua orang tuanya rajin berdoa, khususnya doa rosario. Mereka juga meyakini perkataan Romo Fortner. Bahkan saat telah ditahbiskan imam, Mikael Sukidi dan Magdalena Sutarti masih mendoakan Romo Avien. Kali ini, mereka memohon agar Bunda Maria mengantar permohonan mereka kepada Allah, agar Romo Avien terpilih menjadi uskup.

Doa kedua orang tuanya terkabul, pada Senin, 1 Mei 2023, Mgr. Avien ditahbiskan menjadi Uskup Keuskupan Tanjungkarang.

Arranger, Penyanyi, dan Pemusik
Selama berkarya sebagai imam di Keuskupan Agung Palembang, Mgr. Avien banyak mengaransemen lagu-lagu, baik lagu liturgi maupun rohani non-liturgi. Banyak lagu yang diciptakannya bernafaskan pujian kepada Bunda Maria. Ini karena devosinya yang begitu besar kepada Bunda Maria.

Devosi Kepada Bunda Maria
Mgr. Avien, sesaat sebelum ia dipilih menjadi Uskup Tanjungkarang, berkarya di Komisi Kateketik, Kitab Suci, dan Liturgi Keuskupan Agung Palembang. Ia juga kerap mendampingi kelompok-kelompok devosional, khususnya Legio Mariae. Dalam pengajarannya, ia kerap menyinggung peran Bunda Maria sebagai teladan kesalehan umat Katolik. Ia juga banyak memberikan waktunya untuk berziarah ke Gua Maria.

Bahkan kompleks ziarah Keuskupan Agung Palembang, yaitu Gua Maria Mater Missericordiae, juga mendapat perhatian khusus dari Mgr. Avien.

In Verbo Tuo Laxabo Rete
Artinya tapi karena Sabda-Mu, kutebarkan jala juga (Lukas 5:5). Saat mendapat kabar kalau ia terpilih sebagai uskup Keuskupan Tanjungkarang, tugas berat langsung terbayang.

“Tapi juga lebih-lebih menjadi sangat terbatas dalam ruang gerak, dibandingkan ketika masih menjadi imam, saya bisa kesana kemari. Tentang olahraga juga bisa olahraga apapun. Begitu pergi kemana juga tidak ada yang membatasi. Kalau sudah jadi uskup, berarti sepertinya semua itu akan hilang. Menurut saya, akan sangat terbatas terutama dalam ruang gerak,” kata Romo Avien, dikutip dari Youtube Komsos Tanjungkarang.

Tugas berat ini membuat Mgr. Avien mengambil motto yang dipilihnya In Verbo Tuo Laxabo Rete. “Berdasarkan refleksi saya, tapi karena sabda-Mu ditekan jalan juga. Arti yang lain bisa dikatakan, ‘tetapi karena Tuhan yang menyuruhnya, maka aku melakukan apa yang Tuhan suruh itu, yaitu menebarkan jala’,” jelas Mgr. Avien.

Petrus, menurut Mgr. Avien, adalah pribadi yang punya pengalaman di dunia pernelayanan. Saat ia berhadapan dengan Tuhan Yesus, dengan wibawa-Nya, meskipun sepertinya ‘tidak mungkin’ mendapat ikan, namun ia membuat argument lain, ‘tapi karena Tuhan Yesus yang memerintahkan’, ia menebarkannya.

“Sebetulnya sikap Petrus itu adalah sikap kita semua, yaitu di hadapan Tuhan, kita tidak bisa berbuat apa-apa, tetapi kalau Tuhan menghendaki, maka (segala) sesuatu bisa terjadi, jadi maka saya pilih ‘ya karena Tuhan’,” jelasnya. **Kristiana Rinawati