Di sela-sela kesibukan mereka untuk menerima utusan OMK Keuskupan Palangka Raya, Sabtu (2/10/2016) kemarin, kami berhasil menemui dua orang muda ini, Ekhel dan Regina. Keduanya adalah kordinator panitia lokal OMK Paroki Raja Damai, Manado.
Ekhel dan Regina pernah merasakan bagiamana tantangan tinggal di tengah kemajemukan masyarakat, khususnya di Manado. Tidak mudah bagi mereka untuk membawa pesan sukacita Injil kepada semua orang.
Pernah tinggal lama bersama satu keluarga non-Katolik, Ekhel sempat diajak untuk menjadi ketua perhimpunan salah satu organisasi remaja non-Katolik. Namun ajakan ini ia tolak secara baik sambil tetap mengingat pesan ibunya. “Ingat, ngana lahir dan dibaptis secara Katholik, sampai ngana masuk ke dalam liang kubur pun ngana harus tetap jadi orang Katolik,” kata Ekhel mengulang pesan ibunya dengan dialek Manado.
Berkenaan dengan tema perayaan IYD 2016 “Orang Muda Katolik: Sukacita Injil di Tengah Masyarakat Indonesia yang Majemuk” , Ekhel punya harapan agar Orang muda perlu memahami terlebih dahulu tema perayaan IYD. Ia mengatakan, kalau Orang Muda sudah paham secara baik tema perayaan IYD 2016, maka dalam menyampaikan pasti mudah juga diterima dan dipahami secara baik oleh orang lain.
Bagi Ekhel, kemajemukan itu bukan hanya soal perbedaan agama, suku bahasa dan budaya. Kemajemukan itu bisa soal kepribadian, karakter dan cara pandang. Maka dalam menyampaikan pesan Injil, perlu juga memperhatikan perbedaan karakter, kepribadian dan cara pandang orang lain.
“Apa gunanya sebuah tiang, tapi tiang-tiang lainnya tidak aktif. Ketika kita berusaha memumpuk kebersamaan antar OMK dan Orang Muda pada umumnya, kita perlu melihat situasi di sekitar sini, suku dan budaya,” kata Ekhel dalam sebuah analogi.
Masyarakat Sulawesi Utara itu sangat welcome dengan siapa saja sejauh itu mereka datang dengan maksud dan tujuan. Asalnya orang Minahasa itu dari Mongolia sana, tapi ketika nenek moyang orang Minahasa datang di sini mereka berbaur dengan keturunan Portugis dan Belanda di Minahasa. Mereka bisa hidup berdampingan karena mampu memahami perbedaan-perbedaan masing-masing, katanya lagi.
Regina punya pengalaman khusus ketika ia aktif mengumpulkan orang muda untuk terlibat dalam kehidupan menggereja. Ia mengatakan, memang tidak mudah mengumpulkan Orang Muda. “Butuh kesabaran dan kesadaran akan maksud dan tujuan terlibat dalam organisasi Orang Muda seperti OMK”, katanya.
Ketika ada anggota OMK yang tidak datang, Regi mengirim pesan singkat untuk mengingatkan mereka. Katanya, “masih mujur kalau manusia yang panggil, tapi kalau Tuhan yang panggil, berdoalah sebelum anda didoakan.”
Ia pun berharap IYD 2016 ini dapat membangun kesadaran orang muda bukan hanya OMK dalam lingkungan Gereja Katolik, tapi Orang muda secara umum, untuk mampu membawa pesan sukacita kepada orang banyak.
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.