“Semua yang diberikan Bapa kepada-Ku, akan datang kepada-Ku, dan barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan Kubuang.” (Yoh 6, 37)

SEORANG anak sedang bermain-main bersama temannya dengan mulut komat-kamit. Anak itu rupanya mengunyah permen karet. Setelah dikunyah beberapa saat, anak itu memuntahkan sisanya dan mengambil lagi permen lainnya. Sisa permen karet terasa kenyal, tetapi rasa manisnya sudah hilang.

Karet itu telah menjadi sepah dan dibuang. Dalam satu hari, ada banyak hal yang selalu dibuang. Tiap orang selalu memiliki sesuatu yang sudah tidak dipakai, tidak dimakan, tidak dinikmati, tidak disenangi, tidak bernilai lagi dan akhirnya disingkirkan atau dibuang. Semakin konsumtif kehidupan seseorang, semakin banyak juga hal-hal yang mudah dibuang. Bahkan yang dibuang tidak hanya terbatas pada sisa-sisa makanan, pakaian, kertas atau barang lain, tetapi juga sesamanya manusia.

Banyak orang merasa bahwa dirinya telah dibuang. Mereka merasa disingkirkan, digantikan orang lain, tidak diperhatikan, tidak diberi pekerjaan atau tugas, dipensiunkan dini. Mereka dijauhkan dari keluarga, dititipkan ke Panti Jompo, atau diasingkan. Manusia tidak lagi dihargai martabatnya yang luhur, tetapi malah disamakan dengan benda atau barang lain, yang dengan mudah dibuang ketika sudah tua, tidak produktif dan kreatif, tidak ada sesuatu yang bisa diharapkan lagi.

Mereka dianggap sepah atau sisa permen karet, yang sudah hilang manisnya. Dalam situasi seperti ini, Sabda Yesus sungguh menggema, “Barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan Kubuang.” Manusia bisa membuang sesamanya. Tetapi Yesus tidak akan membuang siapa pun yang datang pada-Nya.

Teman-teman selamat pagi dan selamat berkarya. Berkah Dalem.