Ada dua orang hidup bertetangga. Yang satu orang beragama yang taat dan satu lagi tidak punya agama. Di suatu hari libur, dua tetangga ini berbicang-bincang satu sama lain di kebun yang membatasi rumah mereka. Yang tidak punya agama mengeluh dan merasa diperlakukan tidak adil oleh masyarakat. Tetangga yang beragama itu menjadi heran dan bertanya mengapa ia merasa seperti itu. Sebab selama ini tampaknya yang beragama itu tidak punya masalah dengan lingkungan masyarakat di sekitarnya. Maka ia bertanya masalah apa yang sebenarnya sedang dirisaukan tetangganya itu.
Tetangga yang tidak beragama itu berkata, “Jika engkau memperhatikan penanggalan yang ada, di situ pasti terdapat banyak hari libur yang berdasarkan kepercayaan kepada Tuhan. Sedangkan bagi orang yang tidak beragama, tidak ada satu pun hari libur.”
Temannya yang beragama itu tersenyum dan berkata, “Ah, mengapa kau tidak menjadikan 1 April sebagai hari libur orang yang tidak beragama?“(1 April disebut April Mop di mana biasa dilakukan hal-hal konyol atau kejutan aneh).
Kisah di atas sepele dan tampaknya kurang berarti banyak. Namun keinginan untuk kesamaan hak itu sah-sah saja. Manusia diciptakan oleh Tuhan dengan derajat dan hak yang sama. Manusia akan menemukan kebahagiaan hidup, kalau ia mendapatkan perlakuan yang sama. Kalau tidak terjadi perlakuan yang sama, hidup menjadi kurang harmonis.
Karena itu, apa yang mesti kita buat untuk menciptakan hidup yang harmonis? Hal yang utama adalah kita menghargai hak-hak hidup manusia. Kalau kita sungguh-sungguh menghargai hak hidup itu berarti kita mau berjuang untuk kehidupan yang baik bagi sesama. Ada banyak kesempatan bagi kita untuk memperjuangkan sesama kita. Di sekitar kita ada begitu banyak orang yang mengalami kekurangan. Ada anak-anak yang mengalami busung lapar. Mereka kekurangan makanan dan gizi yang menjadi modal bagi pertumbuhan hidup mereka.
Ada juga orang-orang yang mengalami kurangnya perhatian dari sesama. Padahal perhatian itu menjadi hal yang sangat penting bagi hidup ini. Coba kalau waktu kecil kita kurang mendapatkan perhatian dari orangtua kita, apa yang akan terjadi? Kita akan mencari perhatian dari sesama secara berlebihan. Kita selalu merasa ada sesuatu yang kurang dalam diri kita. Untuk itu, kita mencari perhatian dari orang lain, bahkan secara berlebihan.
Sebagai orang beriman, kita mesti menyadari bahwa hidup ini adalah anugerah dari Tuhan. Hidup ini adalah rahmat Tuhan. Tuhan begitu perhatian kepada kita. Tuhan begitu peduli terhadap suka dan duka hidup kita. Karena itu, kita ingin agar hidup kita juga menjadi rahmat bagi sesama kita. Kita ingin membagikan kasih kita kepada orang-orang yang kita jumpai. Dengan demikian rahmat Tuhan itu tidak mati. Rahmat Tuhan itu mengalir terus-menerus dalam hidup kita.
Mari kita menyalurkan rahmat Tuhan kepada sesama yang kita jumpai dalam hidup kita sehari-hari. Tuhan juga mencintai mereka. Tuhan memberkati.
Ilustrasi: Peduli terhadap Sesama (foto diambil dari www.roswellpres.org)
Imam religius anggota Kongregasi Hati Kudus Yesus (SCJ); sekarang Ketua Komisi Komsos Keuskupan Agung Palembang dan Ketua Signis Indonesia; pengelola majalah “Fiat” dan “Komunio” Keuskupan Agung Palembang.