MENULIS tidak terbatas bagi para peneliti, dosen, guru, dan mahasiswa. Namun, siapa saja sebenarnya bisa melakukannya. Ada banyak ide dan gagasan yang bisa dituangkan ke dalam tulisan. Yang perlu diasah yaitu kreativitas untuk menemukan dan mengolah gagasan itu menjadi tulisan yang berbobot dan menarik bagi orang lain.
Demikian Budi Sutedjo D. Oetomo dalam presentasinya yang berjudul “Menulis Kreatif untuk Sesama” pada pelatihan Menulis Kreatif di Aula Paroki Hati Tak Bernoda Santa Perawan Maria Makale, Kamis, 29/5. Selain pengalaman pribadi sebagai penulis 216 buku dan 1.501 artikel, ia menampilkan penulis-penulis kesohor untuk memotivasi para peserta pelatihan dalam berkarya dan menuangkan ide-idenya.
“J.K. Rowling itu seorang ibu rumah tangga di Inggris. Ia menjadi terkenal dan kaya setelah cerita-cerita dongengnya diterbitkan dalam beberapa seri novel Harry Potter,” ungkap Budi sambil menampilkan foto sederet penulis terkenal pada layar presentasinya.
Budi juga membuka wawasan para peserta tentang proses menulis; mulai dari penemuan ide kreatif, pengolahan ide itu ke dalam berbagai format tulisan, hingga penerbitannya. Menurut dia, kemajuan teknologi informasi dan komunikasi sekarang ini memberikan banyak kemudahan dan pilihan dalam berkarya. Dengan internet, seseorang bisa mendapatkan informasi secara cepat sebagai bahan untuk tulisan. Demikian pula untuk memublikasikan karya tulis, ada banyak penerbit yang menerima format digital, selain penerbitan dalam bentuk buku cetakan (printed).
“Namun, ada keunggulan kalau menerbitkan buku cetakan. Prosesnya melewati tahap penyuntingan oleh editor di penerbit. Apalagi kalau buku rohani, biasanya penerbit melibatkan Romo yang menyensor, yaitu nihil obstat, dan vikjen atau uskup dalam imprimatur, sehingga isinya benar-benar terverifikasi,” urai Budi.
Lebih lanjut, Budi menyatakan bahwa kegiatan menulis dewasa ini bukan sekadar tuntutan pekerjaan dan penyaluran hobi. Lebih dari itu, menulis juga menjadi lahan pekerjaan tersendiri yang ia sebut sebagai infopreneurship. “Infopreneurship itu kompetensi untuk memaksimalkan nilai informasi demi peningkatan kesejahteraan hidup,” kata inisiator Gerakan Indonesia Menulis ini.
Disebutnya, menulis itu pada dasarnya mengolah informasi. Dan, itu mendatangkan berbagai keuntungan, baik nonfinansial maupun finansial. Keuntungan-keuntungan nonfinansial antara lain meningkatnya literasi, kepuasan dalam berbagi atau mewartakan nilai-nilai hidup, terpeliharanya pola berpikir sederhana, dan pengalaman disembuhkan. Sementara itu, keuntungan finansial yang bisa diperoleh dari menulis, yaitu royalti, honor, dan penghargaan serta kepercayaan.
Materi Budi Sutedjo merupakan sesi pertama dari workshop Menulis Kreatif dalam rangka Pekan Komunikasi Sosial Nasional (PKSN) ke-6 di Keuskupan Agung Makassar. Workshop yang dihelat di Aula Paroki Hati Tak Bernoda Santa Perawan Maria Makale selama dua hari, Kamis, 30/5 sampai Jumat, 31/5. Sebanyak 102 peserta hadir, terdiri atas mahasiswa-mahasiswi, guru, orang muda Katolik (OMK), umat, dan utusan dari paroki-paroki sekevikepan Toraja, Keuskupan Agung Makassar.
Adapun materi workshop yaitu visi penulis kreatif, penulisan berita, penulisan feature, dan esai, serta penerbitan. Selain Budi Sutedjo, hadir sebagai narasunber dalam workshop Menulis Kreatif yaitu wartawan senior Mingguan Hidup A. Margana, dan editor Penerbit Buku Kompas, R.B.E Agung Nugroho. (Erick Ratu/RBE)
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.