MENTERI Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia Rudiantara tidak akan ragu lagi menutup Facebook atau media sosial lain kalau wahana komunikasi ini makin memecah persatuan bangsa dan persaudaraan akibat maraknya ujaran kebencian, hoaks dan berita palsu.
“Saya anggap Facebook itu tamu, yang sudah masuk di Rumah Betang (red: rumah adat Kalimantan) Indonesia. Kalau di rumah betang ini ada perangkat masuk dan membuat anak-anak kita berantem serta perseteruan, apa yang akan kita lakukan dengan perangkat baru ini?”tanya Rudiantara dalam Seminar Nasional bertajuk “Gereja Katolik Menolak Hoax, Fake News, Hate Speech” puncak kegiatan Pekan Komunikasi Sosial Nasional Konferensi Waligereja (PKSN-KWI) di Palangka Raya, Sabtu (12/5).
Menurut Rudiantara, media sosial sempat membuat predikat keluhuran sebagai bangsa yang sopan, beradab seakan lenyap tak berbekas. Yang muncul dan beredar justru ujaran-ujaran kebencian, bahasa-bahasa kasar setiap hari di lini medis sosial.
Pengalaman sebelumnya, lanjut Rudiantara, medosus juga telah menimbulkan rusaknya hubungan sosial dan persaudaraan. Banyak pribadi yang berubah menjadi beringas dan kasar.
Maka, kalau Facebook digunakan untuk hal-hal yang menimbulkan perseteruan seperti kasus di Myanmar, Rudiantara tidak ragu lagi melakukan shut down. “Karena itu saya mengajak Anda semua untuk menggunakan media sosial seperti Facebook untuk mencari berkah,”tegas Rudiantara.
Seminari Nasional yang dihadiri oleh 300-an peserta ini juga menghadirkan Dirjen Bimas Katolik Eusabius Binsasi, Guru Besar Sejarah Gereja STF Driyarkara Profesor Eddy Kristiyanto OFM dan Wakil Pemimpin Redaksi Harian Kompas Trias Kuncahyono.
Mantan Jesuit, Pendiri Sesawi.Net, Jurnalis Senior dan Anggota Badan Pengurus Komsos KWI