HIDUPKATOLIK.com – Pelatihan jurnalistik dan editing foto berlangsung di Wisma Sikhar Banjarbaru. Pelatihan ini terselenggara berkat buah kerja sama Komisi Komunikasi Sosial Keuskupan Banjarmasin, Majalah Ventimiglia Keuskupan Banjarmasin, dan Komisi Komunikasi Sosial KWI.

Pelatihan berlangsung Jumat-Minggu, 9-11/5, diikuti oleh perwakilan dari delapan paroki di Keuskupan Banjarmasin, seminaris, dan perwakilan dari peserta didik SMA Negeri di Kota Banjarbaru. “Salah satu cara untuk mendekatkan hati kita di zaman sekarang adalah dengan media komunikasi sosial. Harapannya, sesudah pelatihan ini, kita bisa memanfaatkan media yang ada untuk saling berkomunikasi antarparoki,” demikian sambutan Ketua Komisi Komsos Keuskupan Banjarmasin, RP Agustinus Doni Tupen MSF.

Hal senada juga disampaikan Sekretaris Komsos KWI RD Kamilus Pantus. Ia mengatakan bahwa perutusan Gereja masa kini di antaranya adalah masuk ke dunia digital sebagai salah satu sarana pewartaan. Semangat ini, jelas Romo Kamilus, juga mendapatkan dukungan positif dari tiga Paus terakhir, yaitu St Yohanes Paulus II, Paus Benediktus XVI, dan Paus Fransiskus. Romo Kamilus mengakui bahwa menjadi penulis yang baik itu tidak gampang. “Banyak di antara tulisan-tulisan saya tidak bisa dibaca dari sisi media, karena pengulasannya tidak menarik,” tuturnya.

DSC_7832
Kerja sampai larut malam: Diskusi kelompok untuk menyelesaikan projek final penerbitan media cetak berlangsung hingga larut malam. (Komsos Keuskupan Banjarmasin/Dionisius Agus Puguh Santosa)

Mathias Hariyadi, pendiri Sesawi.Net, mengatakan bahwa berita bisa jatuh dari langit secara tiba-tiba, tanpa kita duga-duga sebelumnya. ”Bila kita bisa menjadi orang pertama kali memberitakannya, maka bisa dijual ke media dan menghasilkan sejumlah uang yang bisa jadi nilainya tidak sedikit,” jelasnya.

Ia memberi ilustrasi, ketika terjadi tsunami di Aceh, ada orang yang mendokumentasikan hanya dengan kamera handphone, dan menjadi foto langka. ”Dalam jurnalistik, foto bisa berbicara lebih banyak daripada teks,” terangnya.

Dionisius Bowo, pengajar Institut Kesenian Jakarta, mengatakan bahwa berita yang disampaikan dalam bentuk foto akan berbicara lebih banyak. Dionisius Bowo dalam acara ini menyampaikan materi foto jurnalistik.

Sumber: Majalah Hidup edisi 6 Juni 2014 (Menjadi Pewarta Keuskupan)

Tautan: