Kita Harus Selalu Bersedia Menjadi Pengikut Kristus Yang Luar Biasa!
(Lukas 13: 22 – 30)
Saudara-saudari, 74 tahun yang lalu, tepatnya tanggal 26 Oktober 1942, seorang uskup Misionaris Sabda Allah (SVD), uskup William Finnemann SVD, asal Jerman, tetapi sudah menjadi warga Negara Filipina, dibuang hidup-hidup, sesudah disiksa oleh tentara Jepang, ke dalam laut antara Pulau Verde dan Batangas, kota di ujung selatan Pulau Luzon. Ia berjuang membela masyarakat Filipina, khususnya kaum ibu yang diperlakukan secara kasar oleh tentara Jepang. Uskup Finnemann SVD sudah memilih jalan berbatu, jalan salib, jalan sempit, menjadi martir demi hak asasi dan keadilan. Dia mati demi iman, dia mati demi kebenaran dan mengikuti suara hatinya yang suci. Tidak banyak orang yang mau mengikuti jalan sesak seperti ini. Hanya orang yang setia akan pilihan hidup dan setia pada pemimpinnya, bisa dengan berani memilih pintu sempit dan siap menerima apa saja yang akan terjadi ke atas dirinya. Orang seperti uskup Finneman sudah menjadi pengikut Kristus yang luar biasa. Demi iman dan kebenaran, ia menerima siksaan fisik dari tentara Jepang, tetapi jiwanya tetap alami kedamaian karena ia tetap setia pada Kristus. Kesetiaan pada Kristus sudah menguatkan uskup Finnemann. Dia pun yakin bahwa bersama Kristus ia sanggup menerima semua penderitaan itu. Tentara Jepang boleh menyiksa tubuhnya yang fana, boleh membuangnya ke laut yang dalam, tetapi mereka tidak bisa menyiksa jiwanya. Jiwanya tetap hidup dan kita percaya bahwa kini jiwa uskup Finnemann alami kebahagiaan kekal bersama Kristus di surga.
Saudara-saudari, kita harus bersedia menjadi pengikut Kristus yang setia dan bekerja keras. Yesus sendiri dalam InjilNya hari ini sudah mengingatkan kita, katanya: “Berjuanglah untuk masuk melalui pintu yang sesak itu.” Kalau kita tafsirkan pernyataan Kristus ini secara lurus. Kita bayangkan diri kita berdiri bersama ratusan orang di stasiun kreta api. Begitu kreta api datang, kita berdesak-desakan masuk di pintu kreta api yang sesak. Kita bayangkan perjuangan kita pada saat itu, di pintu sesak itu status kita tidak lagi punya arti, entah saya pastor, uskup, awam biasa, pegawai besar, petani sederhana, orang berdasi, orang miskin, ganteng, cantik, tua dan muda…. semua berjuang untuk masuk ke dalam gerbong kreta api. Bagi yang kuat dan berjuang terus tanpa putus asa pasti berhasil masuk, walaupun terasa sakit karena terjepit oleh banyak orang di pintu sesak itu. Penderitaan selama berdesakan itu cuma sebentar saja, tetapi begitu berhasil melewati pintu sempit itu, akan ditemukan tempat duduk yang baik, udara sejuk karena aircondition dan perasaan legah pun kembali muncul.
Tetapi bagi mereka yang lemah, yang menjaga wibawa, yang cepat putus asa, yang tidak kuat menahan penderitaan, yang jatuh di saat berdesakan pasti tidak bisa masuk. Jadi kalau mau berhasil masuk, sangat dibutuhkan kesabaran, kerja keras, kerinduan yang sangat tinggi untuk ada di dalam gerbong, selalu berjuang terus dan percaya diri bahwa bisa masuk ke dalam gerbong.
Demikian pun halnya dengan masuk ke dalam kerajaan surga. Kalau kita mau masuk ke dalam kerajaan surga, kita tidak bisa hanya menjadi umat yang biasa-biasa saja; santai-santai saja; ikut arus tanpa perjuangan. Tetapi sebaliknya, kita harus bersedia menjadi manusia yang luar biasa: manusia yang tahan banting; manusia yang punya komitment dan bertanggungjawab atas pilihan hidup; manusia yang selalu punya rasa cinta akan apa yang mau diraih; manusia sabar dan punya fokus dan harapan bahwa satu waktu akan ada bersama Tuhan dalam kerajaanNya.
Pertanyaan untuk kita: apakah kita termasuk umat yang selalu bersedia menjadi pengikut Kristus yang luar biasa? Di saat kita alami kesulitan, apakah kita selalu menghadapi kesulitan itu dengan sabar, sambil bekerja keras menghadapi kesulitan itu dan tetap percaya serta berharap bahwa di balik kesulitan itu ada sukacita yang akan kita alami?
Marilah saudara-saudari, Yesus sendiri sudah melalui pintu sempit itu dan Dia sudah alami kedamaian dan sukacita dalam Kerajaan Surga. Ia sudah melewati hari Jumat Besar, hari Ia disengsarakan, mati di kayu salib, tetapi pada hari Minggu Ia bangkit dengan mulia membawa sukacita kepada mereka, yang percaya kepadaNya. Sebagai pengikut Kristus kita harus selalu meminta bantuanNya, bahwa bersama Dia pasti kita sanggup melewati pintu sesak itu dengan sukses.
Kita memohon Bunda Maria untuk selalu mendoakan kita. Amen.
Kredit Foto: In Cammino
Misionaris SVD yang berkarya di Papua New Guinea. Bertugas sebagai pembina para frater SVD dan mengajar di Catholic Theological Institute di Bomana Port Moresby dan mengajar di Xavier Institute untuk para suster dan bruder yang mau menyiapkan diri untuk mengikrarkan kaul-kaul kekal, dan membantu mereka yang bekerja di lembaga pembinaan para religious di Papua New Guinea.