“Tetapi Petrus menegakkan Kornelius serta berkata, ‘Bangunlah, aku hanya manusia biasa.” (Kis 10, 26)
HAL ini dikatakan Petrus, ketika Kornelius menyambutnya, sambil tersungkur di depan Petrus dan menyembahnya.
“Aku hanya manusia biasa!” Apa arti kata-kata ini bagi seorang pelayan pastoral atau juga bagi umat beriman?
Petrus sadar bahwa dirinya adalah manusia biasa. Manusia biasa adalah masyarakat pada umumnya; bukan berasal dari keluarga bangsawan atau istana; juga bukan seorang pejabat dari suatu lembaga atau instansi tertentu.
Manusia biasa adalah seorang pribadi yang mempunyai banyak kelemahan, kekurangan atau kerapuhan. Hal-hal ini juga nampak di dalam diri Simon Petrus. Petrus mengalami keraguan dan kebimbangan saat berada di tengah danau, sehingga dirinya hampir tenggelam.
Petrus pernah dimarahi Yesus, dengan kata-kata, “Enyahlah iblis!” Apa yang dipikirkan dan dikatakan Petrus tidak selaras dengan tujuan perjalanan dan perjuangan Yesus. Pada saat Yesus diadili, Petrus malahan menyangkal-Nya sampai tiga kali.
Sebuah proses ‘pemuridan’ harus mengalami jatuh bangun dan pasang surut untuk sampai pada suatu kemantapan dalam iman dan komitmen yang kuat, seperti dilambangkan dengan batu karang. Sebagai manusia biasa, Petrus pernah keliru dan salah dalam bersikap atau berperilaku; tidak sesuai dengan yang diharapkan oleh Gurunya.
Kalaupun terjadi sesuatu yang istimewa di dalam pelayanan Petrus, itu terjadi bukan karena kemampuannya; tetapi karena ‘kuasa’ Yesus yang bangkit, yang diyakini secara kuat oleh Petrus. Aku pun hanya manusia biasa, yang selalu mengharapkan kuasa Yesus yang bangkit.
Teman-teman selamat malam dan selamat beristirahat. Berkah Dalem.
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.