Beranda Jendela Alkitab Harian Menjadi Murid, Artinya ….

Menjadi Murid, Artinya ….

muridSelasa, 15 April 2014,

Yes 49:1-6; Yoh 13:21-33,36-38.

Simon Petrus berkata kepada Yesus: “Tuhan, ke manakah Engkau pergi?” Jawab Yesus: “Ke tempat Aku pergi, engkau tidak dapat mengikuti Aku sekarang, tetapi kelak engkau akan mengikuti Aku.” (Yoh 13:36).

Biasanya, seorang pemimpin yang baik pada awalnya merupakan seorang pengikut yang baik. Tentu kita mengenal banyak tokoh yang kemudian menjadi pemimpin yang baik karena mereka sebelumnya seorang pengikut yang baik. Bagaimanakah sikap seorang pengikut yang baik itu? Tentu saja ada sejumlah sikap dan keutamaan yang melukiskan watak seorang pengikut yang baik. Antara lain: setia kepada yang diikuti, bersedia untuk ikut mengambil tanggungjawab, sadar bahwa dirinya hanya seorang pengikut, paham bahwa dirinya tak tahu jalan yang mesti dilewati. Tetapi menurut saya, diatas sikap-sikap seperti itu, watak dasar yang menggambarkan seorang pengikut yang baik , yaitu : mengikuti karena percaya pada dia yang diikutinya.

Ada banyak hal yang mesti kita ikuti dalam kehidupan ini. Biasanya mengarahkan kita untuk makin bijaksana dalam menjalani hidup. Tetapi sebagai orang beriman ada satu saja yang sebenarnya menjadi pegangan bagi kita yaitu percaya pada Yesus dan mengikuti Dia. Menjadi murid Yesus berarti selalu mengikuti Dia. Selalu mengikuti Dia berarti, hidup-Nya ada dalam hidup kita. Petrus sebagaimana digambarkan dalam bacaan hari ini menampilkan dirinya sebagai sosok seorang murid. Murid yang percaya dan mengikuti Yesus.

Saat ini, banyak orang yang lebih suka mengkritik. Lebih suka melihat kelemahan. Lebih suka melihat keburukan dan kejelekan pemimpin. Dengan kata lain, sangat sukar untuk menjadi pengikut yang baik. Hal ini memang mudah dimengerti karena banyak pemimpin yang main kuasa dan bertindak sewenang-wenang. Banyak pemimpin yang tak menampilkan dirinya sebagai sosok yang bijaksana. Banyak pemimpin yang tak bisa dipercaya. Hasilnya? Banyak orang memilih jalannya sendiri-sendiri, tak percaya dan tak mau mengikuti.

Kenyataan ini tentu saja sangat berbeda dalam iman kita. Iman kita mengajari, bahwa pribadi yang kita ikuti ialah Yesus sendiri. Yesus yang kita percayai. Yesus yang menuntun kita ke jalan yang benar. Yesus yang adalah sumber kehidupan kita. Yesus yang mengorbankan diri untuk kita. Yesus yang menyembuhkan luka-luka kita. Yesus yang selalu ada dalam suka-duka hidup kita. Tegasnya, Yesus yang menebus kita dari kematian akibat dosa. Dia mengajari dan memilih kita untuk menjadi murid-Nya. Menjadi murid berarti mengikuti Dia. Mengikuti Dia untuk menjadi hamba yang melayani.

Pertanyaan reflektif:

• Apakah kita sudah menjadi murid Yesus yang setia mengikuti Dia?

• Tindakan konkret apa yang saya usahakan kalau perlu saya korbankan sebagai pengikut Yesus?

Doa:

Tuhan Yesus, kami ingin mengikuti-Mu kemanapun Engkau pergi. Pimpinlah kami agar kami sanggup mengikuti-Mu dengan menjadi pelayan bagi sesama yang memerlukan pertolongan. Amin.

(Ignasius Tari MSF)