SEMARAK Pekan Komunikasi Sosial Nasional (PKSN) ke-6 semakin terasa hari demi hari. Berbagai kegiatan dilakukan serentak di Aula Paroki Hati Tak Bernoda Santa Perawan Maria Makale, Tana Toraja.
Peserta berbondong-bondong hadir untuk mengikuti pelatihan yang diadakan, yaitu workshop menulis kreatif dan workshop audio visual yang dilakukan secara paralel.
Rangkaian kegiatan PKSN yang dihelat di dua kota ini, yakni Makassar dan Tana Toraja, Minggu, 26/5-Minggu, 2/6, merupakan geliat Gereja Indonesia untuk merayakan Hari Komunikasi Sedunia ke-53.
Pengampu pelatihan “Menulis Kreatif” terdiri dari tiga orang, yaitu inisiator Lokakarya “Indonesia Menulis”, Budi Sutedjo D. Oetomo; wartawan senior, A. Margana; dan editor Penerbit Buku Kompas, R.B.E. Agung Nugroho.
Sementara itu, pelatihan audio visual dipandu oleh tim dari Studio Audio Visual (SAV) Yogyakarta yang dikomandani oleh Romo F.X. Murti Hadi Wijayanto, S.J.; dan mantan Ketua Komisi Komsos Keuskupan Agung Semarang, Romo Petrus Noegroho Agoeng Sri Widodo.
“Menulis itu bak naik sepeda, tidak ada sekolah atau teorinya. Sekali jatuh, dua kali jatuh, tapi harus terus latihan, sampai akhirnya mahir bersepeda. Orang bisa menulis karena banyak latihan. Kuncinya adalah kemauan dari dalam diri sendiri,” ungkap Margana dalam sesi penulisan feature dan esai yang ia bawakan di hadapan sekitar 100-an peserta.
Sejak hari pertama pelatihan, para peserta diberi kesempatan untuk melakukan praktik menulis, baik berita, feature maupun esai. Sementara di sesi akhir hari kedua, diadakan evaluasi umum oleh Margana dan Agung. Margana mengevaluasi mulai dari mencari tema, menentukan topik menarik bagi pembaca, serta mengategorikan tulisan, termasuk ke dalam ulasan hardnews, feature, dan esai.
Lebih lanjut, Agung menambahkan, ”Jelek bagus dalam menulis itu, menurut saya, hanya bagian dari efek samping. Yang terpenting adalah prosesnya jika Anda memiliki passion menulis dari dalam diri sendiri sehingga bisa berkembang.” Tak pelak, komentar Agung disambut senyum sumringah peserta, seolah membulatkan tekad mereka untuk memulai karya dalam bidang tulis-menulis.
Hingga akhir acara, para peserta tetap setia mengikuti pelatihan, rasa letih tak menyurutkan semangat mereka, meskipun seharusnya hari itu mereka dapat menikmati hari libur. Selama dua hari menyimak materi dan mengerjakan tugas dengan ketekunan, ada tiga peserta yang tulisan beritanya berhasil dimuat di dua portal berita online. Ini menjadi satu pencapaian tersendiri yang membuat mereka bangga.
Pada sesi yang lain, Budi Sutedjo memaparkan bahwa menulis dan membuat buku itu mudah. “Semua orang bisa mengambil topik sederhana, hanya perlu keberanian dalam memulai dan konsisten menulis setiap hari. Nanti pasti tidak terasa bahwa tulisan-tulisan itu sudah bisa dijadikan satu buku ketika rajin menulis. Setelah itu, naskahnya tinggal dikirimkan ke penerbit saja,” ujarnya sambil menghadiahkan buku kepada para peserta yang mengajukan pertanyaan saat sesi tanya jawab.
Bagi para peserta, perhelatan akbar ini merupakan sarana untuk mengembangkan talenta mereka. Canda tawa memenuhi ruangan saat mereka tengah asik menuangkan ide-ide menarik kepada narasumber maupun rekan kelompok yang terlibat.
Selain menimba ilmu pengetahuan tentang dunia tulis-menulis, pelatihan ini juga menjadi sarana untuk bertatap muka secara langsung OMK, umat, dan para utusan paroki se-Kevikepan Toraja dan Luwu, Keuskupan Agung Makassar. Mereka bersama menjalin kedekatan dan relasi untuk bekal dalam berkarya, khususnya di bidang pewartaan, sehingga semakin berkembang, berjalan selaras, berkesinambungan, dan saling menopang antarpribadi di paroki masing-masing. (Stefani/RBE)
Staf Komisi Komunikasi Sosial, Konferensi Waligereja Indonesia, sejak Januari 2019-…