Seekor rayap hidup bersama yang lain dalam lubang laron. Ia mendapat kepercayaan dari ratu rayap untuk mengelola harta kekayaan kerajaan rayap. Ia diangkat menjadi Pejabat Agung. Karena merasa sebagai yang penting di antara rayap lain, ia mulai malas-malasan bercengkerama dengan yang lain.
Ia juga sering merasa terganggu, ketika ada rayap lain meminta tolong kepadanya. Rayap-rayap yang kelaparan dan yang menderita di sekitarnya dianggap sebagai pengganggu. Dalam hati, ia berkata, “Yang penting kebutuhanku dan hobiku terpenuhi. Aku sudah mendapat jabatan tinggi.”
Sejak saat itu pejabat itu sering merasa tidak tenang. Ia ingin membangun sebuah villa yang melindungi dan menjauhkan dirinya dari rayap-rayap lain. Ketika villa itu jadi dengan pintu dan jendela yang indah, ia merasa puas. Tetapi ada saja rayap yang datang mengetuk jendela untuk meminta bantuan. Karena kesal, ia menutup jendela itu dengan batu bata dan semen. Tetapi tampaknya rayap di luar tetap mengetuk jendela yang lain. Dalam waktu satu bulan, semua jendela sudah tertutup oleh semen.
Dalam hidup ini ada saja orang yang tidak mau terganggu oleh siapa pun. Kalau ada gangguan dari pihak lain, orang berusaha untuk menutup diri. Mereka merasa bahwa dengan cara demikian mereka akan terbebas dari gangguan-gangguan. Orang ingin mencari aman dalam hidup ini. Padahal manusia itu makhluk sosial yang selalu bersentuhan dengan orang lain.
Manusia itu tidak bisa hidup untuk dirinya sendiri. Manusia selalu hidup untuk orang lain juga. Dalam perjalanan hidup yang demikian ada interaksi. Ada kalanya terjadi benturan dan gangguan. Hal-hal seperti ini semestinya menjadi suatu kesempatan untuk meningkatkan ketrampilan hidup. Interaksi yang positif akan berguna bagi seseorang dalam menjalani hidup ini.
Sebagai orang beriman, kita mesti membiarkan diri kita untuk diganggu oleh setiap interaksi dalam hidup ini. Dalam interaksi itu kita ingin menimba hal-hal yang positif yang berguna bagi pertumbuhan iman kita kepada Tuhan. Tuhan juga berbicara melalui orang-orang di sekitar kita. Tuhan membantu kita melalui sesama kita.
Untuk itu, orang beriman mesti selalu terbuka kepada peristiwa-peristiwa hidup sehari-hari. Dalam kebisingan hidup ini selalu saja ada hal-hal baik yang berguna bagi pertumbuhan hidup kita. Karena itu, mari kita berusaha untuk senantiasa menaruh perhatian kepada setiap peristiwa yang terjadi sehari-hari. Bukankah setiap peristiwa itu mempunyai makna yang positif bagi hidup kita?
Keterangan foto: Menimba air dari galian, ilustrasi dari: www.antarasumbar.com
Imam diosesan (praja) Keuskupan Weetebula (Pulau Sumba, NTT); misiolog, lulusan Universitas Urbaniana Roma; berkarya sebagai Sekretaris Eksekutif Komisi Komunikasi Sosial (Komsos) KWI, Juli 2013-Juli 2019