BUNDA Marie Adele Garnier melewati hidup yang tidak biasa: karunia derita Yesus Kristus, gejolak politik, dan batal menikah. Namun, beliau dipakai Tuhan untuk mendirikan Biara Tyburn Benediktin, di mana sebuah ordo baru bermula di London dan sekarang, sudah menyebar ke penjuru dunia.
Bunda Marie diberi gelar “Pelayan Tuhan” oleh Kongregasi bagi Penyebab Penganugerahan Gelar Santo-Santa, sebuah langkah menuju kanonisasi.
Sejak kecil, ia merasakan kerinduan untuk hidup dekat dengan Tuhan, tanpa tahu bahwa panggilannya adalah menjadi suster. Setelah lulus sekolah pada usia 16 tahun, Marie dilamar seorang lelaki muda dan menerimanya.
Namun, ia sempat mendengar calon suaminya bercanda bahwa sang lelaki itu akan merenggut kesucian Marie setelah menikah. Ia pun tegas mengatakan, “Pak, tidak perlu repot-repot. Saya tidak akan menjadi istri Anda!”
Mereka berkelahi, sampai si lelaki mengambil gunting dan menancapkannya ke dada Marie. Lukanya tidak parah dan sang calon suami akhirnya menikah dengan perempuan lain.
Setelah itu, ia menjadi pengasuh sebuah keluarga Perancis, sekaligus koster mereka (keluarga bangsawan). Di saat itulah ia mendapat penglihatan Yesus muncul di hosti, dan menjadi inspirasi gambar di medali ordonya.
Gejolak politik perang Perancis membuatnya menderita secara iman, sampai pembimbing rohaninya menghimbau Marie segera menerima Hosti Kudus. Beliau langsung merasakan sukacita penuh dan perasaan pengangkatan (rapture).
Mendengar kabar bahwa ada pasutri yang mau membangun gereja untuk menghormati wahyu Hati Kudus Yesus terhadap Sta. Maria Margareta, ia terpanggil untuk ambil bagian. Melewati berbagai konsultasi bersama pembimbing rohaninya dan uskup agung setempat, ia mempelopori adorasi nonstop di gereja itu -yang masih berlangsung hingga sekarang sejak 1885!
Kemudian jadilah gereja itu- Basilika Hati Kudus Montmartre. Di situ, Marie bersama dua rekan membangun tempat tinggal supaya bisa fokus berdoa, merasul, sambil mengenakan skapulir putih (tapi tetap berpakaian awam karena hukum setempat yang menyulitkan pergerakan mereka).
Pada 4 Maret 1898, Kardinal Francois-Marie-Benjamin Richard de la Vergne dari Paris mengizinkan ordo baru didirikan, yakni Penyembah Hati Kudus Yesus Montmartre yang dipelopori Marie.
Beberapa tahun kemudian, hukum antiklerikal Perancis membuat Marie dan teman-teman diasingkan ke London, kota di mana mereka bisa dengan bebas mengenakan jubah untuk pertama kalinya.
Mereka menetap di Tyburn yang dijuluki bukit para martir (pada abad 16-17, terjadi eksekusi mati ratusan martir oleh negara Protestan karena menolak menyangkal iman Katolik).
Dalam hidup religiusnya, Marie mengalami derita fisik berupa sakit kepala parah; begitu intens bilamana ia melewati dua jam tanpa menderita, ia berpikir apakah Tuhan telah meninggalkannya. Sambil menahan rasa sakit, ia tetap ceria dan lembut kepada semua orang, bahkan masih menerima konseling.
Ordonya kerap mengalami masalah keuangan dan serangan si jahat, seperti kerasukan dan benda yang terlempar dengan sendirinya.
Dalam kesaksiannya kepada Pastor Charles Sauvé, Marie bercerita bahwa ia melihat hosti yang dicelupkan ke piala oleh pastor, secara berbeda.
|
“Tangan imam itu tidak mengangkat partikel putih, tapi merah, merah darah dan bercahaya. Jari imam itu juga merah, seperti kena noda darah segar,” tulisnya.
Pada 1922, ia mendapat wahyu bahwa ia akan meninggal sebentar lagi. Dua tahun terakhir hidupnya terisi dengan sakit di dada dan masalah pernapasan sampai ia harus banyak istirahat.
Dia berkata, “Saya percaya bahwa saya akan tetap ceria sampai titik akhir! Saya persembahkan penderitaan ini dengan ujud agar semua bangsa dapat menjadi Katolik.”
Setahun sebelum kematiannya, ia mendapat penglihatan Hati Kudus Yesus yang hidup dalam Ekaristi.
Dari para Penyembah Hati Kudus Yesus Montmartre, lahir ordo lain: Benediktin Hati Kudus Montmartre, yang melayani di basilika Montmartre dan sejumlah tempat ziarah di Perancis.
Ordo Marie sendiri tetap mempersembahkan hidupnya untuk adorasi Ekaristi demi memuliakan Tuhan dan terus berdoa bagi keutuhan keluarga-keluarga di dunia.
Selanjutnya, Marie Adele Garnier akan masuk tahap venerabilis.
sumber: catholicnewsagency.com
foto: catholicherald.co.uk dan communio.stblogs.org
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.