“Lalu Yesus mengulurkan tangan-Nya, menjamah orang itu, dan berkata, ‘Aku mau, jadilah engkau tahir.’ Seketika itu juga lenyaplah penyakit kustanya.” (Luk 5, 13)
SEORANG penjahat tertangkap oleh masa. Penjahat itu mengulurkan tangannya dan polisi pun memborgolnya.
Dalam hal ini, mengulurkan tangan merupakan ungkapan sikap penyerahan diri seorang penjahat kepada petugas keamanan. Mereka bersedia diborgol tangannya dari pada dikejar dan dihajar masa. Dalam perjumpaan dengan orang lain, banyak orang juga terbiasa mengulurkan tangan dan bersalaman.
Banyak orang mengulurkan tangan dan bersalaman, saat berjumpa di gereja, di lingkungan atau dalam kesempatan yang lain. Bahkan ada yang berkata, “Belum sah, kalau belum salaman!”
Dalam hal ini, mengulurkan tangan merupakan tanda atau kesediaan untuk membangun persahabatan. Relasi antar sahabat biasanya menunjukkan suasana hangat, dekat dan penuh keramahan. Orang-orang yang sedang konflik, bertengkar atau bermusuhan umumnya tidak mau untuk saling mengulurkan tangan dan bersalaman.
Yesus juga mengulurkan tangan-Nya kepada seorang yang penuh kusta dan menjamahnya. Mengulurkan tangan menunjukkan kesediaan untuk membantu atau menolong sesama yang berada dalam penderitaan. Kiranya banyak orang masih membutuhkan uluran tangan dari orang lain. Banyak orang masih berada dalam penderitaan, entah karena sakit, kena musibah atau terhimpit oleh berbagai macam kesulitan hidup. Bahkan juga banyak orang yang tersingkirkan dari kehidupan bersama karena derita yang dialami, seperti si kusta itu.
Memberikan uluran tangan tentu bisa terwujud dalam banyak bentuk dan banyak cara. Yesus menjamah si kusta itu. Uluran tangan terwujud secara nyata; bisa dilihat dan dirasakan oleh penderita. Uluran tangan yang nyata dan riil bagi para penderita mengalir dari kehendak yang kuat, “Aku mau!” dan bukan dari sebuah keterpaksaan atau demi pipularitas dan pencitraan.
Kesediaan untuk mengulurkan tangan bagi sesama akan menjadi ‘berkat’ atau sesuatu yang menyembuhkan dan menyelamatkan.
Teman-teman selamat pagi dan selamat berkarya. Berkah Dalem.
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.