MIRIFICA.NET – Bertempat di Aula Paroki Kristus Terang Dunia Waena (KTDW), Kamis, 28 Mei 2020, Komisi Komsos Keuskupan Jayapura bekerja sama dengan Komisi Komsos KWI dan Multi Media Paroki (KTDW) mengadakan acara Talkshow dengan tema Menenun Cerita Baru dan Baik Bagi Pendidikan Katolik.
Tema Talkshow diambil dari Pesan Paus Fransiskus dalam rangka merayakan Hari Komunikasi Sosial (Komsos) Sedunia yang ke-54. Ketua Komisi Komsos Keuskupan Jayapura, Pastor Goklian OFM mengungkapkan bahwa Talkshow ini bertujuan untuk merayakan Hari Komsos sekaligus sebagai bentuk kepedulian Komsos Keuskupan Jayapura dalam merefleksikan pola Pendidikan Katolik di Tanah Papua.
Hadir sebagai Narasumber pertama pada acara Talkshow tersebut adalah Dr. Ir. Apolo Safanfo S.T., M.T. “Setiap orang baik klerus maupun laicus, dipanggil untuk mewartakan Kerajaan Allah. Salah satu tugas untuk mewartakan Kerajaan Allah itu adalah melalui Pendidikan. Hakekat Pendidikan adalah membentuk manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki ilmu pengetahuan dan teknologi serta memiliki keterampilan. Mengajarkan nilai-nilai kehidupan merupakan proses utama dalam Pendidikan, karena Pendidikan adalah usaha untuk terus-menerus Menyusun kembali dan menata ulang pengalaman hidup dari peserta didik. Dengan proses ini maka sebuah Pendidikan harus menghasilan lulusan yang memiliki nilai-nilai dan karakter yang baik, ilmu pengetahuan yang luas dan keterampilan yang tinggi”, papar Rektor Universitas Cenderawasih Papua tersebut.
Pembicara kedua, Pastor DR. Yanuarius You MA., Pr membeberkan fakta-fakta Pendidikan Katolik di Papua. Dengan amat tegas, Ketua Sekolah Tinggi Filsafat Teologi Fajar Timur ini menyebutkan bahwa ada tiga komponen yang teribat dalam dunia Pendidikan. Pertama, Keluargaa. Kelurga seharusnya menjadi sekolah pertama bagi anak-anak kita dalam mendidik dan membentuk karakter melalui suri teladan, namun kini banyak keluarga terbelah karena perceraian, broken home, dan KDRT. Kedua, Lembaga Pendidikan. Lembaga Pendidikan menjadi tempat anak-anak untuk beriman dan bertaqwa, memiliki keterampilan, pengetahuan dan teknologi. Akan tetapi saat ini ditemukan bahwa Lembaga pendidikan dirobek-robek dengan paham intoleransi, dirusak oleh kurang profesionalnya para pendidik, penyelewengan dana Pendidikan, cara-cara curang dan tidak jujur, hingga merusak dan menghilangkan identitas dan rasa percaya diri anak-anak. Ketiga, masyarakat. Dalam masyarakat ada banyak tempat bagi Pendidikan anak-anak. Adat istiadat arif local, kini dirusak dengan budaya baru yakni budaya instan dan budaya miras.
“Kegiatan talkshow ini dinilai penting dan strategis bagi pengembangan generasi muda di Tanah Papua, khususnya memasuki pola pendidikan new normal atau kenormalan sehat yang baru selama dan pasca pandemi Covid-19. Kegiatan ini diikuti oleh para pemerhati pendidikan, pelaku pendidikan serta peserta didik di lingkungan Yayasan Pendidikan dan Persekolahan Katolik (YPPK) Santo Fransiskus Asisi, para pembimbing dan pengajar di lembaga pendidikan calon imam di Seminari Menengah Santo Fransiskus Asisi dan Seminari Tinggi interdiosesan Yerusalem Baru, STFT Fajar Timur, Sekolah Tinggi Pastoral Kateketik (STPK) Santo Yohanes Rasul,” kata Pastor Lian.
Talkshow ini dipandu oleh Damianus Kumanireng S.Si, selaku Sekretaris Komisi Pendidikan Keuskupan jayapura dan juga Kepala Sekolah SMAK Seminari Menengah St. Fransiskus Asisi Waena, Jayapura. Dalam sesi Diskusi, moderator dengan lihat memberikan pertanyaan yang menusuk kepada narasumber. “Pendidikan karakter dan nilai-nilai, sepantasnya dimulai pada sekolah dasar. Sistem kurikulum sekolah dasar kita amatlah berat. Sejak kecil anak-anak sudah diberi pelajaran matematika, Bahasa Inggris, dan sejenisnya. Seharusnya masa sekoah dasar adalah masa dimana anak-anak diberikan pelajaran nilai dan pembentukan karakter. Secara bertahap, mulai dri sekolah dasar, sekolah menengah dan sekolah atas hingga perguruan tinggi, pola materi yang diberikan kepada anak-anak haruslah bertahap”, jelas Apolo menjawab pertanyaan tentang system pendidkan di Indonesia.
Sehubungan dengan dunia Pendidikan di Papua, Yan You menguraikan bahwa perlu ada pembaharuan total dalam membangun cerita pendidikan yang baik di Papua. “Ada banyak pembaharuan yang harus dilakukan: pembaharuan kurikulum nasional untuk memberikan ruang kurikulum local, pembaharuan metode mengajar dari monolog ke dialog, pembaharuan beroritentasi pada Pendidikan nilai dan karakter, pembaharuan mental dan profesionalitas tenaga pengajarnya”, papar Ketua Komisi Pendidikan Keuskupan Jayapura ini.
Talkshow tersebut berjalan serius tapi santai, karena pada setiap sesi istirahat, dihibur oleh group music vaticano voice yang membawakan lagu-lagu nostalgia tentang keindahan alam Papua. Menutup kegiatan Talkshow, “Pendidikan haruslah berakhir dengan cerita tentang nilai-nilai karakter yang baik, tentang ilmu dan pengetahuan yang luas, dan tentang keterampilan yang tinggi. Pola asrama, penyelesaian dan pengobatan luka-luka batin, pengembangan sarana dan prasarana yang agar menjadi layak, profesionalitas tenaga-tenaga pengajar dan mengangkat cerita serta budaya arif local menjadi beberapa alternative untuk menenun jahitan Pendidikan yang robek, mempersatukan yang terbelah dan menutun yang berlubang. Mari kita mulai cerita baik dan benar dalam noken Pendidikan Katolik kita lagi. Roh Kudus dan Bunda Maria, pasti selalu membantu dan mendampingi setiap jahitan yang akan kita tenun”, pesan Ketua Komisi Komsos Keuskupan Jayapura itu.
Baca juga: Uskup Pangkalpinang, Pembicara Utama Dalam Talkshow Komsos
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.