MIRIFICA.NET – Manusia dipanggil untuk memuji Tuhan atas segala anugerah ciptaan-Nya, bukan sebaliknya menjadi predator yang menjarah bumi dan segala isinya, Ujar Paus Fransiskus seperti dilansir cruxnow.com
Dalam sebuah pesan yang disampaikan kepada para peserta konferensi pada 8 Juli 2019 di Italia, mengenai kejadian deforestasi di Amazon, Paus Fransiskus menyampaikan bahwa situasi saat ini di hutan hujan Amerika Selatan merupakan salah satu cermin menyedihkan atas apa yang juga banyak terjadi di belahan bumi lainnya.
Bapa Suci memberi perhatian atas ‘sikap predator’ terkait hubungan manusia dengan alam. Perilaku ini merupakan tindakan buta dan destruktif, dimana keuntungan salah satu pihak lebih diutamakan daripada keadilan. Pada kesempatan ini, kita juga diingatkan agar tidak lupa bahwa keadilan sosial dan ekologi saling terkait.
Forum internasional yang disponsori oleh Komunitas Laudato Si, sebuah asosiasi yang terinspirasi oleh ensiklik Paus tentang lingkungan, menggambarkan Amazon sebagai kunci ‘konversi ekologis’ untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang ekologi integral sebagai upaya menciptakan kehidupan yang berjalan selaras dengan ciptaan.
Konferensi ini berlangsung di kota Amatrice, Italia tengah. Dimana pada tahun 2016, Amatrice menjadi kota yang hancur setelah gempa berkekuatan 6,2 skala richter melanda. Dalam pesannya, Paus Fransiskus juga memaparkankan lokasi berlangsungnya konferensi merupakan “tanda harapan” serta “tanda kedekatan” bahwa begitu banyak saudara dan saudari yang masih hidup dalam kenangan tragedi dan masih terus berupaya untuk pulih secara perlahan bersama-sama.
Penggundulan hutan dan eksploitasi Amazon serta penduduknya telah membuat ribuan masyarakat asli justru berlutut bahkan terpaksa menjadi orang asing di tanah mereka sendiri. Budaya dan tradisi asli mereka terampas dan keseimbangan akan persatuan masyarakat yang telah terbentuk selama ribuan tahun menjadi hancur.
Mengutip ensiklik St. Paus Paulus VI tentang Kemajuan Bangsa-bangsa, “Populorum Progressio,” Sri Paus mengatakan bahwa umat manusia tidak dapat lagi hanya tetap menjadi penonton yang tidak peduli dalam menghadapi bahaya kehancuran ini, Gereja pun tidak dapat membisu, seruan kaum miskin harus terus bergema.
Paus Fransiskus menganjurkan tiga sikap kepedulian terhadap lingkungan untuk sama-sama direnungkan. Yang pertama doksologi, memuji Allah – pujian kepada Allah menjadi keutamaan, sikap ini harus dimiliki semua orang sebelum memuji keindahan ciptaan. “Pujian adalah buah dari kontemplasi, kontemplasi dan pujian mengarah pada rasa hormat akan ciptaan dan penciptanya,” Tandas Sri Paus.
Kemudian sikap yang ekaristis, lanjutnya, membantu manusia memahami karunia kehidupan dan mengakui bahwa segala sesuatu diberikan Allah kepada kita secara cuma-cuma, bukan untuk dirampas, tetapi menjadi karunia yang dibagikan dan diberikan. Terakhir sikap seorang petapa terhadap lingkungan menjadi sangatlah penting, agar manusia tau bagaimana menyerahkan sesuatu demi kebaikan yang lebih besar bagi dirinya dan juga orang lain. Membantu kita mengubah sikap ‘predator’ menjadi manusia yang murah hati, yang selalu berupaya membangun hubungan yang ramah lingkungan.
Sumber: Terjemahan bebas dari cruxnow.com
Staf Komisi Komunikasi Sosial, Konferensi Waligereja Indonesia, sejak Januari 2019-…