pksn kwi 2019

Komunikasi adalah bagian yang sangat penting dalam kehidupan manusia sehari-hari. Manusia tidak dapat hidup di dunia ini tanpa berkomunikasi dengan sesama manusia lainnya. Kata bijak seperti “Semua masalah dapat diselesaikan dengan musyawarah” sangat berkaitan erat dengan begitu pentingnya komunikasi dalam kehidupan manusia. Dalam sejarah kehidupan manusia dari masa lampau hingga sekarang, belum pernah ditemukan seorang individu manusia dapat hidup sendiri bebas dari lingkungan. Manusia diciptakan sebagai makhluk sosial yang artinya selalu hidup dalam suatu hubungan keterikatan dengan individu lainnya. Secara umum dapat disimpulkan bahwa setiap manusia akan selalu terlibat komunikasi dan pergaulan dengan sesama. Kita bisa membayangkan seandainya kita tidak melakukan kegiatan komunikasi dalam jangka waktu 1 hari saja. Bisa kita ambil kesimpulan perasaan kita pasti tidak akan enak dan merasa terasingkan.

Dalam kehidupan rohani khususnya kehidupan kita sebagai umat Kristiani, kita secara langsung bisa melihat asal-usul komunikasi di dalam pasal Kejadian 1:26-27. Kata-kata “Baiklah kita” di ayat 26 menunjukkan makna tersirat adanya komunikasi yang memberitahukan “Ketritunggalan Tuhan” . Komunikasi berlangsung di antara Allah Trinitas, Allah Bapa, Allah Anak juga disebutkan di pasal Yohanes 1:1 dan Allah Roh di pasal Kejadian 1:2. Melalui kata ”Kita” nampak pula adanya ikatan kasih. Kasih yang mempersatukan. Selanjutnya ayat 27 memberitahukan bahwa manusia diciptakan menurut gambar Allah. Keistimewaan ini menegaskan adanya nilai yang unik mengenai begitu berharganya hidup kita manusia di hadapan Allah. Salah satu dari kenyataan itu adalah bahwa manusia diciptakan sebagai makhluk yang berkomunikasi. Berkomunikasi sebagaimana Allah Trinitas berkomunikasi, yaitu berdasarkan kasih yang mempersekutukan. Kesanggupan ini memungkinkan manusia berkomunikasi dengan Allah dalam komunikasi timbal balik, juga dengan sesama. Inilah asal usul komunikasi di antara kita sesama manusia.

Pelayanan Rohani adalah salah satu tempat dimana komunikasi antar manusia terjalin. Kegiatan Pelayanan Rohani ini bisa ada dimana-mana entah itu di Gereja, Kampus, Lingkungan, Perkumpulan, dan sebagainya. Di tempat ini, kita bisa saling mengenal satu sama lain melalui berbagai media seperti sharing kepelayanan, pendalaman alkitab hingga diskusi biasa. Keberadaan Kegiatan Pelayanan Rohani yang memiliki beragam bentuk dan media ini yang semakin memperkaya aktivitas manusia dalam berkomunikasi. Tetapi dalam berkomunikasi tidaklah mudah, banyak yang menjadi penghambat dan merusak komunikasi kita kepada sesama. Dalam menjalankan aktivitas di kegiatan pelayanan rohani, tentu kita tidak dapat dilepaskan dari banyaknya intrik dan masalah seperti kurang percaya diri, keegoisan teman sepelayanan, gosip yang tidak jelas dan sebagainya. Tidak jarang intrik dan masalah itu menyebabkan hubungan kita dengan sesama manusia menjadi renggang yang berpotensi menjadi konflik. Tentu sangat sulit membangun sebuah pelayanan yang sehat jika ada konflik seperti ini. Untuk menyelesaikan masalah ini, hal yang perlu kita sadari adalah bahwa hubungan yang baik bukan dibangun oleh ketidakhadiran masalah. Justru hubungan yang baik akan diuji oleh kehadiran masalah tersebut, apakah hubungan baik itu semu atau sejati.

Cecil G. Osborne dalam bukunya mengatakan bahwa kesuksesan dalam hidup sering tergantung pada seberapa baik kita berkomunikasi. Kunci bergaul dengan orang lain adalah kebijakan. Belajar memperbaiki respon sebelum mengucapkannya memberikan manfaat yang sangat besar. Tidak semua orang yang mengetahui cara bergaul dengan baik. Orang yang berpendidikan tidak selalu bergaul dengan baik daripada orang yang tidak terpelajar. Mungkin saja dalam kalangan tidak terpelajar menggunakan tata bahasa yang lebih baik, tetapi pemahaman mereka mengenai apa yang harus dikatakan dan cara mengatakannya tidak lebih baik. Tidak semua orang yang mengetahui cara bergaul dengan baik. Orang yang berpendidikan tidak selalu bergaul dengan baik daripada orang yang tidak terpelajar. Mungkin saja dalam kalangan tidak terpelajar menuggunakan tata bahasa yang lebih baik, tetapi pemahaman mereka mengenai apa yang harus dikatakan dan cara mengatakannya tidak lebih baik.

Komunikasi Alkitabiah bukan berarti menceritakan isi alkitab secara keseluruhan. Sebagai seorang manusia biasa, tentu sulit bagi kita memaknai secara gamblang setiap ayat di Alkitab. Komunikasi yang berlangsung di antara manusia berasal dari Allah. Dimulai dengan kasih dan diberikan karena kasih. Kita berkomunikasi sebagai bukti kasih kita kepada Allah dan kepada sesama kita. Komunikasi Alkitabiah lebih menekankan pada ikatan batin antar sesama anggota pelayan dan bagaimana cara hidup kita bisa menjadi role model bagi setiap orang. Kita bisa meneladani Kisah Rasul Paulus dalam Efesus 4 : 25-32 sebagai pedoman kita dalam berkomunikasi secara Alkitabiah yaitu Jujur (ayat 25), Mengendalikan Emosi (ayat 26-27), Menghilangkan Iri dan Kedengkian Hati (ayat 28), Tidak menyebarkan dusta (ayat 29-30) dan Mengutamakan Kasih (ayat 31-32).

Aplikasi Kitab Efesus 4 : 25-32 yang dapat kita lakukan dalam dalam kegiatan pelayanan kita sehari-hari adalah sebagai berikut :

1. Sikap saling menerima
Harus saling menerima, sama seperti Kristus telah menerima kita. Lihat dalam Roma 15:7 “sebab itu terimalah satu akan yang lain, sama seperti Kristus telah menerima kita, untuk kemuliaan Allah”. Kristus menerima kita, dari tidak bernilai menjadi berharga pinsip sebab yang disebutkan di ayat ini bukan sekedar alam yang berlangsung dan tidak dapat dihindari oleh setiap manusia, tetap “sebab” yang beralaskan dasar yang kokoh. Setiap manusia adalah makhluk yang berdosa. Pengertian berdosa menyiratkan arti rusak secara total. Dalam kondisi seperti itulah Kristus menerima kita. Menjadikan kita terangkat dari kondisi terbuang, dan dari yang tidak bernilai menjadi berharga. Sikap saling menerima dikatakan untuk kemulian Allah karena dengan saling menerima , manusia ciptaan Allah itu dapat kembali pada konsep dasar komunikasi Kristiani yaitu komunikasi yang mempersatukan.

2. Belajar untuk Mendengarkan
Setiap orang memiliki dua telinga dan satu mulut. Artinya, lebih banyaklah mendengar daripada ngomong. Justru dari mendengar kita belajar bukan dari berbicara. Ini cara membantu saudara menjadi pendengar yang baik. Sebisa mungkin hindari memotong percakapan teman kita dan jangan sembarangan memberikan kritikan yang tidak konstruktif. Terimalah setiap saran dan kritik yang diberikan oleh teman kita dengan rendah hati dan tulus.

3. Belajar untuk mengenal orang lain
Mengenal individu lain sebagai individu yang lain dan tidak sama dengan diri kita sendiri. Mengenal individu lain berarti berusaha mengetahui sifat-sifat, sikap pandangan dan latar belakangnya yang telah membentuk individu lain itu dan yang mendasari kepribadian maupun tingkah lakunya.

4. Belajar mengerti dan memahami orang lain
Kita dapat berkomunikasi dengan baik jika kita memahami fakta bawa Setiap orang ingin hidupnya berarti bagi orang lain. Setiap orang ingin mempunyai teman-teman yang memiliki penilaian baik tentang dirinya, jika tidak disambut dengan meriah, paling tidak ia ingin menjadi berarti. Cara sederhana untuk memperbaiki komunikasi kita adalah mengingat nama dan wajahnya. Ini membutuhkan usaha, tetapi bermanfaat, karena nama itu penting bagi setiap orang. Jika pertama kali berkenalan dengan orang pastikanlah saudara mengetahui nama yang benar. Jika perlu tulislah di kertas namanya. Usahakan untuk memberikan pujian walaupun hal yang dilakukan teman kita itu sangat sederhana. Berikanlah puijan pada saat yang tepat dan tulus dan jangan menunggu sesuatu yang luar biasa. Setiap orang pasti senang jika diberikan pujian. Ini juga salah satu cara membuat orang lain lebih percaya diri. Tetapi jangan juga terlalu berlebihan dan memberikan pujian yang tidak sesuai dengan sebenarnya. Daripada menunggu untuk mendapatkan pujian, lebih baik mencari kesempatan untuk memberikannya.

5. Belajar Saling menghargai
Komunikasi dapat berjalan lancar, jika kita saling menghargai, karena pada dasarnya setiap orang perlu dihargai. Seringkali kita melihat ada batas-batas tertentu di pelayanan seperti si A hanya mau bergaul dengan si B dan sebagainya, inilah yang menimbulkan kesenjangan komunikasi. Untuk menghargai seseorang, sangat dibutuhkan kesediaan untuk tidak sekedar berbicara yang berisi canda dan olok-olok belaka tetapi sesuatu yang lebih dari itu yaitu berusaha menerima kelebihan dan kekurangan teman kita. Jika teman kita berbicara tentang pengalamannya entah itu suasana hatinya, kesan-kesannya dalam pelayanan, cobalah untuk mendengarkannya, sehingga ia merasa dihargai. Dengan hal itu, maka komunikasi yang terjalin dapat berjalan dengan baik.

6. Belajar untuk selalu Ramah dan Sopan
Keramahan tidak hanya berarti menanggapi dengan baik, tetapi juga bersedia memulai dengan pertanyaan-pertanyaan yang menciptakan percakapan; misalnya hobi, keluarga, musik, pelajaran yang paling disukai dan sebagainya. Dengan bertanya kita menunjukkan perhatian dan membangun kelancaran komunikasi.

7. Berusaha Mengenal lebih dalam
Melalui perhatian yang tidak dibuat-buat, teman bicara kita tahu bahwa kita menghargainya. Dengan sikap menghargai ini, kepercayaan dapat timbul, sehingga keadaan “saling mengenal lebih dalam” dapat terjalin. Dengan bertumbuhnya kepercayaan itu terbentuklah kesediaan tolong menolong, secara sehat untuk mengatasi kekuarangan-kekurangan yang ada, seperti sifat pemalu, sifat tertutup, kurang percaya diri, dsb. Selain itu, pada dasarnya kita menyetujui prinsip rohani saling menerima, karena melalui kesediaan menyambut orang lain di dalam keberadaanya.

8. Mengasihi Sesama
Firman Tuhan berkata “Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri” yang berarti Kita harus mengasihi orang lain seperti kita mengasihi diri kita sekalipun orang lain itu berbuat salah (Matius 22:39). Istilah kasih ini mencakup segala-galanya. Melalui kata-kata “kenakanlah kasih sebagai pengikat”. Kita bawa pada keadaan di mana setiap orang harus memberikan respons terhadap pernyataan itu. Untuk mengenakan sesuatu yang baru, yang lama harus ditinggalkan. Jadi, kita boleh melakukan itu dalam kehidupan kita sehari-hari dan jangan lupa berdoa agar selalu dimampukan untuk berkomunikasi dengan baik sambil meminta apa yang menjadi kebutuhan di dalam berkomunikasi secara erat dan wajar dengan sesama. Mulai dengan kesempatan pertama, bukan esok dan bukan lusa.

Kesimpulannya, Untuk membentuk Komunikasi yang Alkitabiah dalam pelayanan, maka kita harus mengetahui prinsip komunikasi itu sendiri yaitu Komunikasi itu telah dimulai dari Allah. Allah ingin komunikasi yang indah itu dilanjutkan dalam komunikasi kita dengan sesama kita. Jika kita sudah memahami ini, niscaya Komunikasi kita dengan teman kita dapat menjadi lebih baik lagi sehingga nama Tuhan semakin dipermuliakan dalam pelayanan kita. Tuhan memberkati.

 

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2015. http://mypapersttc.blogspot.com/2015/01/paper-membangun-komunikasi-yang-efektif.html. Diakses tanggal 28 Februari pukul 10.00 WIB
Anonim. 2012. http://richardarnoldsimbolon.blogspot.com/2012/07/komunikasi-yang-alkitabiah.html. Diakses tanggal 28 Februari pukul 10.00 WIB
Osborne, Cecil. G. 1996. Seni Bergaul. Jakarta : PT. BPK Gunung Mulia

gambar: https://www.stfrancismil.org

Penulis: Irving Josafat Alexander Silaban – Keuskupan Agung Medan

Ditulis dalam rangka Lomba Esai PKSN KWI 2019