Suatu hari seorang pengemis menemukan sebuah tas berisi uang dalam jumlah banyak. Tas itu milik seorang pedagang yang sangat kaya di kota itu. Pengemis itu sangat bergembira. Ia kegirangan menyaksikan uang dalam jumlah yang banyak itu. Dalam hati, ia mulai bermimpi tentang hidup yang lebih layak. Ia akan membangun sebuah rumah yang lebih layak dengan uang tersebut. Ia akan membeli sebuah mobil. Ia tidak akan menjadi seorang pengemis lagi. Uang itu dapat memecahkan masalah dalam kehidupannya. Setelah puluhan tahun hidup menggelandang sebagai orang miskin, kini ia mempunyai peluang untuk tidak dilecehkan lagi.
Beberapa waktu kemudian, pengemis itu mewujudkan mimpinya. Ia menggunakan uang temuannya itu untuk membeli sebuah rumah. Meski tidak mewah, kini hidupnya berubah total. Dengan uang yang ia punyai itu, ia tidak perlu lagi mengulurkan tangannya di perempatan kota. Ia menggunakan uang itu untuk membuka sebuah usaha untuk kelangsungan hidupnya. Hidupnya sungguh-sungguh berubah. Dambaannya untuk hidup yang lebih baik tercapai.
Namun persoalan yang muncul adalah ia terus-menerus diadili oleh suara hatinya yang jernih. Rupanya suara hatinya tidak setuju, kalau uang dalam jumlah besar itu ia gunakan untuk kepentingan dirinya. Itu uang tidak halal. Uang itu milik orang lain.
Suatu hari, pengemis itu berkata dalam hatinya, “Apa yang mesti saya buat? Bukankah saya juga tidak tahu siapa sesungguhnya pemilik uang ini? Kalau saya harus kembalikan, kepada siapa?”
Pengemis itu bergulat dengan dirinya sendiri. Suatu hari, malaikat Tuhan datang menjemputnya. Ia diantar menghadap Tuhan. Ia mesti mempertanggungjawabkan seluruh hidupnya di hadapan Tuhan.
Tuhan berkata kepadanya, “Kamu telah melakukan suatu kesalahan besar dalam hidupmu. Tetapi saya mengampunimu, karena kamu tidak tahu apa yang seharusnya kamu lakukan. Kamu boleh merasakan kebahagiaan dalam hidup ini, karena sudah begitu lama kamu mengalami kesusahan dan derita.”
Dalam kisah di atas tampak Tuhan begitu baik. Tuhan mengampuni orang yang melakukan kesalahan. Tuhan tidak menghukum orang yang melakukan kesalahan itu. Mengapa bisa terjadi? Karena Tuhan itu mahapengampun. Tuhan tidak menghukum orang yang bersalah. Bahkan Tuhan membebaskan orang berdosa. Tuhan ingin agar semua orang mengalami kebahagiaan dalam hidupnya.
Namun tidak berarti bahwa kita manusia boleh-boleh saja melakukan kejahatan dan dosa. Orang boleh saja tergelincir ke dalam dosa. Tetapi orang mesti segera kembali kepada Tuhan. Caranya adalah dengan menyesali dosa-dosa dan mengkui kesalahannya di hadapan Tuhan dan sesama. Pertobatan itu mesti dilakukan dengan penuh ketulusan hati. Tuhan ingin agar orang yang dengan tulus hati menyesali dosa-dosanya itu kembali kepada-Nya.
Sebagai orang beriman, kita mesti berusaha untuk terus-menerus bertobat dari kesalahan dan dosa-dosa kita. Artinya, kita ingin mengandalkan Tuhan dalam seluruh hidup kita. Tuhan menjadi andalan hidup kita. Tuhan mesti menjadi segala-galanya dalam hidup kita. Untuk itu, kita mesti memiliki ketulusan hati. Kita mesti mempunyai niat yang baik dalam hidup ini. Niat baik itu ditunjukkan dengan mengasihi sesama yang kita jumpai. Kita membantu sesama yang berada dalam berbagai bentuk kesulitan hidupnya. Dengan cara ini, kita dapat menyelamatkan banyak orang dalam hidup ini.
Tuhan memberkati.
Keterangan foto: bertobat (foto: www.fullycatholic.com)
Imam religius anggota Kongregasi Hati Kudus Yesus (SCJ); sekarang Ketua Komisi Komsos Keuskupan Agung Palembang dan Ketua Signis Indonesia; pengelola majalah “Fiat” dan “Komunio” Keuskupan Agung Palembang.