Beranda KWI Netizen, Warga Dunia Nyata dan Maya

Netizen, Warga Dunia Nyata dan Maya

Suasana diskusi kelompok dalam pelatihan 'media sosial sarana pewartaan' di Labuan Bajo, 30 Juni - 2 Juli 2014 / Foto : Pius Kaju

SATU istilah yang wajib dipahami oleh para penggiat komunikasi sosial adalah netizen. Mungkin istilah ini masih asing bagi kebanyakan pastor, suster, bruder. Tapi untuk para penggila internet atau orang muda istilah ini tentu sudah biasa.

“Bahkan beberapa orang menjuluki dirinya sebagai netizen. Netizen pada dasarnya adalah gabungan dari dua kata yakni NET (internet) dan Citizen (warga),”ujar Pakar Komunikasi yang juga CEO Grup Suara Surabaya Media Errol Jonathans dalam  Workshop Media Sosial Sarana Pewartaan di Labuan Bajo, Flores, Nusa Tenggara Barat, Selasa (01/07/2014).

Menurut Errol, netizen adalah istilah bagi seseorang yang sering berinteraksi dan menyuarakan aspirasinya melalui media online. Bisa dibilang Netizen ini memiliki 2 kewarganegaraan yakni dunia nyata (citizen) dan dunia maya (netizen).

Errol Jonathans/ Foto : Pius Kaju
Errol Jonathans/ Foto : Pius Kaju

Berkomunikasi adalah aktivitas utama mereka. Media yang mereka pakai adalah blog, website, email,chat, skype, facebook, dan twitter. Maka lahirlah para blogger, dan pebisnis online.

Netizen juga memiliki indentitas layaknya penduduk sipil. Nama (username), rumah (homepage), alamat surat (email), telpon (VoIP: Voice over Internet Protocol), memiliki kendaraan untuk bepergian dari satu tempat ke tempat lain (pakai browser, firefox,internet explore, opera, dan lain sebagainya).

“Mereka yang dijuluki Netizen menghabiskan waktu mereka 24 jam untuk terus tetap connect di dunia maya,”jelas Errol.

Netizen ini, kata Errol, biasanya kreatif  dan banyak ide, menjadikan sarana-sarana media sosial ini sebagai alat kontrol sosial, berani dan cepat bersuara. Mereka juga menjadikan media sosial sebagai alat kampanye, sebagai motor gerakan, inspirator bagi orang-orang tertentu, memiliki wirausaha, kerja mandiri dan membuka lapangan pekerjaan.

“Makanya sekarang saya sulit mencari karyawan baru. Karena anak muda sekarang begitu lulus kuliah ketika ditanya mau kerja apa, jawabnya mau buka usaha,”ucap Errol.

Anak muda netizen ini lebih memilih wirausaha atau menjalankan bisnis online karena merasa lebih nyaman, tidak diatur-atur, dan penghasilan jauh lebih besar dibandingkan sebagai karyawan kantoran.

“Akhirnya yang saya lakukan adalah merawat pegawai lama,”kata Errol.

Keterangan Foto : Suasana diskusi kelompok dalam pelatihan ‘media sosial sarana pewartaan’ di Labuan Bajo, 30 Juni – 2 Juli 2014 / Foto : Pius Kaju