Media yang berorientasi pada pelayanan orang miskin tidak berarti bahwa media itu dijual kepada orang miskin dengan harga yang murah, atau dihadiahkan pada orang miskin. Melainkan dalam arti, media itu memberitakan tentang keadaan orang miskin dengan semangat keberpihakan kepada mereka.
“Jadi, media tidak netral dalam pemberitaannya, melainkan ia memberitakan fakta kemiskinan itu dengan melibatkan penilaiannya sebagai seorang Kristen. Dengan pemberitaan itu maka lahirlah sikap dan jaringan solidaritas kristiani di seluruh dunia. Dari sana bisa muncul sikap dan tanggapan dari pelbagai pihak berupa memberikan bantuan untuk menanggulanginya,” ujar Dosen Filsafat di Seminari Tinggi Santo Michael Penfui-Kupang Norbertus Jegalus.
Pemberitaan media tentang orang miskin dan menderita yang melahirkan jaringan solidaritas internasional, menurut Norbertus Jegalus sudah umum dilakukan oleh media Katolik. Namun masih ada satu peran media dalam kaitan dengan orang miskin ini yakni media membangun kesadaran kritis. Itu berarti, pertama, media, seperti radio, televisi, surat kabar, majalah, dan internet, isi pemberitaannya membangunkan kesadaran kritis kaum miskin itu sendiri, untuk bisa keluar dari situasi itu; kedua, sarana komunikasi sosial itu mengeritik struktur-struktur masyarakat yang tidak adil yang menyebabkan orang menjadi miskin dan menderita.
Norbertus menyebutkan, di sini media mengambil posisi profetis, yakni menantang kebijakan-kebijakan publik yang tidak adil demi terciptanya kondisi sosial-ekonomi yang adil.
Tetapi seberapa efektif Gereja menggunakan media komunikasi sosial untuk mendukung perkara orang miskin? Kita perlu, sejak hari ini, pada HARI KOMUNIKASI SOSIAL NASIONAL ini, merubah sikap dan pendekatan kita terhadap media, yakni media tidak sekadar memberitakan apa yang dilakukan oleh Gereja, apa yang diimani oleh Gereja, atau apa yang dilakukan oleh para pemimpin Gereja, melainkan terutama memberitakan apa yang sedang dialami oleh orang miskin dan mengritik struktur-struktur sosial yang tidak adil yang menyebabkan kemiskinan itu.
“Sudah saatnya, kita memperluas wawasan media sosial dalam rangka evangelisasi, terlebih dalam rangka semangat Paus Fransiskus yang begitu besar memberikan perhatian kepada orang miskin,” ujar Norbertus.
Jadi, media komunikasi sosial harus lebih berorientasi pada usaha pembebasan orang miskin dari kemiskinan yang membelenggu mereka.
Mantan Jesuit, Pendiri Sesawi.Net, Jurnalis Senior dan Anggota Badan Pengurus Komsos KWI