TEKNOLOGI komunikasi dalam keluarga berkat atau kutuk? Itulah pertanyaan kunci yang dikedepankan pada rekoleksi keluarga dalam rangka Pekan Komunikasi Sosial Nasional (PKSN) ke-6 di Keuskupan Agung Makassar. Rekoleksi yang dihelat di Aula Paroki Santo Fransiskus Assisi Makassar, Selasa malam, 28/5 ini diikuti oleh ratusan pasangan suami-istri (pasutri) Katolik.
Sekretaris Eksekutif Komisi Kerasulan Keluarga (Komkel) Konferensi Waligereja Indonesia (KWI), Romo Heribertus Hartono MSF hadir sebagai salah satu pembicara. Romo Hartono menuturkan bahwa masalahnya bukanlah terletak pada media, melainkan pada keluarga yang menjadi pengguna media. “Bukan medianya yang salah, tetapi kita yang menggunakannya,” tandas Romo Hartono.
Romo yang tampil dengan kemeja hitam berkolar ini menyindir kecenderungan selfie yang lebih kerap diutamakan ketimbang kebersamaan dan perhatian antarpasangan. “Jika jalan-jalan saat liburan dan tiba saatnya makan, aksi yang duluan dilakukan adalah selfie atau doa dan kebersamaan?” tanya Romo Hartono kepada ratusan pasutri peserta rekoleksi.
Suara gemuruh penuh tawa pun memenuhi Aula Paroki Santo Fransiskus Assisi Makassar, menyambut pertanyaan Romo Hartono tersebut. Tanpa menunggu, Romo Hartono langsung memberikan jawabannya, “Tentunya banyak dari kita yang memilih untuk selfie dan upload menu makanan kita di media sosial,” jawabnya.
Cinta, Komitmen, Doa dan Rahmat Tuhan
Bagi Romo Hartono, kebanyakan orang mengganggap cinta sebagai hal utama dalam hidup perkawinan. “Cinta adalah penting, tetapi pilar utama sebuah perkawinan adalah doa,” imbuhnya.
Bahkan Romo dari Congregatio Missionariorum a Sacra Familia (MSF) ini menganggap jatuh cinta adalah momen penuh rahmat. “Namun, ketika Anda menikah, yang dibutuhkan adalah komitmen. Maka, yang menjadi atap dalam rumah tangga atau keluarga adalah rahmat Tuhan,” tegasnya.
Fondasi keluarga, menurut Romo Hartono, adalah Tuhan. “Lantas, cinta itu membentuk komitmen dalam kesetiaan hidup keluarga, dan atapnya adalah rahmat Tuhan,” kata Romo Hartono.
Maka dari itu, dia mengajak pasutri untuk bijak bermedia dalam keluarga. Selain bijak, penggunaan media ini juga hendaknya disertai sikap yang bertanggung jawab, santun, dan cerdas.
Mengutip pesan Paus Fransiskus, Romo Hartono mengatakan bahwa kemajuan saat ini yang perlu disyukuri adalah kemajuan teknologi informasi dan komunikasi. Hendaknya kemajuan ini dapat dimanfaatkan untuk kebaikan dan membangun komunitas persaudaraan, bukan sebaliknya.
“Implikasinya, melalui media ini mestinya relasi harus makin kuat, saling dekat satu sama lain, walaupun saling berjauhan. Bukan sebaliknya, justru mendekatkan yang jauh, tetapi malah menjauhkan yang dekat,” tandas Romo Hartono.
Hanya saja, kadang kala orang kurang mengenali bagaimana cara penggunaan media sehari-hari. Menciptakan relasi yang tepat itu penting. Romo Hartono juga menyuguhkan tips untuk mampu menyesuaikan kehendak satu sama lain di antara pasangan.
Untuk sehati dalam kehendak, pasamgan harus memiliki pikiran sehati satu sama lain. Mereka juga harus memiliki cara berkomunikasi yang enak. “Maka, hati-hatilah dalam berkata-kata di media,” lanjut Romo Hartono.
Selain itu, dia mengajak para pasutri menjadi orang yang punya touch yang baik terhadap pasangannya. Kehadiran pun sangat penting dalam kehidupan berumah tangga. “Janganlah hal itu digantikan oleh alat atau media. Kesetiaan akan ada dan terbangun dengan baik kalau ada kepercayaan di antara pasangan, bukan menyandarkan diri pada ‘devosi’ media,” tegasnya.
Menurut Romo Hartono, ketika pasangan belum lepas bebas dari gadget-nya masing-masing, hal yang akan dirasakan adalah bersama, tetapi merasa sendiri (together but alone).
“Media itu harus membantu perjumpaan, tidak membuat kita menjadi asing bagi yang lain,” ujarnya.
Supaya anak tidak menjadi korban, maka Romo Hartono menganjurkan perlunya mengirim pesan melalui sentuhan personal, misalnya lewat emoticon, saya kangen kamu, dan lain-lain. “Media adalah alat untuk memuji, memperhatikan, membantu, dan saling mengasihi satu sama lain,” demikian Romo Hartono. (Stefan/RBE)
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.