Refleksi atas Pesan Bapa Suci pada Hari Komunikasi Sedunia ke-43
(Rm. Agus Alfons Duka, SVD)
Dalam rangka memperingati Hari Komunikasi Sosial sedunia ke- 43 tahun 2009 yang dirayakan pada 24 Mei, Paus Benediktus XVI menyampaikan pesan komunikasi kepada seluruh umat Katolik sedunia dengan tema ‘Teknologi Baru, Relasi Baru: memajukan budaya menghormati, dialog dan persahabatan.’ Tema ini merupakan bentuk perhatian gereja terhadap perkembangan teknologi baru yang kian hari mempengaruhi cara berpikir dan berperilaku masyarakat teristimewa mereka yang dikategori sebagai generasi digital. Ada dua gagasan utama yang ditandaskan Bapa Suci dalam tema dimaksud yakni teknologi baru sebagai sarana dan manusia sebagai pihak yang berkepentingan dengan teknologi itu. Penekanan Bapa Suci terletak pada bagaimana kedua unsur itu berinteraksi dan berkorelasi.
Pada prinsipnya, sarana komunikasi sosial apapun bentuk dan kemasannya, ia harus dipandang sebagai ‘restu Allah’ (Inter Mirifica no 1) dan ‘anugerah Allah'(Communio et Progressio no 2). Itulah posisi teologis dari gereja. Karena fungsinya sebagai sarana, maka ia harus memfasilitasi terbangunnya ‘kesatuan dan kemajuan’ umat manusia sebagai tujuan komunikasi Kristiani.
Semoga mereka menjadi satu sama seperti kita adalah satu.
Inilah penggalan doa yang disampaikan oleh Yesus kepada Bapa sebelum Ia meninggalkan dunia. Doa ini lantas dikenal sebagai doa Yesus dalam kapasitasnya sebagai summus sacerdos (Imam Agung).Tentu kesatuan (unity) yang menjadi isi doa Yesus bukan dalam arti seragam (conformity). Ia lebih bermakna sehati dan sepenanggungan. Kesatuan seperti ini tidak harus terbingkai dalam kebersamaan fisik (tempat yang sama dan pada saat yang sama). Kesatuan versi doa Yesus memiliki semangat (spiritualitas) yang sama dalam rupa-rupa kegiatan. Demikianlah ‘Ada rupa-rupa karunia, tetapi roh itu satu dan sama'(1Kor 12:4).
Teknologi digital baru sedang memainkan peran itu. Keluarga-keluarga yang para anggotanya terpaksa tinggal terpisah dan jauh oleh karena kerja, sekolah, atau tugas-tugas tertentu kini dapat berhubungan dan menjalin kontak satu dengan lain dengan menggunakan telpon seluler. Internet yang kian hari kian canggih dengan menghadirkan video camera (suara dan gambar) membuat jarak dan waktu menjadi tereliminasi. Solidaritas antar bangsa pun semakin hari meningkat. Tatkala Indonesia mengalami bencana alam, banyak negara lain mengirim bantuannya baik tenaga maupun dana memperingan penderitaan korban bencana setelah mendengar di radio, menonton di televisi, berselancar di internet. Para mahasiswa dan peneliti tidak perlu lagi mengeluarkan banyak biaya dan waktu untuk mencari bahan-bahan rujukan untuk penelitian mereka di berbagai perpustakaan. Cukup mengakses internet di kamarnya, semua informasi sudah bisa didapatkan. Kaum muda tidak saja membangun pertemanan dengan orang-orang di seputar sekolah, komunitas dan lingkungan mereka. Mereka memperoleh banyak teman di berbagai negara lewat internet (persahabatan online). Sungguh, media digital modern memberikan peluang untuk terciptanya communio et progressio (kesatuan dan kemajuan). Atau boleh kita katakan, doa Yesus dalam kapasitasnya sebagai imam agung sedang terlaksana oleh kehadiran teknologi baru ini.
Waspada terhadap Teknokrasi
Walaupun demikian, kita hendaknya perlu bermawas diri agar tidak menjadikan media digital baru sebagai suatu euforia. Dengan karakter teknologis, media baru memiliki daya pikat, menarik banyak orang kepadanya yang pada gilirannya bisa menghilangkan peran utamanya sebagai sarana lalu berubah menjadi tujuan itu sendiri(teknosentrisme).
Pada pihak lain, ciri modistik(mode) teknologi baru membuat sarana-sarana itu masih bersifat elitis: mahal harganya dan sulit aksesnya terhadap piranti teknologis itu. Dengan demikian, hanya orang kota dan atau berduitlah yang memiliki kemudahan ke piranti teknologi baru dimaksud. Itu berarti, yang bisa memanfaatkan media teknologi baru untuk kepentingan kesatuan dan kemajuan adalah kategori orang yang punyapower ekonomi dan politik. Lalu, mereka yang tidak mempunyai akses akan tetap didera dengan kemiskinan informasi. Media modern dengan demikian justru memperdalam jurang dan diskriminasi dan bukan membangun kesatuan dan kemajuan.
Paus Benediktus dalam pesan komunikasinya pada perayaan hari komunikasi sosial sedunia tahun ini mengimbau kita semua agar tidak saja menggunakan media komunikasi secara proporsional tetapi juga mengupayakan penyamarataan penyebaran media untuk semua orang.
Media Digital Baru sebagai Gelanggang Evangelisasi
Pada akhirnya, dalam pesan komunikasinya, Bapa Suci mengundang semua orang yang bekehendak baik, teristimewa kaum muda yang lahir sebagai generasi digital untuk menjadikan teknologi digital baru sebagai suatu ‘market place’ atau forum untuk memperjuangkan dan memajukan budaya menghormati, meningkatkan dialog dan mempererat persahabatan. Bila kita masih saja bermusuhan dan saling curiga, bila banyak orang merasa dihina dan dinista oleh kehadiran media digital baru ini, maka yang paling bertanggungjawab terhadapnya adalah manusia pencipta dan pendistribusian media modern. Dunia media baru harus menjadi gelanggang evangelisasi dari dan di tengah-tengah umat manusia.
Penulis, Sekretaris Eksekutif Komisi KomSos KWI
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.