Ini pengalaman pertamaku mengikuti kegiatan Pekan Komunikasi Sosial Nasional- Konferensi Waligereja Indonesia 2018 yang diadakan dari 7 hingga 13 Mei 2018. Ada banyak hal baru dan menarik yang saya dapatkan, salah satunya bagaimana menjadi penulis kreatif.
Awalnya saya ragu bisa mengikuti kegiatan ini. Kebetulan, suami menjabat sebagai Kepala Bidang di Komisi Komsos Paroki Yesus Gembala Baik mendaftarkan saya untuk mengikuti acara ini. Saya pun bersedia. Dengan rasa tidak percaya diri saya mulai mengikuti acara PKSN-KWI 2018.
Memasuki ruangan pelatihan, mata saya tertuju pada tulisan besar di banner yang terpampang jelas di dinding. “Tulis sekarang atau tidak sama sekali”. Tiba-tiba, menyelinap dalam hati saya satu keyakinan. Slogan ini rupanya membangkitkan semangat, dan pelan-pelan membangun kepercayaan diri saya.
Dengan gairah yang menyala, saya ikuti acara dan kegiatan yang berlangsung dua hari dan berakhir Rabu 9 Mei. Tiga pembicara adalah orang-orang hebat. Budi Sutedjo Dharma Oetomo yang telah menelurkan ratusan buku dan ribuan artikel. Gabriel Abdi Susanto, yang telah menjadi wartawan selama 17 tahun. Dan FA Margana yang juga mantan wartawan dengan pengalaman lebih dari 20 tahun.
Oleh mereka saya diajari banyak tentang trik dan kiat menulis yang efektif dan kreatif. Bagaimana menentukan enggel, membuat tulisan yang runut dan logis, membuat artikel opini yang baik, dan memahami bagaimana sebuah buku diproduksi dan dipasarkan.
Bawa Anak
Seusai latihan menulis, hari berikutnya, Kamis 10 Mei, kami mengikuti kegiatan yang disebut dengan literasi media. Di situ kami belajar tentang memahami dunia internet, bagaimana memahami sebuah opini diproduksi dan bagaimana sebuah berita palsu dibuat dan disebarkan. Pakar Teknologi Informasi Profesor Eko Indrajit dan CEO Suara Surabaya Errol Jonathans memberi kami semua gambaran itu.
Sebelum praktik membuat konten-konten positif melalui meme atau video blog (vlog) oleh Kevin Sanly Putra, videografer dari Komisi Komsos KWI, kami diajari cara mengenali hoaks oleh pengamat sosial media Margaretha Astaman.
Lalu saat Kevin mengajari kami bagaimana memosting konten-konten positif di media sosial dan memproduksi video pendek dan foto sederhana, saya ingat anak. Tentu saja, bukan kebetulan kalau saat ini Benediktus Pringgo Advento, anak saya, sedang senang mengotak-atik kamera di ponselnya. Bahkan dia juga gemar membuat slide dan mengunggah video di laman YouTube.
Saat jeda, saya pun memutuskan untuk mengajak Pringgo, begitu si kecil biasa disapa ikut sesi yang masih dibawakan oleh Kevin di Kamis, 10 Mei malam. Sebelumnya saya sudah menceritakan sekilas tentang Kevin kepada anak saya. Karena itu ia bersedia ikut.
Si kecil tampak antusias mengikuti paparan yang disampaikan Kevin. Dia sangat senang mendapat ilmu baru cara membuat video dengan baik. Di akhir acara ia berbisik,”Mama..bolehkah aku foto dengan kakak itu?” sambil dia menunjuk ke arah Kevin.
Saya pun mengangguk dan segera mengantar menuju pemuda ini. Bungah rasa hatinya terpancar di wajah.
Saya pun ikut bangga bisa mengenalkan kegiatan komsos kepada anak yang baru kelas enam di SDK Santa Maria Palangkaraya.
Penulis : Kenanga Dewi Baren, salah satu peserta pelatihan menulis kreatif
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.