PELATIHAN audio visual yang berlangsung selama tiga hari dari 23 hingga 25 Mei telah usai. Tujuh kelompok telah menghasilkan video-video pendek berdurasi 2 menit. Sebelum bisa ditayangkan di laman video, para pelatih harus mengedit dan memperbaikinya supaya layak dikonsumsi masyarakat.
“Secara konsep mereka bagus. Namun eksekusinya masih harus dipoles lagi,”ujar Tri Mulyono dari Tim Studio Audio Visual PUSKAT Yogyakarta yang memberi materi selama Pekan Komunikasi Sosial Nasional (PKSN) ke-51 di Keuskupan Purwokerto.
Teknik-teknik pengambilan gambar menggunakan alat minimal seperti gawai diajarkan pada mereka. Bagaimana membuat komposisi, enggel dan mengatur pencahayaan serta mengelola audio juga disampaikan meski tidak detail. “Kami ajarkan juga pada mereka cara mengedit video menggunakan telepon pintar,”ujar Tri. Hingga akhirnya mereka menghasilkan cerita-cerita yang disusun berdasar tema PKSN “Jangan Takut Aku Besertamu Komunikasikan Harapan dan Iman.”
Secara umum, pemahaman dasar ini, menurut Tri bisa menjadi modal dasar ke depan untuk membuat karya-karya video yang layak ditonton meskipun secara teknik kemampuan anak-anak yang sebagian besar siswa-siswi SMP ini harus terus dikembangkan.
Yang jelas, cara menggunakan gawai atau telepon pintar dengan segala fasilitasnya terkait dengan produksi audio visual ini dijelaskan tuntas pada mereka. “Anak-anak ini kan hidup sudah di zaman yang memudahkan mereka untuk bisa memamerkan karya dengan gampang. Ada youtube, instagram, facebook, dan lain-lain. Nah, materinya ini yang harus diproduksi dengan bagus. Maka anak-anak harus tahu bagaimana memanfaatkan video editor atau piranti lunak yang berfungsi sebagai kamera yang tersedia di telepon genggam milik mereka.”ujar Tri Mulyono.
Mantan Jesuit, Pendiri Sesawi.Net, Jurnalis Senior dan Anggota Badan Pengurus Komsos KWI