Beranda GEREJA KITA Makna Perayaan Epifani Menurut Paus Fransiskus

Makna Perayaan Epifani Menurut Paus Fransiskus

Para Majus dari Timur datang menyembah Yesus/Ilustrasi (Ist)

PADA Minggu (6/1/2019) kemarin, Gereja Katolik di seluruh dunia merayakan Hari Raya Penampakan Tuhan Yesus.Hari raya ini disebut juga dengan Epifani, yaitu perayaan manifestasi Yesus Kristus di dunia. Kadangakala disebut dengan perayaan memperingati kedatangan orang-orang majus dari Timur atau Tiga Raja.

Ketika menyampaikan homilinya pada perayaan Epifani di Vatikan, Paus Fransiskus mengajak orang-orang beriman untuk senantiasa membuka diri pada kehadiran pribadi Yesus Kristus. Menariknya, ajakan Paus disampaikan dengan memperlihatkan sebuah contoh sederhana dan tidak rumit. Pemimpin Gereja Katolik sejagat itu mengumpamakan keterbukaan hati orang seperti para Majus dari Timur. Dari pada takut kehilangan status dan kekuasaan kita seperti Herodes, orang-orang Majus telah memberikan teladan tentang hati yang terbuka dan rela menerima kehadiran Yesus di tengah dunia.

Orang Majus, kata Paus Fransiskus, terbuka terhadap “kebaruan” Mesias. Mereka membiarkan diri mereka dibimbing oleh bintang dan berani menempuh perjalanan panjang dan berisiko. “Bagi mereka terungkap kebaruan yang paling besar dan paling mengejutkan dalam sejarah, yakini Tuhan menciptakan manusia.”

Paus juga mengatakan orang Majus datang menyembah Yesus dan mememberikan hadiah. Mereka memberikan contoh ketekunan dan kemurahan hati. Tidak sampai di sini. Ketika kembali ke negara mereka, mereka membawa dalam dirinya  misteri Raja Kristus yang rendah hati dan miskin itu.Paus Fransiskus sungguh yakin bahwa  berkata bahwa orang-orang Majus itu pasti memberi tahu semua orang yang mereka kenal tentang “keselamatan yang dipersembahkan oleh Allah di dalam Kristus kepada semua orang.

Tak hanya mengungkap contoh sederhana seperti para Majus. Paus kemudian merefleksikan perayaan manifestasi Yesus Kristus dalam sebuah simbol yang juga sederhana, simbol yang selalu dijumpai, dibutuhkan dalam keseharian hidup manusia. Simbol itu tak lain adalah terang (Light). Terang atau cahaya ini, menurut Paus, telah dijanjikan dan ditulis dalam Perjanjian Lama. “Bangkitlah dalam kemegahan, Yerusalem! Terangmu telah datang, kemuliaan Tuhan bersinar atasmu (Yes 60:1).

Menurut Paus, nubuat Yesaya itu cukup mengejutkan karena  hal itu datang setelah orang Israel kembali dari pengasingan dan mereka menemukan Yerusalem dalam reruntuhan. Karenanya, Paus Fransiskus mengajak setiap orang beriman agar selalu terbuka dan senantiasa didorong untuk membiarkan cahaya Betlehem menjangkau hatinya. Dengan kelahiran Yesus, cahaya yang dinubuatkan oleh Yesaya “hadir dan ditemukan kembali dalam Injil.” Kali ini, keselamatan yang datang dari Yesus berifat universal, untuk semua orang.

Tentu saja tidak semua orang sanggup membuka hati dan pikirannya untuk menyambut  kehadiran Yesus di dunia. Apalagi ketika kehadiran Yesus telah dianggap dapat mengancam kemapanan dan kenyamanan diri, seperti pengalaman Herodes. Rasa takut seperti inilah sering menjadi sebab orang menutup pintu hatinya akan keselamatan yang datang dari Allah.  Maka, kepada setiap orang beriman Paus mengajak agar kita senantiasa membiarkan diri untuk cerahkan oleh Kristus. Janganlah kita membiarkan rasa takut menutup hati kita, tetapi marilah kita memiliki keberanian untuk membuka diri terhadap cahaya yang lembut dan bijaksana ini.