“Maka kata Yesus kepada mereka, ‘Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jikalau kamu tidak makan daging Anak Manusia dan minum darah-Nya, kamu tidak mempunyai hidup di dalam dirimu. Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia mempunyai hidup yang kekal dan Aku akan membangkitkan dia pada akhir zaman.’” (Yoh 6, 53-54)
PARA peserta pertemuan Caritas di Solo diberi kesempatan untuk mencari dan memilih sendiri makan malam yang mau dinikmati. Panitia hanya memfasilitasi makan malam pada hari pertama. Saat berkeliling untuk mencari makanan, saya melihat banyak warung tenda.
Sebuah spanduk penutup warung ada tulisan, “Waroeng …., Spesial masakan jamu.” Warung itu ternyata menjual daging ‘gug gug’, yang diyakini banyak orang sebagai jamu. Daging ini konon kabarnya bergizi tinggi dan bisa untuk jamu atau obat kuat bagi konsumennya.
Saya tidak tahu, sejauh mana kebenaran informasi tersebut. Kenyataan toh banyak orang sering mencari dan menikmatinya. Sebenarnya memang ada banyak makanan yang mengandung gizi tinggi dan bagus untuk dikonsumsi. Para dokter atau para pakar sering memberikan nasehat kepada para pasien, makanan apa saja yang baik dan layak untuk dikonsumsi, agar tubuh menjadi sehat dan kuat.
Banyak orang terbiasa memilih makanan tertentu dengan cermat. Mereka menghindari jenis-jenis makanan tertentu yang mengandung lemak, minyak atau hal lain yang membahayakan hidup.
Makanan khas yang harus disantap para murid agar mempunyai hidup adalah daging Anak Manusia dan minum darah-Nya. Ini tentu bukan pesan agar para murid menjadi ‘kanibal’, tetapi ajakan untuk mempersatukan hidup para murid dengan Yesus Kristus. Sesuatu yang dimakan atau diminum, akhirnya, akan meresap dan menyatu dengan diri kita; akan memberikan kekuatan dan daya tahan; akan memberikan pertumbuhan dan perkembangan.
Kesatuan dengan Yesus Kristus memberikan kehidupan bagi para murid, yakni kehidupan kekal. Bagaimanakah kesatuan ini harus diusahakan terus menerus dan dari hari ke hari?
Teman-teman selamat malam dan selamat beristirahat. Berkah Dalem.
Kredit foto: Ilustrasi (we’ll be there)
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.