PADA zaman pertarungan persepsi saat ini, orang yang paling bahagia adalah mereka yang tidak memiliki handphone android. “Sebab, mereka tidak menyaksikan penyebaran hoaks dan berita palsu,” ungkap Staf Media Kantor Kepresidenan, Alois Wisnuhardana di Makale, Tana Toraja, Sulawesi Selatan, 1/6.
Wisnu hadir atas undangan dari Komisi Komunikasi Sosial Konferensi Waligereja Indonesia (Komsos KWI) dalam acara Seminar Literasi Media, dalam rangka Pekan Komunikasi Sosial Nasional (PKSN) ke-6.
Di hadapan 300-an peserta seminar, Wisnu menengarai bahwa 90-95 persen lebih dari isi handphone generasi kolonial dan milenial pada era ini berisi hoaks, ujaran kebencian, dan firnah. “Oleh karena itu, sebagai pribadi yang dibekali akal budi, kita harus bisa memilah dan memilih.”
Wisnu mengecek apakah ada peserta yang menggunakan handphone, tetapi hanya bisa berfungsi mengirim SMS dan telepon. Ternyata, masih ada peserta yang memiliki handphone kategori tersebut.
“Yang paling bahagia hari ini adalah mereka yang punya handphone, yang hanya bisa untuk SMS dan telepon,” kata Wisnu. Sebab, menurut mantan karyawan Kompas-Gramedia ini, orang yang memiliki handphone tipe tersebut tidak akan menerima hoaks, berita palsu, dan fitnah.
Bagi Wisnu, pertarungan di dunia maya sudah marak ditandai oleh penyebaran hoaks. “Kita sedang bertarung dengan hoaks di handphone kita masing-masing,” imbuhnya.
Realitas pertarungan di dunia maya ini hanya bisa diimbangi oleh pertarungan kendali, pertarungan sumber logistik, modal, sumber daya manusia, dan keterampilan dalam pemahaman serta penggunaan teknologi informasi.
“Jika tidak, pertarungan persepsi di dunia maya membuat orang mudah percaya pada persepsi yang berisi hoaks!”
Ia mencontohkan soal kegaduhana pilpres belakangan ini. Menurutnya, demi kepentingan politik, orang dengan mudah menyebar berita-berita bohong dan palsu untuk mengejar kepentingan sendiri.
Selain Wisnu, seminar literasi ini juga dihadiri oleh narasumber lain, yaitu seorang profesor dan pakar teknologi informasi, Richardus Eko Indrajit; Direktur Radio Suara Surabaya, Errol Jonathans; dosen komunikasi Universitas Indonesia, Puspitasari; dan pegiat Komsos dari KWI, Kevin Stanly Putra. (Stefan/RBE)
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.