SEMUA pengalaman terutama yang bisa membangun jangan disimpan sendiri. “Apalagi suster atau bruder. Tentu pengalaman merenung dan menggali hidup sangat banyak. Sebaiknya tidak disimpan sendiri,”ujar Budi Sutedja Dharma Oetama, dalam Seminar bertajuk “Komunikasi dan Kerahiman: Perjumpaan yang Memerdekakan” di Aula Paroki Santa Maria, Gunungsitoli, Nias, Sabtu (7/5/2016).
Kalau hanya menyimpan, kata Budi, perubahan tidak akan terjadi. Meski komunikasi tidak mudah, apa yang dimiliki sebaiknya tetap dibagikan, disampaikan ke orang lain, apalagi tugas biarawan-biarawati adalah mengajar.
Budi menyebutkan, berkomunikasi memang butuh ketrampilan atau latihan. Tidak semua orang bisa dengan mudah melakukannya. “Sering orang keliru berkomunikasi karena tidak tahu siapa yang dihadapi. Itu salah satu yang harus dilatih,”ujar dosen Komputer Universitas Kristen Duta Wacana.
Dalam kehidupan sehari-hari, kita juga sering mengalami kesulitan karena masing-masing punya gaya dan perbedaan minat. Ini adalah salah satu bagian dari seni komunikasi. “Menyatukan visi bisa jadi cara untuk memahami bahwa perbedaan itu bukanlah persoalan sehingga komunikasi bisa jalan,”ujar Budi.
Bahkan dalam menggunakan alat-alat komunikasi pun kita harus selalu bertanya apa visi kita. “Sekarang ini orang mulai linglung karena sudah kehilangan visi,”tegas Budi. Karena itu kita perlu bertanya lagi, ketika menggunakan alat-alat komunikasi atau menjalankan karya kita, apa visi yang seharusnya ada dalam motivasi. Untuk apa kita melakukan, membeli atau punya sesuatu?
Mantan Jesuit, Pendiri Sesawi.Net, Jurnalis Senior dan Anggota Badan Pengurus Komsos KWI