PELATIHAN talkshow radio kerjasama Komsos KWI dan Komsos Keuskupan Agung Palembang memasuki pembahasan teknis.
ERROL Jonathans mengadakan simulasi wawancara sebelum masuk ke tahap rekaman program. Percobaan yang diadakan mengambil konteks wawancara tatap muka.

Errol memposisikan dirinya sebagai narasumber, dan beberapa peserta pelatihan sebagai pewawancara. Dari simulasi, disimpulkan beberapa tips untuk wawancara tatap muka:

– Tatapan mata sang pewawancara dan narasumber sama pentingnya. Bahasa nonverbal ini menunjukkan kepercayaan diri dan kesamaan status dalam wawancara. “Meskipun narasumber kita lebih pintar atau status sosialnya lebih tinggi, sebagai pewawancara, kita harus menyamakan status ketika wawancara. Tidak lebih rendah dan tidak lebih tinggi,” kata Errol.

– Pembukaan wawancara tidak perlu menggunakan “Saya mau bertanya..” karena memang itulah tujuan sesi wawancara. Selain itu, hindari pula pertanyaan “Bolehkah saya bertanya…?” Errol mengatakan, bila narasumbernya jahil dan menjawab tidak boleh bertanya, maka apa antisipasi pewawancaranya?

Ice breaking baik untuk diadakan supaya suasana lebih luwes. Candaan yang dilontarkan pun masih dalam kaidah etik dan penuh rasa hormat terhadap narasumber. Ice breaking juga bisa dilakukan dengan membicarakan dunia narasumber: hobi, pekerjaan, atau lainnya yang bersangkutan dengan narasumber sehingga ada rasa kesamaan.

– Pertanyaan yang diberikan kepada narasumber sudah disiapkan terarah dan membuat alur. Pertanyaan yang baik menimbulkan spontanitas.

– Fleksibilitas dan cepat pikir. “Ada narasumber yang ahli diwawancarai. Saya pernah menyiapkan lima pertanyaan, baru satu pertanyaan, sang narasumber langsung menjawab tiga. Sehingga, saya tinggal lompat ke nomor empat,” cerita Errol. Pertanyaan juga bisa dimunculkan spontan sebagai respon dari jawaban narasumber yang tidak terprediksi sebelumnya.