PARA teroris yang mengganggu keamanan Indonesia termasuk orang-orang yang aktif di media sosial. Lewat sarana ini mereka menyebarkan paham-paham radikal. Bahrun Naim, misalnya merupakan salah satu tokoh ISIS (Islamic State in Iraq and Syria) yang sulit dideteksi keberadaannya. Amerika Serikat pun kesulitan menghadapinya.
Tanpa harus berada di Indonesia, para teroris ini menggerakkan orang-orang untuk melakukan amaliyah (amal) dengan cara membunuh orang lain (dengan sarana bom bunuh diri) yang tidak sesuai dengan jalan dan pandangan mereka.
Penanaman, perekrutan dan tutorial dilakukan menggunakan media sosial. Tak heran ibu-ibu dan anak-anak juga remaja di Indonesia yang kelihatannya manis dan lugu bisa termakan oleh paham-paham yang ditanamkan para tokoh teroris di Suriah.
“Para teroris ini mengajari banyak hal termasuk bagaimana membuat bom bunuh diri dengan berbagai materi dari beragam bahan termasuk alat-alat dapur. Lewat aplikasi messenger mereka mengajari para ibu membuat bom dari gula pasir,”ujar Analis Intelijen dari Densus 88 Mabes Polri yang tak bisa disebutkan namanya.
Sebenarnya bukan persoalan bomnya karena bom itu sendiri tidak membahayakan. Melainkan materi yang disertakan di dalamnya, karena bisa mengandung paku, pecahan kaca-kaca atau materi lain yang membahayakan keselamatan jiwa.
Yang jelas, menurut polisi berpangkat AKP ini, para teroris termasuk orang-orang cerdas dan hacker yang hebat. Imam Samudra misalnya merupakan salah satu hacker ternama di dunia dari Indonesia yang menjadi teroris. Mereka bisa mencuri uang hingga ratusan dollar dengan cara-cara ini.
Mantan Jesuit, Pendiri Sesawi.Net, Jurnalis Senior dan Anggota Badan Pengurus Komsos KWI