MIRIFICA.NET – Sebuah doa indah bergaung sejak 19 Maret 2020, ketika Perayaan Ekaristi secara live-streaming pertama kali diselenggarakan di Keuskupan Agung Semarang. Doa yang menyimpan kepedihan ketika didaraskan itu kemudian menjadi doa yang selalu dipeluk penuh rindu pada hari-hari berikutnya kala mengikuti Perayaan Ekaristi online. Sebuah kerinduan teramat besar yang dirasakan Damian Alma dan memunculkan inspirasi untuk melagukannya. Keinginan itu ternyata selaras dengan pemikiran Romo Yustinus Slamet Witokaryono, Pr., sebagai Ketua Komisi Komsos KAS, untuk membuat doa itu menjadi sebuah lagu yang bisa diperdengarkan dalam setiap misa online melalui kanal Youtube KOMSOS KAS (https://youtu.be/C0HQlBIYbBQ).
Dalam lagunya, Damian Alma memakai syair terjemahan dari doa St. Alfonsus Maria de Liguori. Uskup KAS, Mgr Rubiyatmoko, mengganti satu frasa dari terjemahan aslinya. Teks doa asli “I embrace you as if you were already there” diterjemahkan menjadi “aku memelukMU, karena Engkau hadir di sini”. Kehadiran Yesus itu memang selalu nyata, walaupun kita merayakan Perayaan Ekaristi dari rumah masing-masing.
Proses merangkai nada berlangsung selama dua hari. Pada hari pertama, corat-coret berjam-jam hingga dini hari, Damian Alma tidak kunjung menemukan feel nya, walaupun sebenarnya sudah menjadi sebuah lagu utuh. Bahasa Indonesia yang wordy serta emosi yang dalam menyulitkannya merangkai nada yang sekiranya akan mudah dinyanyikan umat. Di hari kedua, seluruh nada dirombak ulang dari awal, dan hanya dalam waktu satu jam lagu tercipta.
Damian Alma, istri dan ibu dari dua orang anak adalah seorang dokter gigi, staf pengajar Departemen Oral Biology, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Sebuah profesi yang jauh dari dunia musik, namun sama-sama membutuhkan bakat seni yang tinggi. Musik hanyalah sebagai penyaluran hobbynya selain menulis dan membuat puisi. Hobi yang ternyata bisa menjadi pereda kejenuhan dan kegelisahan selama physical distancing dan work from home dalam masa pandemik seperti saat ini. Damian Alma adalah umat Paroki Keluarga Kudus, Banteng-Yogyakarta yang aktif sebagai organis gereja serta penyanyi Mazmur.
Salah satu karyanya adalah “Pasio Injil Yohanes” (tahun 2000) telah banyak dinyanyikan di beberapa gereja di Indonesia. Karya lainnya selama WfH adalah lagu “Kasih Penebusan” yang diputar saat renungan pembasuhan kaki pada live-streaming Perayaan Ekaristi Kamis Putih KAS. Lagu ini juga sudah ditayangkan pada kanal Youtube KOMSOS KAS (https://youtu.be/m0XTqhnM9TY). Iringan musik lagu tersebut melibatkan seluruh anggota keluarga, Damian Alma pada piano, kedua anaknya Lauda dan Tiara yang bermain clarinet dan cello, sedangkan suami Agus Sri Gunarto sebagai operator home recording. Syair ditulis oleh Romo Petrus Agoeng Nugroho, Pr. dan dinyanyikan oleh Achi Pradipta.
Achi Pradipta adalah umat Paroki HSP Maria Tak Bercela, Kumetiran-Yogyakarta. Achi juga seorang dosen pengajar pop-jazz di Institut Seni Indonesia – Yogyakarta. Musik adalah hidupnya. Selain aktif melatih paduan suara lingkungannya St. Inigo, Achi juga merupakan salah satu pelatih Pesparani Kontingen DIY dan anggota Mlenuk Voice, sebuah grup vokal terkenal di Yogyakarta.
Bukan hal yang mudah bagi Achi selama merekam lagu tersebut di home-studionya. Ada rasa rindu serindu-rindunya seperti Long Distance Relationship yang seakan sudah melewati tahap putus asa. Bagian lagu yang paling membuat kangennya memuncak dan diikuti rasa pasrah adalah di bagian setelah fermata (perpanjangan lagu). “Kangen bangettt rasanya.. 😭😭😭”, demikian katanya. Achi harus beberapa kali re-take karena terlalu emosional dan berkali menangis tersedu, sehingga kesulitan mengambil nafas.
Baca juga: Pesan Paus Fransiskus Untuk Hari Komunikasi Sedunia ke-54
Emosi kerinduan yang muncul dari lagu ini tidak lepas dari aransemen iringan yang indah dari Agus Wahyudi Minarko. Yudi adalah alumni SMA De Britto, pemilik studio musik Reds Studio yang aktivitas kesehariannya mengerjakan jingle, mars maupun hymne. Yudi juga merupakan keyboardist kelompok musik Kua Etnika pimpinan almarhum Djaduk Ferianto. Yudi berharap semoga lagu ini bisa menyejukkan umat yg masih harus beribadah di rumah. File-file rekaman kemudian diolah oleh Dedy Harmanto, rekan kerjanya di studio. Yudi dan Dedy adalah umat Paroki St. Maria Assumpta, Gamping-Yogyakarta.
Pada tahun 2019, Damian Alma, Achi dan Yudi pernah berkolaborasi membuat CD Album “Finding God in All Things” yang berisi 15 buah lagu karya Damian Alma. Selain sebagai koleksi pribadi, album ini dicetak dalam jumlah yang terbatas dan tidak diperjualbelikan, serta hanya digunakan untuk keperluan penggalangan dana Jesuit Refugee Service untuk para pengungsi. Profil Damian Alma dapat disaksikan pada tautan https://youtu.be/3CfPodfDQ5M
Finding God in everything – menemukan Tuhan dalam segala hal, termasuk bermadah memulyakan nama Tuhan di mana saja, walaupun dari rumah masing-masing, hingga masa pandemi ini berakhir, entah sampai kapan. Mengingat kembali Pesan Paus Fransiskus dalam pengantar Intensi Kerasulan Doa, Agustus 2017, “Kesenian mengejawantahkan keindahan iman dan mewartakan Kabar Gembira akan keagungan ciptaan Tuhan.” Dan hal itu telah dilakukan oleh para seniman muda gereja ini. Lagu ini menjadi sebuah pelukan rindu yang tak berbatas ruang dan waktu pada Allah Sang Maha Cinta.
Penulis, Dr. drg. Alma Linggar Jonarta, MKes.
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.