Sebuah rangkuman inspiratif perihal pastoral komunikasi sosial
A. Mengenang dan merenungkan
Menurut Direktorium KWI, Komisi Komunikasi Sosial mengadakan Rapat Pleno sekali dalam tiga tahun. Penegasan ini mengisyaratkan kehadiran pastoral komunikasi sosial yang setia menjalankan kepercayaan para Waligereja Indonesia selama masa bakti tertentu. Pada saat Gereja Katolik di Indonesia mengenang 50 Tahun Hirarki Episkopal, Komisi Komunikasi Sosial KWI patut meneliti serta menemukan keberadaan gerejawi sebagai bagian dari proses pemandirian melalui perutusan menurut dimensi komunikasi sosial. Perutusan ini amat penting, agar komisi komsos tidak menjadi mandul menurut coraknya “sentire cum ecclesia.”
Para Ketua Komisi Komsos Keuskupan seluruh Indonesia, kecuali Padang, Banjarmasin, Pontianak dan Merauke sudah berhimpun di kota Kupang dan menghadiri secara aktif Rapat Pleno Komsos KWI dari 17-23 Juli 2011 bertempat di Hotel Kristal. Kehadiran ini sudah menjadi kebersamaan yang penuh permenungan dan perluasan cakrawala dalam pastoral komunikasi sosial. Kehadiran ini juga sudah membawa-serta pengalaman dan penghayatan persekutuan gerejawi setempat akan pastoral komunikasi sosial. Dengan berbagi pikiran dan hati, para Ketua Komsos Keuskupan diharapkan menemukan getaran baru dalam pelayanan pastoral komunikasi sosial untuk keuskupan masing-masing.
Pertukaran pengalaman dan harapan telah mem- perlihatkan daya gerak masing-masing dan bersama-sama dalam upaya mema- jukan pastoral komunikasi sosial di dalam Gereja Katolik Indonesia, bertepatan dengan kenangan 50 Tahun Hirarki Episkopal. Pada dasarnya, pastoral komunikasi sosial seyogiyanya menumbuhkan komunikasi iman dengan memanfaatkan hasil kemajuan teknologi komunikasi semasa. Dengan kata lain, pastoral komunikasi sosial mendorong persekutuan gerejawi untuk memanfaatkan kemajuan teknologi komunikasi guna menyuburkan evangelisasi dalam persekutuan gerejawi setempat.
Dalam penyelenggaraan Rapat Pleno Komsos KWI, pelbagai kenyataan pastoral komunikasi sosial muncul ke permukaan. Terdapat kenyataan-ke- nyataan yang menggembirakan dan menumbuhkan pengharapan ber- barengan dengan kenyata- an-kenyataan yang masih memprihatinkan dan memerlukan perubahan, karena tantangan komu- nikasi sosial belum menjadi bagian utuh dari pelayanan pastoral secara keseluruhan. Nyatanya, semua komisi komsos keuskupan memiliki indikasi-indikasi yang menyaksikan keragaman serta keung- gulan pelayanan pastoral komunikasi sosial. Tanda-tanda jaman dalam karya pastoral komunikasi sosial menggetarkan pemahaman serta pemanfaatan media komunikasi moderen, khususnya media digital, yang menantang Gereja kita untuk berbuat sesuatu. Keadaan geografis beragam serta jumlah umat yang beragam pula dan makin tergerus di beberapa tempat, misalnya di tanah Papua, memerlukan penghampiran komunikasi sosial yang tepat. Pastoral komunikasi sosial perlu mengungkapkan ikatan-ikatan sosial budaya setempat sejalan dengan penguatan iman yang dinamis dan berdaya tahan.
Sudah menjadi kesan dan pesan syering bersama, bahwa pastoral komunikasi sosial sesungguhnya membantu pertumbuhan iman persekutuan gerejawi setempat. Pelayanan pastoral komunikasi sosial melalui media radio nampaknya tetap dipandang sebagai sarana yang mampu menjangkau banyak orang, khususnya di daerah perdesaan. Media cetak pun tetap bermanfaat bagi orang yang ingin meningkatkan pengetahuan dan pemahaman akan hidup ini. Sedangkan media komunikasi digital lain terutama berkembang di daerah perkotaan, di mana sarana pendidikan tumbuh berbarengan dengan pelbagai kemajuan di bidang komunikasi moderen. Kenyataan ini juga menggambarkan kemampuan sumber daya manusiawi yang pada dasarnya perlu mendapat sentuhan jejaring sosial manusiawi.
Salah satu persoalan yang muncul dalam Rapat Pleno Komsos Gereja Katolik Indonesia adalah pendidikan manusia akan media komunikasi. Kecenderungan material terhadap kemajuan komunikasi sosial sering menghantar orang kepada lingkungan yang kurang mendukung pertumbuhan pribadi manusia. Tantangan materialisme ini mendorong kenyataan yang membuka proses pemiskinan karakter dalam masyarakat kita, biarpun tanpa seutuhnya masuk ke dalam kesadaran kita. Kepemilikan alat-alat atau sarana komunikasi moderen tidak dengan sendirinya membangun persaudaraan dan persahabatan sejati dalam jejaring sosial kita. Bahkan, sebaliknya, kenyataan ini dapat membawa tanda-tanda keterasingan sosial, karena para pengguna media komunikasi semakin sibuk dengan dirinya sendiri. Hubungan manusiawi yang dicita-citakan meluas, nyatanya mempersempit kepribadian manusiawi dalam keluarga dan masyarakat, karena pertimbangan yang hanya bersandar pada persoalan teknis semata-mata. Kenyataan yang memprihatinkan ini pada umumnya terjadi di kalangan kaum muda, dan pada gilirannya mempersulit hubungan manusiawi yang dikumandangkan “semakin berbudaya dekat dan menyatu”.
Tantangan lain dalam pastoral komunikasi sosial menunjuk kepada lemahnya penjabaran pengajaran Gereja tentang “komunikasi sosial”, khususnya di kalangan para pemimpin umat. Kehadiran kemajuan dalam media komunikasi kurang dipandang sebagai bantuan dalam menumbuhkan hidup iman, terutama dalam perihal pewartaan Injil. Memang, kemampuan berkomunikasi memerlukan pendidikan dan pelatihan, agar penyampaian pesan Injil dapat dipahami dengan tepat dan berkesan, yaitu berpengaruh dalam pertumbuhan dan penghayatan iman. Kekurang-mampuan dalam menyampaikan nilai-nilai iman secara efektif tak pelak lagi memiskinkan hidup iman, karena pengetahuan serta penghayatan iman kurang mampu berjumpa dengan aneka tantangan baru.
Para peserta Rapat Pleno Komisi Komsos KWI menyadari tanggungjawab pastoralnya, yaitu hadir dengan nada pencerahan akan makna dari media komunikasi demi kesejatian persekutuan gerejawi yang semakin sejahtera, murah hati dan terbuka. Tugas dan tanggungjawab yang diserahkan oleh para Waligereja setempat merupakan bagian utuh dari pelayanan pastoral dalam masyarakat. Para peserta juga sadar akan perutusan untuk belajar terus menerus tentang kehadiran media komunikasi, agar pewartaan Injil semakin efektif dalam membumikan kebenaran tentang Allah dan manusia berserta lingkungan hidupnya. Di tengah gemerlapnya kemajuan teknologi komunikasi dan informasi, persoalan kemanusiaan harus tetap menjadi pusat perhatian. Pertanyaannya, apakah pemanfaatannya sesungguhnya menghormati dan menghargai nilai-nilai kemanusiaan.
Persoalan-persoalan yang muncul dari masukan berbagi pengalaman dan harapan meliputi indikasi-indikasi yang dapat terangkum sebagai berikut:
1. Hubungan Komisi Komsos dengan Uskup
2. Hubungan Komisi Komsos dengan para Pastor paroki
3. Hubungan Komisi Komsos dengan lembaga pendidikan imam dan hidup bakti
4. Hubungan Komisi Komsos dengan pelayanan komisi-komisi lain
5. Hubungan Komisi Komsos dengan para pemer- hati media komunikasi di Keuskupan
6. Hubungan Komisi Komsos dengan wartawan-wartawan Katolik setempat, termasuk para budayawan dan seniman
7. Hubungan Komisi Komsos dengan keluarga, khususnya kaum muda, termasuk persekolahan Katolik
8. Hubungan Komisi Komsos dengan pemerintah, khususnya bagian komunikasi dan informasi, termasuk RRI dan TVRI
9. Hubungan Komisi Komsos dengan umat beragama lain dalam siar agama
10. Hubungan Komisi Komsos dengan perangkat sosial budaya di keuskupan
11. Hubungan Komisi Komsos dengan pengelola media komunikasi di wilayah pelayanan keus- kupan, yaitu radio swasta dan TV swasta
12. Hubungan Komisi Komsos dengan tenaga ahli serta penjasa dalam media komunikasi.
B. Menanggapi dan bertindak
Dalam menanggapi indikasi-indikasi yang muncul dalam pastoral komunikasi sosial, Rapat Pleno Komsos KWI menyadari perhatian pengembangan pastoral komunikasi sosial dengan gagasan perubahan yang berwatak manusiawi, seraya memperhatikan pendekatan Pastoral Komunikasi Sosial sebagai berikut:
1. Komisi Komunikasi Sosial KWI dan perangkat pastoral komsos keuskupan menjalin komu- nikasi yang saling memerdayakan, seraya memperhatikan tuntutan perkembangan teknologi informasi mutakhir: web dan milis yang meliputi semua komsos keuskupan
2. Komisi Komunikasi Sosial KWI sadar akan tanggungjawabnya sebagai penjiwa pertum- buhan pastoral komunikasi sosial di dalam Gereja Katolik Indonesia: hadir dalam pertemuan komsos keuskupan/propinsi gerejawi/Regio gerejawi dengan keahlian
3. Komisi Komunikasi Sosial Keuskupan mem- perluas cakrawala pelayanan dalam kerjasama dengan para Pastor paroki di keuskupan: pelatihan, kerjasama media cetak, jalinan milis dan kesadaran komunikasi iman seperti flexi kristiani
4. Komisi Komunikasi Sosial Keuskupan menja- lin hubungan karya dengan pemerhati komunikasi di keuskupan setempat: data base pemerhati media komunikasi sosial di keuskupan
5. Komisi Komunikasi Sosial Propinsi Gerejawi/ Regio Gerejawi menjalin kerjasama sesuai petunjuk Waligereja setempat: pertemuan berkala, media cetak bersama, tukar-menukar keahlian dan pembelajaran media bersama
6. Komisi Komunikasi Sosial Gereja Katolik Indonesia mendalami pengajaran Gereja ten- tang komunikasi sosial dan teknologi komu- nikasi sosial: etika media komunikasi
7. Komisi Komunikasi Sosial mengutamakan nilai-nilai kemanusiaan yang mendukung peradaban kasih dalam Gereja dan masyarakat: penelitian media komunikasi tradisional dan penjabaran nilai budaya yang bermanfaat
8. Pelayanan Komisi komunikasi sosial perlu memperhatikan pewartaan Injil Yesus Kristus dalam dunia yang cepat berkembang akibat kemajuan teknologi komunikasi dan informasi: kesadaran media komunikasi di paroki, komunitas basis dan keluarga
9. Komisi Komunikasi Sosial berperan dalam upaya membangun kehadiran media komu- nikasi yang berkelanjutan secara manusiawi: membangun wawasan komunikasi sosial yang berwatak manusiawi sejalan dengan pertumbuhan otonomi daerah
10.Komisi Komunikasi Sosial membangun kerja- sama kolaboratif (kejelasan peran masing-masing) sebagai kontribusi bersaudara dalam komunikasi iman yang berjejaring: media elektonik bersama antar keuskupan, pelatihan komunikasi sosial bersama dan pemanfaatan fasilitas komunikasi bersama dengan mengutamakan yang berkekurangan
Dari perenungan bersama, muncul harapan-harapan yang dapat dijabarkan dan dituangkan ke dalam program kegiatan yang secara efektif memberdayakan pelayanan Komisi Komsos baik di tingkat nasional maupun keuskupan. Program perhatian bersama di bawah ini merupakan pedoman arah bagi pastoral komunikasi sosial dalam Gereja kita. Pedoman arah ini hendaknya disampaikan dan mendapat restu Uskup setempat, agar komunikasi pastoral dapat berjalan dengan baik dan efektif di keuskupan masing-masing. Program kegiatan hendaknya terbentang sebagai berikut:
1. Masing-masing Komisi Komunikasi Sosial keuskupan mengadakan komunikasi dengan Uskup setempat tentang hasil Rapat Pleno Komsos KWI dan harapannya kepadaUskup setempat: kesadaran media komunikasi sebagai
2. Komisi Komsos KWI memerdayakan komunikasi dengan Komisi Komsos Keus- kupan sebagai rekan kerja penjiwa dalam pastoral komunikasi sosial: kehadiran pastoral yang mendorong kecakapan iman dalam penggunaan media komunikasi sosial
3. Komisi Komsos mengadakan kerjasama pemahaman komunikasi sosial dengan lem- baga pendidikan imam di masing-masing keuskupan: pelatihan pemahaman akan komunikasi sosial, public speaking dan penggunaan media komunikasi baru
4. Komisi Komsos keuskupan mengadakan “jumpa komunikasi pastoral” dengan para Pastor paroki dalam aneka bentuk, seperti pelatihan, lokakarya atau pun seminar tentang media komunikasi
5. Komisi Komsos mengadakan jalinan kerjasama dengan pemerhati komunikasi yang berkompetensi dan berkepentingan: pemerintah, swasta, lembaga pendidikan dan budaya serta wartawan setempat
6. Komisi Komsos KWI dan keuskupan mengupayakan cara dan bentuk yang paling sesuai dalam mengumatkan Pesan Sri Paus untuk “Hari Komunikasi Sosial Sedunia” setiap tahun
7. Komisi Komsos keuskupan memanfaatkan media komunikasi yang tersedia setempat untuk mewartakan nilai-nilai Injil baik dalam Gereja maupun masyarakat: radio, siaran tv dan media cetak serta audio visual elektronik
8. Komisi Komsos keuskupan mengadakan pendekatan media dengan kaum muda dan remaja guna menumbuhkan wawasan kristiani dalam pemanfaatannya
9. Komisi Komsos KWI dan keuskupan tetap memelihara jejaring komunikasi pastoral yang berlaku demi memperkaya wawasan dan cakrawala pelayanan demi peningkatan mutu hidup iman persekutuan gerejawi setempat
10. Komisi Komsos mengupayakan komunikasi dan informasi intra-keuskupan sebagai jeja- ring iman dalam lingkungan keuskupan, khususnya kerjasama kolaboratif antar komisi dan kemungkinan mengembangkan Sie komsos di paroki dan data base
11. Komisi Komsos berupaya untuk meng- hadirkan diri sebagai sarana berbantuan da- lam menjalin kerjasama kolaboratif antar- umat beragama: membangun dialog kehidupan melalui media komunikasi sosial
12. Komisi Komsos KWI tetap menjadi pengayom dalam menumbuhkan kemam- puan Komsos keuskupan, termasuk kerjasama dalam sumber daya dan dana yang sesuai dengan keperluan setempat: pembentukan kepengurusan komisi komsos KWI yang merangkul unsur propinsi gerejawi
13. Komisi Komsos KWI meningkatkan peran- nya sebagai penghubung rasuli dalam hal pastoral komunikasi sosial, sambil memperhatikan peraturan yang berlaku, dengan memperluas serta memperkaya jangkauan fasilitas yang tersedia
14. Komisi Komsos keuskupan mengupayakan pendidikan serta pelatihan media komunikasi di kalangan anak-anak remaja dan kaum muda di paroki menuju penggunaan media komunikasi yang benar dan bertang- gungjawab
15. Komisi Komsos KWI menjalin kerjasama dengan Komisi Komsos FABC dan Pon- tifical Council for Social Communications.
Rapat Pleno Komisi Komsos KWI sudah terlaksana di Kupang dalam kerjasama dengan Komsos Keuskupan Agung Kupang sebagai mitra penyelenggara. Dalam proses pelaksanaan Rapat Pleno, para peserta sudah mendapat kesempatan berbagi pengalaman dengan umat di beberapa paroki di kota Kupang dalam nuansa budaya. Komisi Komsos KWI mengucapkan terima kasih atas kerjasama dan perhatian bersaudara kepada semua pihak yang mengambil bagian dalam penye-lenggaraan Rapat Pleno Komsos KWI. Khususnya, Komisi Komsos KWI menghaturkan terima kasih serta penghargaan kepada pemerintah daerah Nusa Tenggara Timur, khususnya Gubernur Propinsi NTT, Bapak Drs. Frans Lebu Raya, atas perhatian dan sambutan bersaudara dan bersahabat. Dengan rendah hati dan rasa syukur di hadirat Tuhan, Komisi Komsos KWI menyampaikan penghargaan kepada Panitia Penyelenggara, paroki-paroki di kota Kupang dan manajemen Hotel Kristal, yang sudah menghadirkan lingkungan bersaudara dengan baik dan berkesan bagi para peserta Rapat Pleno Komisi Komsos KWI.
Para peserta Rapat Pleno Komsos KWI kembali ke keuskupan masing-masing dengan harapan-harapan yang terurai ke masa depan. Kebersamaan yang terjalin mudah-mudahan menjadi kekuatan bersama untuk melaksanakan pastoral komunikasi sosial di masing-masing keuskupan. Dengan bersandar pada komunikator ulung, Yesus Kristus, Komisi Komsos Gereja Katolik Indonesia merasa terutus untuk melanjutkan komuniksi iman yang mendorong kese- jahteraan lahir-batin dalam Gereja yang me- masyarakat. Last but not least, Komisi Komsos KWI menghaturkan terima kasih kepada para Waligereja Indonesia yang sudah menyetujui penyelenggaraan Rapat Pleno Komisi Komsos KWI.
Perjalanan Rapat Pleno Komisi Komsos KWI sudah menghadirkan persaudaraan dan persa- habatan. Perjalanan ini juga tentu bertemu dengan aneka kelemahan dan keterbatasan. Olehnya, kita semua saling meren- dahkan diri dengan mohon maaf satu sama lain. Kesan dan pesan yang tertanam dalam hati masing-masing, mudah-mudahan mendorong karya pastoral komunikasi sosial di rumah kita, seraya memilah mana yang paling tepat dan efektif untuk menggerakkan komunikasi sosial dalam mewujudkan perbuatan iman yang terjalin dalam peradaban kasih.
Rapat Pleno Komsos KWI sudah berjalan dengan baik dan telah usai. Perkerabatan yang terjalin secara ragawi selama Rapat Pleno Komsos KWI akan sirna secara kelihatan manu- siawi. Tetapi pasti, komunikasi sosial antar peserta tetap memelihara jejaring sosial yang berkelanjutan. Olehnya, jejaring komunikasi sosial gerejawi mudah-mudahan tetap dinamis dan berkembang dalam pelayanan pastoral di keuskupan masing-masing. Refleksi bersama yang terjalin dengan semangat bersaudara kiranya menumbuhkan lingkungan yang sarat dengan sesama baru dalam kegembiraan dan pengharapan. Oleh karena itu, lambaian tangan “selamat jalan” selalu berarti “sampai jumpa lagi”, khususnya dalam tindak-lanjut karya pastoral komunikasi sosial di masa depan, penuh doa dalam kerajinan iman. Di dalam komitmen yang sama, kita senantiasa berjumpa, karena kita digerakkan oleh daya Roh Kristus yang sama.
Perutusan pastoral komu nikasi sosial akan terlaksana dengan baik, jika persekutuan gerejawi kita mempercayakan diri pada penyelenggaraan Tritunggal yang Mahakudus dalam kesatuan dengan perlindungan St. Perawan Maria bersama St. Fransiskus dari Sales, pelindung para pemerhati media komunikasi sosial dalam dunia ini. Persoalannya, apakah ketersediaan kemampuan manusiawi setempat sejatinya memahami dan menghayati perutusan pastoral komunikasi sosial sebagai evangelisasi dalam dunia media komunikasi yang berwatak manusiawi. Marilah kita bangkit dan bergerak untuk siaga berubah menurut perkembangan media komunikasi yang berwatak manusiawi guna menghadirkan tanda-tanda Kerajaan Allah, yaitu peradaban kasih.
Akhirnya, Komisi Komsos Gereja Katolik di Indonesia bertekad untuk mewujudkan solidaritas komunikasi sosial, subsidiaritas komunikasi sosial dan belas kasih komunikasi sosial. Dengan demikian, Gereja, dalam hal ini pastoral komunikasi sosial, menjadi tanda cinta kasih dan pelayanan dalam media komunikasi sosial.
Sekian dan terima kasih !
Kupang, 22 Juli 2011
Atas nama para peserta
Mons. Petrus Turang
Ketua Komisi Komunikasi Sosial KWI
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.