DALAM setiap abad ada pesan Allah yang menjangkau bangsa-bangsa di setiap benua, sambil mewartakan Kabar Gembira tentang cinta dan perdamaian Allah yang menyelamatkan kepada mereka yang jauh dan yang dekat. Inilah kata-kata indah dari Paus Yohanes Paulus II, yang disampaikannya di Jakarta pada hari Senin, 9 Oktober 1989 saat berkunjung ke Indonesia.
Yohanes Paulus II adalah sosok perdamaian dan sosok yang mencintai setiap orang. Kini, setelah bertahun-tahun lewat kita ingin mengenangkan kunjungannya ke Indonesia pada 1989 dengan menampilkan konser Perdamian dan Cinta. Kita juga ingin menyebarluaskan pesan perdamaian dan cinta kepada semua orang, kepada seluruh masyarakat Indonesia.
Salah satu pesan perdamaian yang Paus Yohanes Paulus II sampaiakan kepada warga Indonesia: “Saya datang sebagai seorang sahabat dari setiap orang Indonesia dalam kemanusiaan yang sama dan kepedulian yang sama bagi perkembangan dan perdamaian dunia di mana kita hidup. Saya menyapa para pejabat publik yang hadir dalam perayaan Ekaristi yang mulia ini. Perasaan terdalam saya menjangkau semua imam, biarawan-biarawati dan kaum awam. Dalam persahabatan yang menyatukan kita melalui ikatan Baptis, saya menyampaikan penghargaan dari hati terdalam kepada semua anggota komunitas-komunitas Kristen yang hadir di Indonesia. Dan kepada saudara-saudari Muslim, yang sedemikian banyak di negara ini, saya mengulurkan tangan persahabatan yang tulus dan ikhlas dalam keyakinan yang sama akan satu Allah, Pencipta kita dan Allah berbelaskasih”.
Yohanes Paulus II berkata: “Perdamaian sejati adalah buah dari keadilan, yang merupakan keutamaan moral dan jaminan legal, yang menjunjung respek penuh terhadap hak-hak dan tanggungjawab-tanggungjawab, serta distribusi adil dari apa yang bermanfaat dan apa yang ditanggung. Namun, karena keadilan manusia selalu rapuh dan tidak sempurna, tunduk pada keterbatasan-keterbatasan dan egoisme orang perorangan dan kelompok-kelompok, maka harus terkandung di dalamnya serta seyogianya dilengkapi dengan pengampunan, yang menyembuhkan dan yang membangun kembali dari dasarnya relasi-relasi manusia yang terganggu.
Imam diosesan (praja) Keuskupan Weetebula (Pulau Sumba, NTT); misiolog, lulusan Universitas Urbaniana Roma; berkarya sebagai Sekretaris Eksekutif Komisi Komunikasi Sosial (Komsos) KWI, Juli 2013-Juli 2019