MALINO adalah kota sejuk dan bersejarah. Dalam kata pengantar Misa Pembukaan Sidang KOPTARI 2014, Uskup Agung Keuskupan Makassar, Mgr. John Liku Ada antara lain mengatakan:
“Tahun 1946 diadakan Konferensi Malino yang diprakarsai oleh H.J. van Mook, sebagai Wakil Gubernur Jendral Belanda untuk membicarakan pembentukan Negara Indonesia Timur. Bulan Desember tahun 2001, Ketika Negara Indonesia mengalami disintegrasi sosial yang semakin meluas akibat kerusuhan di Ambon, Wakil Presiden Yusuf Kalla mengambil prakarsa untuk mengadakan Konferensi Malino untuk mengatasi kerusuhan di Ambon. Tiga bulan kemudian, Februari 2002, Jusuf Kalla mengadakan konferensi di Malino lagi untuk mengatasi kerusuhan di Poso.”
Dan kini, tgl 1 – 5 September 2014, terjadi lagi peristiwa yang sangat bersejarah, dimana Konferensi Pemimpin Tinggi Tarekat Religius se-Indonesia (KOPTARI) mengadakan Konferensi Nasional.
KOPTARI beranggotakan MASI (untuk Kongergasi Imam Religius), IBSI (Ikatan Biarawati Seluruh Indonesia) dan MABRI (untuk para Kongergasi Bruder se-Indonesia). Menurut Sr. Petronella, sekretaris eksekutif KOPTARI, jumlahnya 181, namun yang hadir di Malino hanya 105.
Suatu jumlah yang sangat besar dengan kekuatan para anggota tarekat di dalamnya yang luar biasa bagi Gereja Katolik Indonesia. Itu karena di belakang 181 Provinsial Tarekat itu terdapat para anggota tarekat dengan pelbagai karya karitatif mereka, di dalam dan luar negeri, di bidang pastoral, bidang pendidikan dan kesehatan, panti asuhan, karya sosial, dan lingkungan hidup, yang setiap hari bekerja dengan tekun dan setia di bidangnya masing-masing, tanpa kata dan tanpa suara, bagikan himpunan semut-semut yang bekerja, untuk menghadirkan misteri Kerajaan Allah di tengah Masyarakat.
Peristiwa Sidang KOPTARI 2014 telah terlaksana dengan baik dan akan tercatat dalam sejarah kota Malino sejajar dengan Koferensi H.J. van Mook tahun 1946; Perdamaian Ambon 2001 dan Perdamaian Poso tahun 2001.
Panitia Lokal yang terdiri dari para Suster JMJ Provinsi Makasaar, Tarekat CICM yang hanya 9 orang jumlahnya di Makassar, Para Frater HHK dan CMM, serta para MSC yang terlibat secara penuh: P. Ronny Dahua sebagai Master of Ceremony (MC); P. Joseph Pontoan sebagai penghimpun dokumen di Sekretariat, dan Sujoko sebagai Teolog Pendamping (begitu istilah mereka), dan P. Rolly Untu sebagai Provinsial.
Misa Pembukaan dilakukan di ruang konferensi Panti Semadi JMJ di Malino oleh Uskup Agung Makassar;
Pesan-pesan penutup dilakukan oleh Mgr. Aloysius Sudarso SCY, Uskup Agung Palembang, sebagai Uskup Penghubung antara KWI dan KOPTARI. Dan Misa Penutupan dilakukan di Katedral Makassar pada hari Jumat, 5 Sept 2014 oleh Nuncio, Duta Vatikan, Yang Mulia Mgr. Antonio Filipazzi.
Dalam kesempatan itu Pengurus KOPTARI yang baru menanyakan kepada Nuncio tentang kapan persisnya Pembukaan Tahun Hidup Bakti yang dicanangkan oleh Paus Fransiskus itu akan dimulai.
Saat itu juga Duta Besar Vatikan untuk Indonesia langsung menelpon ke Roma dan mendapatkan jawaban bahwa pembukaannya akan dilakukan tgl. 30 November 2014 atau sekitar Minggu Pertama Adven; dan Penutupannya bulan November 2015, peringatan 50 tahun dekrit Konsili Vatikan II tentang Perfectae Caritatis (Kesempurnaan Kasih atau Kasih yang Sempurna) tenang Hidup Bakti.
Tema yang diangkat dalam Sidang KOPTARI itu adalah: Kasaksian sebagai Mistikus dan Nabi pada zaman ini.
Banyak refleksi yang bagus telah didokumentasikan dengan cermat oleh bagian sekretariat. Semua peserta membawa pulang semua hasilnya hanya dalam bentuk flash disc 8 GB. Tidak ada kertas-kertas yang dipakai, karena dengan sengaja dilakukan tindakan simbolik (symbolic action) untuk peduli pada lingkungan hidup, mengurangi penggunaan kertas berarti mengurangi penebangan pohon dan kerusakan lingkungan.
Selama konferensi hanya dipakai laptop untuk menulis dan LCD untuk membaca bersama.
Minggu pertama bulan November 2014 ada Sidang KWI dan kita tunggu bagaimana Gereja Katolik Indonesia akan mengisi Tahun Hidup Bakti (hidup religius) mulai 30 November 2014 – November 2015 dalam kerjasama dengan Pengurus KOPTARI yang baru.
Sebagai Ketua KOPTARI yang baru, terpilih Romo Adrianus Sunarko OFM untuk Periode 2014 – 2017.
Suara terbanyak kedua yang tidak terlalu banyak beda adalah: Sr. Anna Marie OP.
Sebenarnya baik juga kalau Ketua KOPTARI-nya Sr. Anna Marie OP, karena selama ini selalu laki-laki saja.
Tapi ini pendapat pribadi sujoko. Namun 7 Nama yang mendapatkan suara dalam nominasi itu, termasuk Suster, Frater dan Bruder di dalamnya, menjadi Pengurus KOPTARI secara bersama-sama.
Dan para pengurus KOPTARI itu diundang untuk hadir dalam Sidang-sidang KWI.
Saya tulis Kabar ini masih di Pastoran Mamajang, Makassar, dimana para MSC berkarya di KA Makassar.
Kredit foto: Misa Pembukaan Konferensi Nasional KOPTARI bersama Bapak Uskup Agung Keuskupan Makassar Mgr. John Liku Ada. (Dok. Romo Albertus Sujoko MSC)
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.