Beranda OPINI Komunikasi Melalui Bahasa Kasih

Komunikasi Melalui Bahasa Kasih

pksn kwi 2019

Manusia adalah makhluk sosial. Makhluk sosial berarti makhluk yang hidup dalam kebersamaan dan saling bergantung satu dengan yang lain. Ketergantungan manusia menandakan bahwa ia tidak dapat hidup sendiri. Ia membutuhkan orang lain. Bukan hanya sesamanya yang ia butuhkan tetapi juga alam yang dengan sendirinya menjadi sumber kehidupan baginya. Ketergantungan manusia dengan sesamanya terjadi karena adanya komunikasi searah. Komunikasi menjadi sarana bagi manusia untuk membangun relasi dengan sesamanya.
Komunikasi pertama-tama bukan hanya mendeskripsikan tentang penerimaan pesan dari hubungan dua orang atau lebih, tetapi komunikasi adalah juga tentang bahasa. Bahasa yang digunakan dalam berkomunikasi tentunya mengandung konteks yang searah dengan atau kepada siapa pesan itu dituju. Bahasa yang kita mengerti memiliki tiga golongan yaitu bahasa lisan, bahasa teks (tertulis) dan bahasa tubuh (body language) atau bahasa isyarat. Ketiga hal ini menjadi jembatan yang menciptakan suatu komunikasi.

Mengikuti perkembangan jaman, komunikasi juga mengalami perkembangan. Komunikasi yang biasanya hanya melalui bahasa teks, bahasa lisan dan bahasa tubuh, kini kita dihadapkan pada bahasa digital. Bahasa digital yang dimaksudkan oleh penulis adalah bahasa tulisan dan bahasa lisan yang disampaikan melalui sarana komunikasi elektronik. Komunikasi elektronik adalah hasil dari pada revolusi negara-negara maju yang hingga kini kita turut menikmatinya. Komunikasi elektronik selalu berkembang seiring teknologi yang juga semakin canggih. Tidak heran jika saat ini alat komunikasi seperti gadget dan laptop memiliki banyak aplikasi untuk berkomunikasi.

Perkembangan komunikasi tentu memiliki konsekuensi bagi kehidupan manusia. konsekuensi itu dapat mengarah pada hal yang positif dan juga dapat mengarah pada hal yang negatif. Hal positif yang dapat kita lihat dalam perkembangan komunikasi adalah bahwa pada hakekatnya alat komunikasi diciptakan untuk tujuan yang baik. Perkembangan alat komunikasi pertama-tama adalah untuk mempermudah manusia dalam membangun relasi yang semakin erat dengan sesamanya. Alat komunikasi juga membantu manusia menjadi lebih efisien dalam bekerja dan bersosialisasi. Manfaat lain dari alat komunikasi yaitu membantu kita untuk lebih cepat dan mudah mengetahui informasi terbaru. Hal ini menggiring kita untuk turut ambil bagian dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.

Dampak negatif yang timbul akibat perkembangan komunikasi adalah sikap hedonisme yang kuat dan melekat dalam diri manusia. Sikap hedonisme ini, menjadikan alat komunikiasi itu sebagai sarana untuk kepuasan diri maupun kelompok. Diantaranya yang dapat kita lihat atau rasakan beberapa tahun terakhir adalah mengenai penyebaran berita bohong (hoax). Hoax menjadi sarana pemicu persoalan. Hoax yang terjadi adalah karena unsur kesengajaan yang telah diatur sedemikian rupa oleh kelompok atau individu untuk mendulang keuntungan. Hal ini mengaburkan tujuan diciptakannya media sosial.

Saat ini banyak media sosial yang dikontrol oleh beberapa kelompok atau individu sebagai sarana bisnis maupun politik. Akibatnya, media sosial yang seharusnya digunakan sebagai sarana untuk memberikan informasi yang tepat dan akurat digunakan sebagai alat “pemuas nafsu”. Oleh beberapa kelompok masyarakat yang paham akan situasi yang sesungguhnya, media sosial tidak mendapat respect. Masyarakat tidak menaruh keparcayaan lagi terhadap media sosial. Kini media sosial seperti TV telah dikuasai oleh orang-orang yang hanya mementingkan dirinya. Tragisnya mereka tidak segan melakukan berbagai cara untuk tetap memperoleh keuntungan maupun kekuasaan. Akibat dari sikap tersebut adalah merugikan kelompok kecil atau mereka yang tidak mengerti tentang permainan politik ini.

Seperti yang penulis sampaikan diatas bahwa komunikasi tidak terlepas dari bahasa. Bahasa sangat menentukan apakah informasi tersebut diterima atau ditolak. Dalam berkomunikasi etika berbahasa perlu diperhatikan. Kesalahan dalam pemilihan kata dapat mengaburkan arti sehingga komunikasi tidak berjalan dengan baik. Komunikasi adalah bukan sekedar berbicara atau menulis tetapi sturktur bahasa perlu diperhatikan, sehingga dapat membantu kita dengan baik dan benar dalam berkomunikasi.
Bahasa menjadi sarana komunikasi yang penting dalam hidup manusia. Bahasa menjadi sangat penting kerena mampu menjelaskan tentang sesuatu hal yang dipikirkan dan diungkapkan manusia baik secara lisan maupun tertulis. Bahasa yang dimengerti adalah bahasa yang memiliki logika yang benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara rasional.

Peristiwa yang terjadi akhir-akhir ini, mengajak kita untuk memahami dengan baik bagaimana seharusnya menggunakan bahasa yang baik dalam berkomunikasi. Pemakaian bahasa dalam berkomunikasi harus sesuai konteks dan dapat dicermati oleh akal budi (logis). Pemakaian bahasa yang keliru akan menimbulkan sensitifitas dalam berkomunikasi. Hal ini seringkali memicu kesalahpahaman yang dapat mengakibatkan konflik.

Saat ini bangsa Indonesia mengalami krisis “intelektual”. Penulis mengartikannya sebagai penyalahgunaan intelektual. Penyalahgunaan intelektual yang terjadi adalah karena mabuk akan kedudukan dan kekuasaan. Hal ini dapat merubah arti persatuan Indonesia. Kekuasaan disalahgunakan sebagai corong untuk mewadahi kebencian yang dapat mengakibatkan pertikaian dan kehancuran. Yang menderita adalah mereka yang tidak mengenal apa itu kemewahan. Akar dari semua ini adalah bahasa yang telah disalahgunakan sebagai sarana mencari sensasi yang sesungguhnya untuk kepentingan pribadi dan kelompok.

Komunikasi yang baik tidak terbentuk dengan sendirinya. Komunikasi yang baik pertama-tama harus berasal dari lingkungan primer. Dimana dalam lingkungan primer tersebutlah kita mulai berkomunikasi dan bersosialisasi. Lingkungan primer (keluarga) menjadi dasar dimana seseorang diformat menjadi manusia yang baik. Hal ini tentu terjadi lewat komunikasi baik antara orang tua dan anak, anak dan anak maupun sesama orang tua. Komunikasi dalam keluarga harus didasari atas kasih. Hal ini dapat melalui bahasa kasih yang digunakan untuk berkomunikasi.

Dalam kehidupan umat Kristiani kasih menjadi hukum utama yang harus dihidupi dan menjadi fondasi yang kokoh. Sebagaimana yang diperintahkan Yesus kepada murid-Nya: “Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi. Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi.” (Yoh 13:34-35) Tanpa kasih hidup seorang kristiani menjadi kabur. Kasih inilah yang menghantar seseorang untuk mampu berkomunikasi dengan baik antar sesamanya. Komunikasi yang berlandaskan kasih tentu akan menciptakan suatu kehidupan yang harmonis. Kehidupan harmonis tidak terlepas dari relasi yang baik diatara sesama manusia. Sesama manusia harus saling peduli antara satu dengan yang lain. Sebab pada dasarnya manusia hidup dan bergantung dengan sesamanya, sehingga rasa peduli diantara sesama senantiasa selalu diasah dan dijaga.

Bahasa kasih hendaknya juga tidak berhenti dalam kehidupan keluarga. Bahasa kasih harus dikembangakan dalam kehidupan bermasyarakat. Agar kehidupan bermasyarakat yang kita jalani sungguh menghasilkan buah yang baik untuk bangsa Indonesia dan Gereja. Bahasa kasih juga perlu dituangkan dalam media sosial. Hal yang perlu dilakukan adalah dengan menggunakan bahasa yang santun yang tidak menimbulkan pertikaian atau persoalan. Media sosial seperti Facebook, WhatsApp, Instagram, Yotube dan Twitter harus digunakan secara bijaksana. Aplikasi tersebut bukan sebagai wadah untuk mengumbar kebencian atau memfitnah tetapi harus digunakan secara bijak untuk membangun relasi kasih yang semakin baik dengan sesama.

Dalam kehidupan keluarga perlu ditananamkan etika berbahasa antara lain dalam menggunakan media sosial. Persoalan yang kerap terjadi saat ini adalah karena bahasa. Sebab bahasa memiliki banyak tafsirannya, sehingga bahasa yang digunakan juga harus sesuai konteksnya. Jika kita berhadapan dengan orang yang lebih tua bagaimana cara kita berkomunikasi dan tentunya penggunaan bahasa kita adalah bahasa yang santun. Atau jika kita berkenalan dengan orang baru, bagaimana cara kita berkomunikasi tentu juga dengan menggunakan bahasa yang santun. Bahasa yang santun perlu juga ditanamkan dalam komunikasi kita dengan sesama kita, agar bahasa santun itu tetap melekat dalam diri kita dan hal itu berdampak baik untuk pribadi kita. Jika kita sering menggunakan bahasa yang baik dan santun dalam berkomunikasi maka kita akan diterima oleh banyak orang. Hal ini meminimalisir terjadinya konflik.

Penggunaan media sosial sebagai sarana komunikasi harus mengarah kepada terbentuknya relasi yang semakin akrab dengan sesama. Artinya bahwa media adalah sebagai perantara bagi kita untuk menaburkan benih kasih diantara sesama. Media sosial yang ada harus digunakan sebagai sarana mempersatukan manusia sebagai manusia sosial yang bertanggungjawab atas hidupnya dan hidup sesamanya. Media sosial senantiasa diarahkan pada kepentingan bersama sehingga persekutuan terwujud dalam hidup manusia. Manusia diciptakan untuk hidup bersekutu dengan sesamanya.

Sarana komunikasi yang diwadahi oleh internet harus senantiasa digunakan dengan kesadaran akan kepentingan yang luhur. Internet menawarkan segala macam hal sehingga perlu mendiscermenkan hal ini sebelum menggunakannya. Adanya internet memudahkan kita untuk dapat mencari informasi dan sangat membantu dalam kehidupan saat ini. Penggunaan internet yang tidak didasarkan pada kepentingan luhur akan membawa kita kepada cobaan. Dan tidak sedikit dari kita seringkali jatuh dari cobaan tersebut sebab hal-hal yang ditawarkan sangat menggiurkan. Kita menjadi sibuk dengan diri kita sendiri sehingga keberadaan sesama kita tidak mendapat perhatian. Ada istilah yang mengatakan “yang jauh semakin dekat dan yang dekat menjadi terasing (tidak dikenal)”. Oleh sebab itu gunakanlah jejaring sosial sebagai sarana untuk mencerdasakan diri kita dan bukan sebaliknya. Jadilah tuan atas apa yang kita miliki sehingga kita tidak diperbudak oleh apa yang kita miliki.

Ilustrasi: jcomp

Penulis: Gregorius Watu

Ditulis dalam rangka Lomba Esai PKSN KWI 2019