Beranda KWI Belajar Berkomunikasi pada Yesus

Belajar Berkomunikasi pada Yesus

KOMUNIKASI bukan hanya kegiatan manusia tapi juga melibatkan Tuhan (divine activity). Agama Kristen Katolik/Protestan mendasarkan ajarannya pada dua kenyataan yakni wahyu dan iman. Wahyu menyingkapkan selubung pribadi Allah. Allah yang jauh menjadi dekat. Allah yang transenden menjadi imanen.

“Wahyu menuntut jawaban manusia. Bukan sekadar informasi, tapi komunikasi personal Allah pada dunia,”ujar Sekretaris Eksekutif Komisi Komunikasi Sosial Konferensi Waligereja Indonesia RD Kamilus Pantus dalam seminar tentang Dampak positif dan Negatif Media Sosial bagi Manusia di Aula Lux Ex Oriente, Gereja Katedral, Sorong, Rabu (13/5/2015).

Menurut RD Kamilus Pantus, iman merupakan jawaban manusia atas wahyu. Karena itu wahyu perlu ditanggapi dalam bentuk iman. Demikian ajaran Gereja Katolik menyebutkannya dalam Dei Verbum nomer 5.

Seluruh Kitab baik Perjanjian Lama maupun yang Baru dapat dianggap sebagai bentuk komunikasi Allah dengan manusia. Dalam bahasa media, Kitab Suci merupakan kesaksian reportase kehidupan. Allah yang mewahyukan diri menggunakan aneka cara baik verbal maupun non-verbal dalam mengomunikasikan dirinya.

Belajar pada Yesus

“Dalam berkomunikasi kita harus belajar dari Yesus,”ujar RD Kamilus. Apalagi puncak tertinggi dari komunikasi Allah adalah inkarnasi Allah dalam diri Yesus Sang Putera Allah. Semua pengajaran, karya misi dan komunikasinya kepada pengikut bersumber dari relasi pribadinya dengan Allah BapaNya dalam doa di waktu malam.

Selain membuat mujizat, Yesus juga menarik diri dari keramaian untuk berdoa. Seorang komunikator, seperti Yesus butuh waktu hening untuk pribadi. Hal lainnya yang menarik adalah lokasi mengajar, mencakup berbagai wilayah, di mana saja. Ia pengkotbah keliling yang bicara di sinagoga, rumah pribadi, pasar, sinagoga, laut, bukit. Dan yang paling penting seorang komunikator seperti Yesus harus punya ketrampilan menyesuaikan konteks.

Yesus lebih suka menggunakan cerita yang diambil dari kehidupan sehari-hari seperti pekerjaan nelayan, penabur, pengalaman janda yang kehilangan koin. Ia bicara di tengah kerumuman orang. Ia menyapa secara individual. Seorang komunikator harus punya kemampuan komunikasi massa, dalam grup, dan personal. Pewartaan Yesus selalu memikat, memberi ciri menghibur, membesarkan hati namun juga secara keras menegur. Komunikator harus memiliki sikap dasar Audience Oriented.