MIRIFICA.NET – Di zaman digital yang kian berkembang saat ini, dikenal istilah tsunami informasi. Arus informasi berseliweran hingga tak terbendung. Berbagai konten dan informasi, baik positif maupun negatif, tersebar tanpa kendali melalui internet. Tak dapat dipungkiri bahwa filter terhadap derasnya arus informasi tersebut harus disediakan. Harapannya, informasi yang tersebar luas menjadi jernih, bermuatan positif, serta terbebas dari virus berita bohong (hoaks) dan berita palsu (fake news).
Kesadaran akan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi tersebut menjadi latar belakang diselenggarakannya pertemuan Seksi Komsos se-Keuskupan Padang di Puri Dharma, Paroki St Teresia Katedral Padang, Jumat-Minggu, 21-23/6. Dalam kesempatan itu, hadir sebagai narasumber, Sekretaris Eksekutif Komisi Komsos KWI, Romo Kamilus Pantus dan mantan Pemimpin Redaksi Majalah HIDUP sekaligus anggota Badan Pengurus Komisi Komsos KWI, R.B.E. Agung Nugroho.
Romo Kamilus mengajak para kader Komsos Keuskupan Padang untuk ikut serta ambil bagian dalam menghadirkan hal-hal positif di media sosial. Para peserta yang berasal dari 14 paroki tersebut diundang untuk bersikap aktif dan partisipatif. Keaktifan di dunia maya, kata Imam Diosesan Weetebula ini, dapat dimaknai sebagai wujud nyata keterlibatan dan panggilan orang yang sudah dibaptis dalam karya penyelamatan Kristus. “Kepribadian dan seluruh keprihatinan Yesus dihadirkan di dalam dunia digital, sehingga menjadi sarana untuk melanjutkan karya penyelamatan yang telah dimulai Yesus,” ungkapnya.
Selain itu, Romo Kamilus juga menambahkan bahwa kita jangan mudah percaya pada setiap informasi. Artinya, dibutuhkan sikap kritis dengan melakukan crosscheck informasi dan memperhatikan sumber dari mana informasi tersebut berasal.
“Inilah tips agar kita tidak terjebak dalam arus informasi yang salah, hoaks. Sebagai orang Katolik, kita harus berani tampil beda walaupun menjadi minoritas di masyarakat. Kita mesti berani memberi warna tersendiri di tengah keberagaman agar tidak tenggelam. Secara konkret, kita diundang untuk ikut ambil bagian dalam karya misioner Gereja, yakni menjadi duta perdamaian melalui media sosial,” jelas Romo Kamilus.
Gereja, lanjut Romo Kamilus, melihat internet atau dunia maya sebagai agora. “Agora merupakan tempat perjumpaan setiap insan. Di sinilah Gereja berharap agar orang-orang dalam ‘agora virtual’ tersebut dapat berbagi gagasan, informasi dan opini yang baik, menerima perbedaan, saling menghormati dan menghargai satu sama lain,” tandas Romo Kamilus mengutip buku Pedoman Penggunaan Media Sosial, yang diterbitkan oleh Komisi Komsos KWI tahun 2018. (Stefani/RBE)
Staf Komisi Komunikasi Sosial, Konferensi Waligereja Indonesia, sejak Januari 2019-…