MIRIFICA.NET – Dokumen “Persaudaraan insani untuk Perdamaian” didalami, didiskusikan dan direfleksikan dan dijadikan sumber inspirasi untuk aktivitas pastoral para uskup Indonesia pada hari studi Sidang Konferensi Waligereja Indonesia di Gedung Pastoral Bumi Silih Asih Bandung (4-13 Nov). Dokumen ini sungguh relevan bila ditempatkan dalam konteks Indonesia sebagai negara majemuk yang beraneka agama, kepercayaan dan budaya, apalagi bagi orang-orang muda. Orang muda yang digelari “Masa Kini” dan “Masa Depan” Gereja sungguh perlu mendalami, merefleksikan dan melaksanakan isi dokumen ini. Untuk kepentingan ini, team MIRIFICA mewawancarai Ketua Komisi Kepemudaan KWI, Mgr. Pius Riana Prabdi dan Sekretarisnya Rm. Antonius Haryanto.
Orang muda Katolik yang merupakan anggota Gereja Indonesia diajak untuk turut serta bersama-sama mengambil bagian dalam berupaya memelihara kerukunan hidup dan perdamaian di lingkungan masing-masing. Ketua Komisi kepemudaan KWI- Uskup Keuskupan Ketapang, Mgr Pius Riana Prapdi menuturkan bahwa “Indonesia di mata Paus Fransiskus merupakan negara yang sangat plural. Negara dengan umat Muslim terbesar tetapi juga Gereja Katolik tetap berkembang dengan baik, bahkan menjadi Gereja masa depan bagi Gereja universal. Orang muda dewasa menjadi penentu Gereja masa depan juga masa kini.”
Menurutnya sebagai orang muda, harus memulai tanggung jawab dan mengambil tantangan – tantangan kemanusiaan di masa depan sebagai masalah yang serius, namun tetap menjawab tantangan dengan cara dan juga kreatifitas yang istimewa khas orang muda. Karena para orang muda sudah mengalami berbagai macam paparan-paparan teknologi tetapi sebenarnya juga membawa luka-luka kemanusiaan yang begitu panjang. Maka sebenarnya, hal ini menjadi suatu kesempatan yang sangat strategis, karena orang muda khususnya di Indonesia akan mengalami bonus demografi, walaupun memang tidak sama merata di semua provinsi namun besaran bonus demografi akan dialami secara umum. Artinya jika orang muda menjadi pemuda-pemudi yang berkarakter, terampil dan terdidik maka Gereja masa depan akan menjadi kreatif.
Hal senada juga diutarakan Sekretaris Komisi Kepemudaan KWI, RD.Antonius Haryanto, baginya perjumpaan antara Paus Fransiskus dan Imam besar Al-Ashar, Sheikh Ahmed Al-Tayeb, membawa angin sejuk; bagaimana kita semua dapat hidup bersama di tengah keberagaman yang ada; tentunya untuk konteks Indonesia peristiwa ini menjadi sangat penting dan menarik, karena seringkali kita itu masih menonjolkan identitas yang primodial sehingga melihat orang lain itu lebih jelek, lebih tidak baik dan kemudian menjadi musuh dan sebagainya.
Menurut Rm.Antonius, yang akrab disapa Romo Harry, dengan dokumen ini kita bisa melihat bahwa kita semua itu bersaudara; bisa bersatu dan yang terpenting jangan seringkali membela mengatas namakan Tuhan karena Tuhan itu tidak ingin dibela; yang perlu dibela adalah kepentingan kemanusiaan, bagaimana kita mau mengupayakan kemanusiaan itu jauh lebih penting. Bagi generasi milenial tentunya; sebagian besar hampir 50% saat ini milenial. Bagaimana sebagai orang muda kita memberi contoh, memberi teladan meskipun berbeda namun tetap bisa damai dan bersatu.
Mgr. Pius dan Romo Harry berpesan agar para pemuda diharapkan menjadi kreatif dan betul tanggap terhadap masalah-masalah kemanusiaan di Indonesia, melalui tindakan berperan semakin nyata. Mari kita sibuk untuk melihat tantangan di sekitar, tantangan orang muda. Jika bicara tentang orang muda itu tantangannya banyak, tentang kemiskinan, soal pendidikan, soal tekhnologi dan pengembangannya kemudian lingkungan hidup; ada banyak tantangannya, mari kita sibuk untuk menjawab tantangan-tantangan yang ada sehingga Indonesia bisa semakin maju, bisa semakin mandiri, dan orang mudanya juga semakin bisa menunjukan bonus demografi, bukan bencana demografi.
“Peranan Komisi Kepemudaan KWI, disinergikan melalui program-program yang mensosialisasikan dokumen ini kepada orang muda dengan gaya orang muda, melalui sosialisasi ini para orang muda akan didorong untuk merealisasikan mengenai bagaimana hidup bersatu. Kegiatan Youth day dibeberapa tempat sudah menyiapkan ini, kita ada temu kebangsaan rutin sudah tahun keempat; bagaimana berjumpa dengan orang-orang muda yang berbeda latar belakang, suku, agama dan sebagainya untuk membahas tantangan yang ada disekitar kita. Bahkan team Komisi Kepemudaan KWI sudah memulainya sejak IYD, AYD kemarin di 2016-2017; topiknya adalah membawa sukacita Injil di dalam kemajemukan, bahwa kita bisa mewartakan sukacita di dalam keberagaman, kemajemukan itu.” Ujar Sekretaris Eksekutif Komisi Kepemudaan KWI ini.
Mari, dengan semangat orang muda, kita bersama berusaha mengisi seluruh tantangan ini dengan semakin bisa berwirausaha, makin mandiri, makin kreatif sehingga betul-betul menunjukan sebagai bonus demografi; memberi hadiah bagi yang lain. Yuk, orang muda, kita menjadi hadiah satu dengan yang lain.
Editor: RD.Steven Lalu
Baca juga: Pesan Sidang KWI 2019: Persaudaraan Insani Untuk Indonesia Damai
Staf Komisi Komunikasi Sosial, Konferensi Waligereja Indonesia, sejak Januari 2019-…