Beranda BERITA Komisi Kepemudaan Regio Kalimantan Merumuskan Pendampingan OMK yang Menghayati Nilai dan Militan

Komisi Kepemudaan Regio Kalimantan Merumuskan Pendampingan OMK yang Menghayati Nilai dan Militan

Borneo Youth Day, Komisi Kepemudaan, Komkep-KWI, Komsos KWI, Konferensi Waligereja Indonesia, Mgr. Agustinus Agus, Mgr. Pius Riana Prapdi, OMK, RD.Antonius Haryanto, Regio Kalimantan
Dokpri: RD.Antonius Haryanto

Orang Muda Katolik (OMK) di Kalimantan sampai dengan sekarang masih berhadapan dengan dua keprihatinan besar soal lingkungan hidup di Kalimantan, yakni permasalahan tambang dan perkebunan sawit. Tetapi selain itu juga orang muda katolik berhadapan dengan berbagai keprihatinan akan persoalan lingkungan seperti persoalan sampah plastik, sampah pencemaran sungai, illegal logging, pembakaran hutan dan lahan.

Tidak hanya itu saja maraknya penyalahgunaan narkoba dan perilaku seks bebas, pelecehan seksual, bullying, OMK menarik diri  dan masih banyak lagi persoalan-persoalan orang muda katolik. Maka dari itu ini menjadi perhatian gereja untuk memberikan pendampingan OMK dengan merumuskan strategi bersama-sama.

Berhadapan dengan situasi yang dihadapi oleh OMK Kalimantan terkini, dan berangkat dari berbagai pengalaman selama mendampingi OMK Kalimantan, para Ketua dan Pengurus KOMKEP Kalimantan untuk lima tahun ke depan (2020-2024) bersepakat untuk merumuskan strategi pendampingan Orang Muda Katolik yang meneruskan Arah Dasar (ARDAS) Pendampingan OMK tahun 2016-2020.

Untuk merumuskan arah dasar pendampingan OMK tersebut para ketua Komkep dan perwakilan pengurus komisi kepemudaan se-regio kalimantan mengadakan pertemuan dua tahunan yang dilaksanakan dirumah Retret Immaculata Keuskupan Agung Pontianak mulai dari tanggal 09-12 Januari 2020. Dalam temu komisi kepemudaan ini turut hadir 8 pastor sebagai ketua Komkep di keuskupan masing-masing serta 50 pengurus dari delapan keuskupan provinsi gerejawi pontianak dan provinsi gerejawi samarinda.

Dokpri: RD.Antonius Haryanto

Dalam pertemuan temu Komkep regio kalimantan ini turut hadir Mgr. Pius Riana Prapdi, Ketua Komisi Kepemudaan Konferensi Waligereja Indonesia (Komkep-KWI) Uskup Keuskupan ketapang, Mgr Agustinus Agus Uskup Agung Pontianak, dan RD.Antonius Haryanto, Sekretaris Eksekutif Komkep-KWI.

Uskup Agung Pontianak Mgr.Agustinus Agus dalam pengantarnya menyampaikan kita tidak bisa tutup mata melihat persoalan yang ada di kalangan orang muda katolik seperti kasus narkoba, pelecehan seksual, maka dari itu penting hal ini untuk dibicarakan.

Ia menambahkan “ dalam pertemuan bersama uskup membahas soal rancangan tindak lanjut, saya mengusulkan agar kaum muda melakukan perjumpaan bersama teman-teman lintas iman, lintas agama, lintas suku dan kita harus melakukan hal itu. Semoga tokoh tokoh katolik bisa memahami hubungan ini khusunya juga untuk orang muda yang akan menjadi agen perubahan.

Mgr Pius Riana Prapdi dalam pengantarnya diawali dengan menyebutkan  Borneo adalah Berkat yang merupakan tema untuk kegiatan Borneo Youth Day nanti. Ia mengatakan “bonus demografi akan terjadi dimana jumlah OMK akan jauh lebih besar dari orang yang sudah tidak produktif, tetapi akan menjadi bencana ketika OMK dalam usia ini tidak militan terdidik, terampil, maka borneo akan menjadi bencana bagi gereja, bangsa, dunia,” ungkapnya

Selain pembahasan arah dasar gerak pendampingan orang muda, di bahas pula kegiatan regio Kalimantan pertama yaitu Borneo Youth Day. BYD ini merupakan kegiatan yang akan dilaksanakan pada tanggal 26 Juni sampai 1 juli 2020 disamarinda dengan mengusung tema Borneo adalah Berkat. “Borneo Youth Day ini merupakan kegiatan yang sebenarnya itu turunan dari gerakan bersama temu raya orang muda tingkat dunia kemudian turun tingkat negara, lalu kami melihat penting untuk digemakan kegiatan tingkat kepulauan seperti borneo, Kalimantan” ujar ketua Komkep Keuskupan Agung Samarinda RD.Klaudius Sani Sapo.

Ia menambahkan “ide ini tercetus pada tahun 2017 dalam perjumpaan para ketua regional yang mana ketua Komkep penting punya kesamaan konteks hidup masyarakat,hidup karya pelayanan, kurang lebih dikonteks yang sama sehingga ketika bertemu merayakan iman yang sama saling meneguhkan”

Ia berharap”Borneo Youth Day ini tidak hanya soal temu raya, euforia semata dan senang-senang tapi harapannya menimba kekayaan yang paling penting dari penghayatan kita sebagai orang muda bawasannya kita menunjukan kepekaan akan diri kita hadir didunia ini membawa pemulihan untuk lingkungan kita yang sudah rusak ini, menjadi orang muda yang mampu membangun relasi dengan teman-teman lintas iman, berbagi berkat dengan orang-orang sekitar,tidak ada penghakiman tetapi bersahabat dan ketika bertemu dengan lingkungan yang buruk dengan sendirinya tergerak untuk melakukan perubahan yang baik” tegasnya.

Dokpri: RD.Antonius Haryanto

Teddy Aer, MSF juga mengajak rekan-rekan muda dari seluruh borneo untuk ikut ambil bagian dalam Borneo Yout Day ini.

Ia mengatakan “Pastilah dalam temu raya itu wakil-wakil yang akan datang, tapi bukan berarti yang di keuskupan-keuskupan tidak dapat memeriahkan BYD. Kita bisa ikut memeriahkan BYD dengan memulai gerakan-gerakan restorasi lingkungan dan persaudaraan antar umat manusia. Itulah dua tujuan dari Borneo Youth Day ini, kita dipanggil untuk menjadi agen restorasi lingkungan dan agen persaudaraan umat manusia, dengan itu kita menjawab tantangan dari Paus Fransiskus mewujudnyatakan Ensiklik Laudato si dan juga dokumen Abu dhabi,” tegasnya.

RD.Antonius Haryanto, Sekretaris Eksekutif Komkep-KWI dalam materinya menyampaikan “ada dua dokumen istimewa, didokumen yang pertama dengan judul Orang muda, Iman dan Diskresi Panggilan dan hasil sinode ini Sinodalitas Misioner Gereja Berjalan Bersama, kita melihat bahwa ungkapan gereja Paus diajak untuk berjalan Bersama dengan orang muda, menemani sahabat dan teman-teman. Ini kesadaran besar dimana dalam pendampingan orang muda kita harus berjalan bersama” ungkapnya. Sedangkan dokumen kedua adalah surat Apostolik Paus Fransiskus berjudul Christus Vivit.

Ia menambahkan “ Orang muda katolik merupakan masa depan dan masa kini gereja, OMK tidak lepas dari teknologi dan dunia digital, kita tidak bisa memikirkan terus hanya sepuratan identitas kita. Identitas penting tapi kita harus berfikir juga secara global. Pertaruhan hidup itu sekarang adalah kualitas,” tegasnya

Orang-orang muda janganlah menyerah dari kepemudaanmu, janganlah melihat hidup ini hanya dari balkon saja tetapi turun hadir terlibat disana” (bdk. Christus Vivit 143). RD.Antonius Haryanto