Seorang pastor membantunya ketika ia menghadapi tantangan besar sebagai seorang atlet basketball.
Pada bulan April lalu, Kobe Bryant, salah satu atlet terbesar sepanjang masa, mengakhiri karirnya selama 20 tahun sebagai pebasketball dengan hasil mengejutkan. Ia mencetak 60 poin di pertandingan terakhirnya.
Dari statistik pencapaiannya, Kobe Bryant mencatat 5 kali menjuarai NBA, 2 kali juara olimpiade, 18 kali meraih juara All Stars dan ia merupakan pencetak gol terbanyak ketiga sepanjang sejarah NBA. Ia tak menampik jika iman Katoliknya ikut membantunya melewati saat-saat sulit selama perjalanan karirnya sebagai pebasketball.
Lahir di Philadelphia, Bryant dibesarkan dalam Keluarga Katolik. Ia menghabiskan masa mudanya di Italia. Ketika berusia 17 tahun, ia kemudian direkrut oleh NBA. Ia menikah dengan Vanessa Laine di Gereja Katolik St. Eduardus, Roma. Pasangan ini baru dianugerahi anak pertama setelah dua tahun menikah. Pada saat itu, Bryant sedang menuju puncak permainannya sebagai seorang atlet dan sepertinya ia sedang mendekati impiannya.
Sebuah Kesalahan Besar
2003 menjadi tahun kelam bagi Bryant dimana ia dituduh memerkosa seorang wanita di kamar hotel. Padahal ketika itu ia sedang berada di Colorado untuk menjalani operasi lutut. Bryant mengaku melakukan hubungan seks dengan wanita itu tapi membantah melakukan pemerkosaan. Hakim pun menjatuhkan tuduhan kepada Bryant, tapi wanita itu pergi melakukan gugatan perdata yang akhirnya diselesaikan di luar pengadilan. Di tengah proses itu, Bryant menyampaikan permintaan maafnya kepada publik, menyatakan bahwa ia sungguh-sungguh malu dengan perbuatannya.
Meski akhirnya kasus Bryant dapat diselesaikan, dampak besar justru ia alami dimana banyak sponsor utama pergi meninggalkannya. Reputasinya benar-benar ternoda. Atas kasus yang sama, Laine, sang Isteri, pun mengajukan gugatan cerai.
Ketika menjalani masa paling gelap dalam hidupnya, Kobe Bryant pun berpaling kepada iman Katolik. Ketika ia diwawancari oleh GQ tahun 2015, Ia mengatakan demikian:
“Satu hal yang sangat membantu saya selama menjalani proses tersebut adalah bahwa saya seorang Katolik, saya dibesarkan sebagai seorang Katolik, anak-anak saya beriman Katolik, dan saya berbicara dan dibantu oleh seorang pastor”, ungkap Bryant.
Pengalaman iman seperti itu dirasakan agak lucu oleh Bryant. Pada waktu berbicara dengan Pastor yang membantunya, ia melihat Pastor itu menatapnya dengan tajam dan berkata, “anda melakukan itu?”, ujar Bryant, mengulang pertanyaan pastor. Tapi Bryant mengatakan, “tentu saja tidak”.
“Apakah anda memiliki seorang pengacara yang baik”, sekali lagi Bryant mengulang pertanyaan Pastor.
“Ya, dia fenomenal”, jawab Bryant kepada pastor, yang kembali bertanya lagi kepadanya.
Lalu apa kata Pastor itu kepada Bryant? “Biarlah semua itu berlalu, biarlah kehendak Tuhan yang bekerja.”
Bryant mengatakan, nasihat dan peneguhan Pastor itu menjadi titik balik dalam hidupnya.
Setelah beberapa tahun hidup berpisah dengan sang isteri, Bryant akhirnya kembali bersatu dengan Laine, dan mereka tetap tinggal bersama hingga hari ini. Bersama sang isteri, Bryant pun mendirikan Kobe and Vanessa Bryant Family Foundation (KVBFF), sebuah lembaga bantuan yang didedikasikan untuk membantu orang-orang muda yang membutuhkan pengembangan ketrampilan fisik melalui olahraga dan juga untuk tunawisma. Pernah ia ditanya mengenai komitmennya terhadap orang-orang muda dan kaum tunawisma. Jawaban Bryant ini membuat Paus Fransiskus sangat bahagia:
“Karir saya segera berakhir, dan saya tidak ingin melihat ke belakang. Perjalanan karir saya telah melewati serangkaian juara dengan mencetak begitu banyak poin. Saya perlu melakukan hal lain”, ujar Bryant.
Selama melewati masa kelamnya, Bryant mengakui ketenaran dan kesuksesan yang telah diraihnya tak seberapa dengan pentingnya iman dan keluarga. Ia merasa ketika semua orang meninggalknya, Gereja selalu ada bersamanya.
Diolah Dari Berbagai Sumber
Kredit Foto: Kobe Bryant/Aleteia.org
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.