Beranda BERITA Khotbah Bapa Ignatius Kardinal Suharyo Dalam Misa Syukuran Pelantikan Kardinal

Khotbah Bapa Ignatius Kardinal Suharyo Dalam Misa Syukuran Pelantikan Kardinal

cardinal, Gelar Kardinal, gereja Katolik Indonesia, Ignatius Kardinal Suharyo, KAJ, Keuskupan Agung Jakarta, Komsos KWI, Konferensi Waligereja Indonesia, KWI, Paus Fransiskus, Uskup TNI-POLRI, Vatican
Kredit Photo: Humas KAJ

MIRIFICA.NET – Yang terkasih, Bapak Kardinal, yang mulia, Mgr. Pierro Pioppo, Nuncio apostolik untuk Indonesia, rekan-rekan uskup, para imam, biarawan-biarawati, ibu dan bapak, kaum muda, remaja dan anak-anak yang terkasih, Saya duga ada banyak yabg ingin tahu mengenai hal ikhwal pengangkatan diri saya sebagai Kardinal. Sejak awal saya yakin, kalaupun saya yang diangkat sebagai Kardinal, itu bukan karena  saya pribadi. Saya yakin pengangkatan ini adalah bentuk pengakuan Gereja Katolik. Pimpinan Gereja Katolik, Bapa Suci, Paus Fransiskus terhadap Gereja Katolik di Indonesia yang terus berusaha bertumbuh sesuai dengan semangat Konsili Vatikan II. Juga merupakan penghargaan pimpinan Gereja Katolik, Paus Fransiskus terhadap bangsa Indonesia yang berdasarkan nilai-nilai Pancasila berusaha ikut membangun perdamaian dunia dengan merawat dan mengembangkan persaudaraan sejati. Sebetulnya sangat menarik untuk melanjutkan renungan mengenai dua hal ini, tetapi saya tidak ingin melakukan itu, saya ingin hanya membacakan surat Paus Fransiskus yang saya terima mengenai pengangkatan saya dan saya kira semuanya akan menjadi jelas, apa yang dimaksudkan, saya bacakan seperti adanya…

Kepada saudaraku terkasih, Ignatius Suharyo, Uskup Agung Jakarta,

Saudara terkasih, saya ingin menyapa anda dan menegaskan kedekatan persaudaran saya pada saat ini ketika Gereja meminta dari anda bentuk pelayanan baru; pelayanan yang tidak berkaitan dengan kehormatan duniawi tetapi panggilan untuk memberikan diri secara lebih utuh dan kesaksian hidup yang konsisten, merupakan harapan hati saya terdalam karena sekarang anda telah mendapat tempat sebagai anggota Klerus Roma, anda akan dapat menghayati keutamaan-keutamaan yang merupakan ciri martabat Kristiani, kesetiaan dan ketaatan sampai menumpahkan darah yang secara tradisional dilambangkan dengan jubah merah para Kardinal.

Di mata dunia, pengangkatan ini biasanya dilihat sebagai promosi, langkah baru, menaiki tangga atau keanggotan dalam suatu lingkaran orang-orang terhormat. Cara berpikir seperti ini gagal untuk memahami dan sungguh mengaburkan makna yang benar dari kekardinalan. Oleh sebab itu saya mendorong anda dengan semangat persaudaraan yang mendalam untuk menghindari perayaan yang bercorak duniawi. Benar bahwa umat beriman di Gereja Keuskupan anda dan orang orang yang membantu anda dalam karya anda merasa gembira karena anda diangkat menjadi Kardinal dan ingin merayakannya. Pastikan bahwa syukuran itu sederhana, ditandai dengan rasa perasaan Gerejawi dan juga hari injili. Ketika saya berpikir mengenai anda masing-masing, satu kata masuk di dalam diri saya “Belarasa”. Semoga tahap baru dalam diri anda menambah besar kemampuan di dalam diri anda untuk berbela rasa dan membantu anda untuk semakin dekat mengikuti Yesus. Bela rasa bagi semua pribadi laki-laki maupun perempuan yang karena menjadi korban dan dijadikan budak oleh begitu banyak kejahatan dengan penuh harapan mendambakan sikap kasih yang lembut dari mereka yang percaya kepada Tuhan. Saya siap melayani anda, jangan lupa berdoa untuk saya. Semoga Yesus memberkati anda dan perawan Maria menjaga anda.

Unduh : Booklet Misa Syukur Uskup Ignatius Kardinal Suharyo

Salam Persaudaraan

Saya kira saya tidak usah menjelaskan apa-apa lagi isi surat paus sudah sangat jelas. Meskipun demikian saya masih ingin menyampaikan satu dua tambahan renungan kecil moga-moga dapat menambah semangat kita Bersama-sama untuk membaharui Gereja.

Biasanya, kata yang tahu, pelantikan sebagai Kardinal itu dilaksanakan pada bulan November. Kemarin dilaksanakan pada bulan Oktober tanggal 5, Mengapa? Saya juga belum tahu karena tidak bertanya kepada Paus. Ini tafsiran saya dan orang boleh menafsirkankanya asal nanti tafsirannya baik. Tanggal 5 Oktober itu dekat dengan tanggal 4 (tentu saja..) Dan tanggal 4 Oktober adalah Pesta Santo Fransiskus Asisi, nama yang beliau sandang sebagai Paus. Dan kita semua tahu Fransiskus Asisi adalah seorang pembaharu di dalam Gereja. Sekarang anak-anak rohaninya sekian ribu orang yang masih melanjutkan pembaharuan itu.  Yang kedua, Bulan Oktober adalah bulan Misi Luar biasa dan hari ini dan besok kita juga merayakan hari misi sedunia. Masih ada rangkaian yang ketiga yaitu pada tanggal 6 Oktober dimulai sinode Amazon, yang pasti berbicara mengenai iklim, mengenai lingkungan hidup, mengenai hal-hal seperti itu. Bagi saya pribadi ini adalah simbolik yang amat jelas.

Bukan kebetulan tanggalnya dipindah. Tetapi dengan memindah tanggal itu, simbolik ajakannya adalah agar kita Gereja terus-menerus membaharui diri. Itu pesan yang saya tangkap. Pembaharuan itu dirumuskan dengan berbagai macam cara. Watak pembaharuan itu bisa bermacam-macam. Salah satu yang bisa dikutip dari Konsili Vatikan II adalah dari Konstitusi Pastoral tentang Gereja di dunia. Saya bacakan, jadi saya ingin membagikan apa yang saya tangkap; pesan yang saya tangkap; pesan pembaharuan yang dirumuskan dalam dokumen Konsili Vatikan II misalnya dengan kata-kata ini: “Kegembiraan dan Harapan, duka dan kecemasan, orang-orang jaman sekarang terutama kaum miskin dan siapa saja yang menderita, merupakan kegembiraan dan harapan, duka dan kecemasan para murid Kristus juga.” Satu kalimat yang begitu indah yang mengungkapkan semangat pembaharuan yang terus-menerus di dalam gereja. Yang lain banyak, tetapi saya pilih yang ini, justru karena macam-macam yang tadi saya sampaikan. Semangat pembaharuan di dalam Gereja Katolik Indonesia, watak dasarnya dirumuskan di dalam kalimat yang berbeda, rumusannya adalah: Gereja Indonesia ingin menjadi Gereja yang semakin relevan bagi umatnya sendiri dan semakin signifikan bagi masyarakatnya, semakin dan semakin itu artinya terus-menerus. Bagi Keuskupan Agung Jakarta, semangat pembaharuan itu rumusannya berbeda lagi; berbeda tetapi seiring sejalan. Rumusannya, kita semua pasti tahu karena waktu itu ada nyanyiannya, yaitu semakin beriman, semakin bersaudara, semakin berbela rasa, semakin, semakin, semakin itu terus membaharui diri dan tidak pernah selesai.

Saudari-suadaraku yang terkasih, terakhir, renungan saya sampai kepada kesimpulan ini. Pembaharuan itu mesti dilakukan terus-menerus, tidak pernah selesai; dalam hal ini kita bisa memetik pesan Yesus kepada kita yang tadi kita dengarkan dalam Injil yaitu untuk terus berdoa tanpa henti. Kita semua tahu, doa itu buahnya banyak. Ada dua buah yang saya kira sangat bagus untuk kita perhatikan. Buah doa yang pertama adalah Keberanian rasuli. Berani seperti para rasul. Buah yang kedua adalah kerendahan hati injili. Nah kalau 3 kata itu dirangkai, lalu menjadi sangat indah menurut perasaan saya. Pembaharuan Gereja yang harus terus-menerus dilakukan, mesti dilandasi dengan keberanian rasuli, kerendahan hati Injili dan doa yang tekun. Tiga kata kunci yang memungkinkan kita akan terus ikut dalam pembaharuan itu.

Akhirnya ijinkanlah saya menggunakan mimbar ini, pertama-tama untuk mengucapkan terima kasih kepada bapak Kardinal yang jauh-jauh dari Jawa Tengah hadir. Pak Kardinal ini, selalu menyiapkan tempat pelayanan bagi saya. Ketika saya diangkat menjadi Uskup Keuskupan Agung Semarang, beliau yang saya ganti, jadi sudah enak, tidak perlu bekerja apa-apa sudah jalan. Ketika beliau menyelesaikan tugas di Keuskupan Agung Jakarta, saya yang mengganti. Ketika beliau berhenti menjadi Uskup di lingkungan TNI dan Polri, saya yang mengganti, Terima kasih Bapak Kardinal karena saya boleh tidak berbuat apa-apa, semua sudah diletakkan dasarnya oleh Bapak Kardinal. Hanya yang terakhir mungkin tidak saya ikuti, karena beliau pindah ke Girisonta, markas beliau. Markas saya lain, nanti saya akan pergi ke tempat lain. Dengan penuh syukur saya juga ingin mengucapkan terima kasih kepada bapa duta besar Vatikan untuk Indonesia, Bapak Uskup Agung Pierro Pioppo, yang selalu berusaha untuk memberikan yang paling baik bagi Gereja Indonesia, dan peran beliau adalah merawat hubungan yang baik antara negara Indonesia dengan Vatikan yang sudah ada sejak tahun 1947 (sudah lama). Dan saya kira kalau beliau tidak membantu kami pada pelantikan-pelantikan yang terakhir ini, kami semua akan kebingungan, beliau membantu menuliskan surat, dsb;  terima kasih bapak duta besar Vatikan untuk Indonesia. Terima kasih kepada para rekan uskup, yang diwakili di sini, tidak bisa semua datang, datangnya besok kalau ada sidang tahunan KWI, semua datang. Ada senior-senior saya, bapak uskup Hadisumarto, bapak uskup Michael Angkur, ada sebetulnya tidak sampai hati menyatakan itu, yunior-yunior saya, ada banyak di situ, yang paling yunior yang membaca Injil tadi, bapak uskup Bandung, lalu masih ada bapak uskup dari Pangkal Pinang, (itu orang sedayu, tetangga saya), ada bapak uskup Paskalis dari Bogor; mungkin belum banyak yang tahu, apa yang menjadi ciri khas kebersamaan para uskup yang tergabung dalam Konferensi Wali Gereja. Lebih dari 20 tahun saya di KWI. Ciri kebersamaan para bapak uskup itu sangat indah. Persahabatan, saling meneguhkan, saling mendoakan. Istimewa.. bukan..istimewa sekali. Terima kasih kepada para imam yang selalu siap di dalam perutusan Bersama, istimewa…mengemban tanggungjawab perutusan di Keuskupan Agung Jakarta ini. Sampai sekarang kalau saya meminta  teman imam untuk menjalankan  tugas tertentu, sampai saat ini belum ada yang menolak. Kalaupun menolak tidak akan diberi kartu kuning; tidak ada kartu kuning. Terima Kasih kepada biarawan-biarawati, yang kehadiran dan karya-karyanya pasti memberi warna kepada Gereja Katolik Indonesia dan khususnya di Keuskupan Agung Jakarta ini. Terima kasih kepada seluruh umat; ibu, bapak, kaum muda, remaja dan anak-anak yang peranannya kelihatan ataupun tersembunyi, yang peranannya berbeda-beda, besar atau kecil, tetapi di dalam kerja sama yang semakin terpadu, kita semua menunjukkan cinta kita kepada Gereja dan membuat Gereja kita selalu di dalam proses membaharui diri. Tentu terima kasih kepada teman-teman, ibu, bapak para imam bruder, suster yang menyiapkan perayaan syukur ini, yang melaksanakannya, dan nanti tentu juga yang bersih-bersih sesudah perayaan ini.

Semoga kebersamaan kita di dalam mencintai Gereja, di dalam mencintai bangsa dan negara kita, dapat kita persembahkan kepada Tuhan sebagai pujian bagiNya dan berkat keselamatan bagi semakin banyak orang. Dengan keyakinan itu marilah kita lanjutkan ibadah kita.

Sumber: youtube hidup tv