VIA RENATA, BOGOR – Berbicara saat membawakan homili ekaristi pembukaan SAGKI 2915 , Mgr. Ignatius Suharyo mengajak sekitar 397 peserta SAGKI dari 37 Keuskupan di Indonesia, para imam dan para Uskup yang hadir dalam perayaan ekaristi pembukaan SAGKI untuk merenungkan dan merefleksikan situasi keluarga Katolik dewasa ini yang kian dihadapkan pada berbagai tantangan dan kesulitan hidup.
“Masihkah gereja rumah tangga atau ecclesia domestica menjadi tempat untuk mengalami kerahiman dan kemurahan kasih Allah?” ungkap Mgr. Suharyo kepada peserta SAGKI di Via Renata, Bogor pada Senin (2/9).
Dengan merujuk pada bacaan Injil Lukas 1: 28-47, Mgr. Suharyo menuturkan, “setelah malaikat meninggalkan Maria, Bunda Maria harus pergi ‘mencari’ sendiri sebagai ibu keluarga. Ia tidak bisa bekerja sendiri, hidup sendiri dan tidak bisa memastikan apa yang terjadi sesudah itu. Dalam keadaan seperti itu, yang oleh karena nalurinya sebagai seorang manusia, Maria pergi mencari seorang teman, yang adalah saudarinya sendiri, Elisabeth. Di dalam perjumpaan itu, ketika Elisabet melihat Maria, dan Maria memberi salam kepada Elisabeth, Elisabeth diteguhkan,” ujar Monsinyur Suharyo.
Memang benar menurut Kitab Suci, demikian Mgr. Suharyo, apa yang disebut Gereja Rumah Tangga atau ecclesia domestica itu adalah keluarga besar yang terdiri dari seorang ayah dan seorang ibu, anak-anak, kakek dan nenek, dan juga cucu-cucu, yang di dalamnya semua dapat saling mengamalkan persaudaraan.
Maka menurut Mgr. Suharyo, ecclesia domestica harus menjadi titik awal bagi karya misi yang lebih luas, mengalami dan menghayati kehadiran Allah seperti peristiwa perjumpaan Maria dan Elisabeth.
Perayaan ekaristi pembukaan SAGKI 2015 kali ini dimeriahkan oleh kelompok paduan suara dari keuskupan Perayaan ekaristi pembukaan SAGKI 2015 berakhir sekitar pkl. 19.30 WIB. Selesai perayaan ekaristi, akan dilanjutkan dengan upcara seremonial pembukaan SAGKI 2015 oleh Menteri Agama Republik Indonesia, Lukman Hakim Safruddin.
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.