Dalam tradisi Indian yang hidup di Amerika, seorang anak mesti memiliki ketrampilan dalam berburu dan memancing. Namun bukan berburu dan memancing yang biasa. Seorang anak Indian mesti piawai menggunakan busur dan anak panah dalam berburu dan memancing.
Namun tidak hanya itu. Ternyata masih ada syarat lain, yaitu seorang anak juga harus pandai memilih kayu untuk busur. Padahal memilih busur yang baik tidaklah mudah. Ada beberapa persyaratan tentang mutu kayu. Namun, di samping itu, menurut ritus dan tradisi yang ada, terdapat dua pantangan ketika seseorang memilih kayu untuk busurnya. Pertama, bila sudah melewati satu pohon, ia tidak diperkenankan menoleh kembali. Kedua, ketika sudah membuat pilihan, tidak boleh mengubahnya lagi.
Suatu hari, berjalanlah seorang anak laki-laki Indian di tengah hutan. Dia sedang mencari kayu terbaik untuk busurnya. Banyak pilihan yang ditawarkan oleh kekayaan hutan. Namun, karena ingin mendapatkan yang terbaik, dia lewati semua itu. Tanpa terasa kini dia telah tiba di tepi hutan. Pohon di tepi hutan tentulah tidak sebaik yang di tengah rimba.
Bagaimana pun ia harus menjatuhkan pilihan. Karena menoleh kembali pohon-pohon yang telah dilewati menjadi pantangan, ia menebang pohon yang “seadanya”, belum cukup tua dan bukan dari jenis pohon busur.
Hidup kita ini terdiri dari pilihan-pilihan. Kita harus memilih sesuatu yang berguna bagi hidup kita. Untuk itu, dibutuhkan pertimbangan-pertimbangan yang matang dalam memilih sesuatu yang berguna bagi hidup ini. Salah memilih berarti menanggung banyak resiko yang bisa fatal bagi kehidupan.
Kisah anak Indian di atas mengajarkan kepada kita tentang makna hidup yang mesti kita pilih untuk hidup kita sendiri. Orang beriman biasanya membawa pilihannya kepada Tuhan dalam doa. Orang beriman itu mesti piawai dalam membuat pilihan atas hidupnya. Karena itu, landasan pilihannya adalah Tuhan sendiri yang menjadi pedoman hidupnya. ia mesti hidup dalam lingkaran ilahi. Dengan cara ini, orang beriman akan menemukan jalan hidup yang benar dan baik.
Tuhan senantiasa memberikan jalan yang terbaik bagi hidup manusia. Namun manusia mesti berani mengambil keputusan yang tepat bagi pilihan hidupnya. Mendengarkan suara Tuhan dalam perjalanan hidup kita menjadi sangat penting. Tuhan yang setia kepada kita itu selalu menyampaikan kebaikan kepada kita melalui sabda-sabda-Nya.
Sebagai orang beriman, kita mesti berani memilih jalan yang Tuhan tunjukkan kepada kita. Yakinlah, jalan Tuhan itu jalan kebenaran. Jalan Tuhan itu menuntun kita kepada kebahagiaan yang abadi. Mari kita berusaha untuk selalu mengikuti jalan Tuhan yang memberikan kita kebahagiaan.
Ilustrasi: Kayu Pilihan (foto diambil dari traditionalbowshooter.blogspot.com)
Imam religius anggota Kongregasi Hati Kudus Yesus (SCJ); sekarang Ketua Komisi Komsos Keuskupan Agung Palembang dan Ketua Signis Indonesia; pengelola majalah “Fiat” dan “Komunio” Keuskupan Agung Palembang.