Beranda KWI KOMSOS KWI Ketika Minoritas Harus Berbagi Kepada Mayoritas

Ketika Minoritas Harus Berbagi Kepada Mayoritas

PELATIHAN Menulis Produktif dan Jurnalistik di Keuskupan Agung Makasar berakhir hari ini, Kamis (29/3/2017). Ketika diminta untuk menyampaikan kesan dan pesan, sebagian besar peserta merasa senang dan tak sedikit pula yang merasa pelatihan ini bermanfaat bagi mereka.

Vivilia Agnatha Mudy (23) perwakilan OMK, mengaku awalnya merasa salah jurusan ketika ditawari ikut, karena dirinya lebih menggemari fotografi bukan jurnalistik. Tetapi setelah selama 3 hari turut pelatihan, ia pun merasa tak lagi salah jurusan. Ia seperti menemukan talenta baru dalam dirinya. Apalagi setelah berlatih, tulisannya diapresiasi oleh fasilitator.

“Kini saya merasa ilmu menulis yang saya dapatkan akan semakin melengkapi hobi fotografi saya.”ujar mahasiswi Fakultas Hukum, Universitas Hasanuddin Makasar ini.

Kesan yang sama juga disampaikan RD. Octavianus Samson Bureny. Romo Vikep Sulawesi Barat ini mendapat kesan yang mendalam dari pelatihan ini. Selama ini ia mengaku memiliki angan-angan, keinginan, dan kemauan untuk berbagi. Bukan berbagi materi atau uang, melainkan ide, gagasan, dan pemikiran yang tentunya hanya bisa dituangkan melalui tulisan.

Jika lewat kata-kata sudah sering saya bagikan melalui homily. Tapi diluar itu belum, lanjut RD. Octavianus yang selama 3 hari penuh tekun mengikuti sesi materi maupun praktek menulis yang dipandu Budi Sutedjo Dharma Oetomo.

Meski tak memiliki paroki, tapi ia membantu karya bapa uskup di wilayah Sulawesi Barat. Dalam menjalankan karyanya, dan bertemu umat banyak yang bisa diceritakan dan di bagi kepada umat di paroki-paroki lain.

“Pengalaman-pengalaman hidup mereka itu. Jika saya memiliki ketrampilan untuk bisa menulisnya, tentu akan menjadi luar biasa.”ucap RD Octavianus saat acara penutupan pelatihan di Wisma Baruga KARRE, Makasar Sulawesi Selatan.

Di akhir kesannya, ia menambahkan akan berkontribusi dalam penulisan majalah keuskupan ‘Koinonia’.

“Saya punya keinginan, bulletin, majalah atau apa saja baik pada tingkat paroki , kevikepan, maupun keuskupan, yang sudah ada maupun yang sedang direncanakan . Oleh pengalaman pelatihan ini maka akan muncul dan hidup kembali . Buletin atau majalah ini akan menjadi konsumsi tidak hanya untuk umat katolik saja tai juga untuk luar wilayah kita yang dapat memperkaya.”

“Jika itu sesuatu yang baik bagi perkembangan masyarakat khususnya umat katolik, mengapa tidak? Kita yang minoritas bisa berbagi kepada mayoritas.”, pungkas Romo Vikep Sulawesi Barat ini.