“Semuanya itu Kukatakan kepadamu, supaya sukacita-Ku ada di dalam kamu dan sukacitamu menjadi penuh.” (Yoh 15, 11)
BELUM lama ini saya menengok seorang umat yang sakit. Usianya sekitar enam puluhan tahun. Dia ini menderita komplikasi beberapa penyakit dan terbaring lemah di rumah sakit. Pasien ini sering kejang-kejang, menggeretakkan gigi dan berteriak dengan ketakutan, “Pergi, pergi dari sini! Aku gak mau ikut kamu!”
Anggota keluarganya bertanya, “Siapa yang disuruhnya pergi?”
Pasien ini menjawab bahwa ada sosok hitam, tinggi dan besar yang berkali-kali datang dan mengajaknya pergi. Dia sendiri tidak tahu, siapakah sosok itu. Pasien bisa mengalami rasa takut.
Perasaan takut juga sering dialami oleh banyak orang. Ketakutan terhadap hal-hal yang tidak nampak maupun takut terhadap hal-hal yang nampak. Ada anak yang takut terhadap orang tua; siswa takut terhadap guru atau ujian akhir; karyawan takut terhadap pimpinan; pasangan muda takut gagal dalam membangun keluarga; suami isteri takut kalau pasangannya tidak setia; investor takut usaha atau proyeknya gagal; pasien takut akan kematian.
Orang tidak hanya merasa takut terhadap hal-hal yang berasal dari luar diri. Orang juga sering takut terhadap dirinya sendiri: takut kalau kulitnya makin keriput, ubannya semakin banyak, suaranya blero. Bahkan rumah dan komunitas, dimana kita tinggal, sering membuat seseorang takut untuk memasukinya dan tinggal di dalamnya.
Ada orang yang takut pulang ke rumah dan sering nginap di rumah teman. Ketakutan menjadi warna kehidupan masyarakat pada jaman ini. Dan dalam situasi seperti ini, benarlah yang dikatakan Paus Fransiskus, “Bahaya besar jaman ini adalah hilangnya suka cita dalam diri banyak orang.”
Salah satu penyebab hilangnya suka cita adalah kuatnya cekaman rasa takut dalam diri banyak orang.
Paus mengajak umat beriman untuk menemukan kembali suka cita yang telah diberikan Tuhan. Salah satu hal yang bisa dilakukan adalah mengembangkan sikap hidup yang penuh syukur. Bersyukur tidak hanya pada saat berhasil atau sukes, tetapi juga dalam saat sedih dan duka, pada saat gagal dan jatuh. Mensyukuri setiap peristiwa yang terjadi dalam kehidupan.
Teman-teman selamat pagi dan selamat menikmati libur akhir pekan. Berkah Dalem.
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.