Beranda KWI Kesaksian Iman Daniel Mananta

Kesaksian Iman Daniel Mananta

Sempat depresi karena suaranya hilang, Daniel Mananta malah jadi motivator bagi orang muda di lingkungan Gereja Katolik.

SEBAGAI seorang presenter yang sering tampil di berbagai stasiun televisi, suara merupakan aset berharga bagi seorang Daniel Mananta. Namun pada tahun 2012 lalu, Damian kehilangan suaranya. Ia bahkan tidak bisa tampil di televisi untuk waktu yang cukup lama.

Hilangannya suara itu sempat membuat Daniel depresi berat. Daniel pun sempat minta didoakan  oleh seorang aktivis Katolik,namanya Benyamin Ratu. Meski sudah didoakan beberapa kali, sakitnya tak kunjung sembuh juga.

“Waktu itu suara gue kayak Dora Emon,” ujar Daniel sambil meniru kembali suara serak Dora Emon yang terbata-bata itu di Gedung KWI, Jakarta, Kamis (19/5/2016).

Daniel-Mananta-dan-Citra-Skolastika-ketika-tampil-di-acara-konferensi-pers-IYD-2016-di-Jakarta.jpg
Daniel-Mananta-dan-Citra-Skolastika-ketika-tampil-di-acara-konferensi pers-IYD-2016-di-Jakarta.

Tapi berkat keyakinan kuat dalam hatinya, sakit yang diderita Daniel akhirnya sembuh juga. Sebagai ungkapan syukurnya, Daniel lantas tergerak hatinya untuk melakukan kegiatan sosial bersama Olga Lidya dan beberapa rekan lainnya. Mereka membangun sebuah Gereja di Flores, tepatnya di kampung Waemata, Manggarai. Sampai sekarang, Daniel memang lebih banyak aktif di lingkungan Gereja, terutama  menggerakan Orang Muda Katolik agar makin semangat dalam hidup menggereja.

Ketika dimintai pendapatnya mengenai Perayaan Indonesia Youth Day 2016 di Manado pada bulan Oktober nanti, Daniel yang terlihat begitu bersemangat itu berbicara dengan suara yang keras. Ia mengatakan  sebagai genereasi milenia, orang muda saat ini dikategorikan  sebagai generasi kenapa, bukan generasi apa.

“Zaman saya itu generasi apa,  kalau saya ke gereja  waktu itu saya seperti pergi absen saja”, terang Daniel.

Ia melanjutkan, sekarang ini orang-orang muda itu lebih observatif, mereka lebih menyukai reality show, itu lebih dekat dengan mereka. Mereka tidak terlalu suka lagi dengan aturan-aturan atau ritual. Mereka ingin sesuatu yang lebih dekat.

Daniel mengatakan ia pernah melakukan sebuah riset dan hasilnya menunjukkan bahwa Orang-orang Muda kalau mau tahu tentang kehidupan beragama, mereka lebih cenderung mencarinya di internet.

Bagi Daniel, IYD 2016 ini merupakan perayaan yang sangat baik bagi orang Muda Katolik. Inilah saatnya Gereja mendengarkan Orang-orang Muda. Apakah Kita ini benar-benar melakukan sesuatu yang benar bagi mereka. “Jangan sampai ada sebuah gap antara generesai muda dengan pendahulu seperti yag terjadi di Eropa” tandasnya.

=======

Editor: John Laba Wujon