Kesaksian Iman
“Ia memberi kesaksian tentang apa yang dilihat-Nya dan yang didengar-Nya, tetapi tak seorangpun yang menerima kesaksian-Nya itu.” (Yoh 3, 32)
BELUM lama berselang ada sebuah acara Kebangunan Rohani Katolik. Umat yang hadir cukup banyak. Mereka datang dari berbagai paroki. Tim pujian dan pemberi firman berasal dari luar keuskupan. Acara diisi dengan puji-pujian, doa, pembacaan firman, renungan dan juga kesaksian.
Sepasang suami isteri memberikan kesaksian tentang hidup mereka, khususnya dalam hal keberadaan anak. Mereka sudah lama berkeluarga dan dalam kondisi sehat semuanya. Namun Tuhan belum memberikan anugerah momongan.
Sementara mereka memberi kesaksian di depan umat beriman yang hadir, di bagian belakang banyak peserta dan panitia malahan ngobrol sendiri dan tertawa-tawa. Mereka tidak tertarik untuk mendengar kesaksian pembicara. Tidak ada yang istimewa dan inspiratif. Apa yang disampaikan biasa-biasa saja dan cara menyampaikannya pun datar-datar saja. Tidak menarik sama sekali.
Banyak orang sering memberi kesaksian dalam kesempatan KRK atau suatu acara lain. Banyak orang yang sudah terbiasa dan berkali-kali memberi kesaksian; ada pula yang baru beberapa kali memberi kesaksian. Kesaksian merupakan pengalaman pribadi atau bersama (pasutri), artinya sesuatu yang sungguh mereka alami dan rasakan; yang mereka impikan, harapkan dan perjuangkan; apa yang mereka sendiri dengar dan lihat dengan mata kepala sendiri.
Sebuah pengalaman yang telah mereka terima dan mereka olah dalam terang iman, sehingga menjadi suatu kekayaan rohani. Kekayaan yang tidak hanya dinikmati secara pribadi, tetapi juga ingin dibagikan kepada orang lain. Kesaksian bisa diterima oleh orang lain, karena menarik, inspiratif, meneguhkan dan sama dengan pengalaman mereka sendiri.
Namun demikian, kesaksian juga bisa tidak diterima oleh orang lain. Yesus pribadi mengalami hal ini. Dalam hidupnya, Ia memberikan kesaksian tentang apa yang dilihat-Nya dan didengar-Nya. Mereka yang menerima kesaksian itu akan selamat.
Namun banyak juga orang yang tidak bisa menerima. Mereka merasa terganggu dan menolak-Nya. Bagaimana sikapku terhadap kesaksian orang lain dan juga kesaksian-Nya?
Teman-teman selamat malam dan selamat beristirahat. Berkah Dalem.
Kredit foto: Ilustrasi
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.